PEMENTASAN : Pentas teater yang dimainkan siswa-siswi SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (SMAMDA) di Balai Budaya Surabaya, Sabtu (21/4). DUTA/wiwik

SURABAYA | duta.co – Sekolah memang tidak hanya bisa mendidik siswa-siswi untuk pandai secara akademik.

Namun, sekolah bisa mengasah kemampuan kreativitas anak didik apapun bentuknya. Sehingga, anak didik memiliki sesuatu yang sama untuk bisa dibanggakan.

Itu yang disadari betul oleh SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda). Sekolah yang berada di kawasan Pucang Adi ini selalu memberikan wadah bagi anak didiknya dalam berekspresi. Walau ekspresi itu berbeda-beda antara satu siswa dengan siswa lainnya.

Salah satu wadah yang diberikan pihak sekolah adalah panggung megah saat siswa-siswinya menggelar sebuah pertunjukan teater Sabtu (21/4).

Pentas arena (pena) begitu Smamda memberi nama, menjadi pembuktian bahwa siswa-siswi Smamda juga diberi kebebasan dalam menyalurkan bakat dirinya.

Pertunjukan teater di Balai Budaya Surabaya dengan berjudul Omah ini bukan hanya dimainkan siswa-siswi Smamda. Tapi seluruh proses kreatifnya dikerjakan siswa-siswi itu sendiri terutama yang mengikuti ekstra kurikuler teater.

Dalam pertunjukan ini, cerita yang diusung merupakan gabungan dari sejarah dan fiksi karya siswa. Dengan mengambil Setting Surabaya, 1945.

Tokoh utama bernama Marni, yang meninggalkan kampung halaman demi menyusul kekasihnya, Priyo yang bekerja untuk Belanda.

Marni menumpang hidup dan membantu di dapur umum milik seorang perempuan tua bernama Dariah di Jagalan.

Baginya Priyo adalah rumahnya tetapi tidak dengan Priyo. Bagi Priyo rumahnya adalah kemewahan. Marni kali ini berada dalam dua pilihan, memilih Priyo atau tanah airnya, Indonesia.

Dariah adalah tokoh yang selama ini dikenal dengan nama Bu Dar Mortir. Tokoh pejuang perempuan yang tidak asing di kalangan warga Surabaya terutama angkatan 45 dan Kodam V Brawijaya.

Ketika Inggris menyerbu Surabaya, Bu Dar adalah orang yang pertama menginisiasi pendirian dapur umum karena pemuda-pemuda yang maju bertempur itu tentunya tidak kepikiran bagaimana nanti mereka bisa mendapatkan ransum makanan.

Selain mendirikan dapur umum, Bu Dar juga mendirikan dan mengorganisir pos-pos PMI untuk merawat para pejuang yang terluka. Bu Dar senantiasa mengawasi ketat distribusi nasi bungkus – nasi bungkusnya.

“Kami memang sengaja untuk mengangkat seorang pejuang wanita dari Surabaya,” ungkap Darwis Okta Effendi. S.Pd., pembina ekstrakuriler teater Smamda.

Bu Dar Mortir, sambung Darwis, tidak begitu dikenal oleh masyarakat Surabaya padahal peranannya sangat penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Sedangkan untuk judul Omah, Ia menjelaskan bahwa Omah analoginya adalah Surabaya, rumah yang patut dipertahankan ketika akan direbut penjajah.

Diambilnya tema itu juga karena bersamaan dengan peringatan Hari Kartini. Selain itu, momen ini juga untuk memperangati ulang tahun ekskul teater yang genap berusia 31 tahun di tahun ini.

Banyak karya pementasan yang telah ditelurkan ekskul yang tergolong tua di SMAMDA. “Ini adalah pentas arena yang ke 13, ” terang Darwis.

Pementasan Drama teater ini diharapkan bisa mengasah kreativitas siswa dalam bidang seni peran dan menambah pengetahuan siswa terutama sejarah. Hal ini seperti yang disampaikan Astajab, S.Pd, M M kepala Smamda.

“Kegiatan ini selain memeringati hari kartini juga untuk mengasah kreativitas siswa dalam menggelar pentas seni, terutama pementasan drama,” ungkap Astajab.

 Ia memberi kesempatan untuk siswa siswi yang tergabung dalam ekstrakurikuler teater untuk berkreasi menggabungkan cerita sejarah dan fiksi.

“Saya juga berharap dengan pementasan ini siswa Smamda juga bertambah wawasannya tentang pejuang wanita yang bernama Bu Dar Mortir yang tidak banyak diperbincangkan,” pungkasnya. end/ril

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry