JAKARTA | duta.co – Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) M Sulton Fatoni, MSi dan Wakil Sekjen M Andi Najmi, SH mengaku sangat prihatin menyaksikan gerakan politik Pilkada DKI yang dengan tega menyeret organisasi NU. Lebih prihatin lagi, manuver politik itu dilakukan oleh sejumlah pengurus (strutural) NU. Padahal, mereka tahu, bahwa, NU tidak boleh diseret dalam politik Pilkada.
“Sebagai pengurus harus mau memegang teguh Khittah NU. Dalam konteks Pilkada, Nahdlatul Ulama tidak ikut dukung-mendukung salah satu pasangan calon yang ada,” demikian release atas nama M Sulton Fatoni, MSi dan M Andi Najmi, SH yang beredar di media sosial, Kamis (09/02/2017).
Menurut kedua orang (PBNU) tersebut, sikap ini terpaksa dikeluarkan lantaran sudah tak tahan menyaksikan betapa bahaya organisasi NU sekarang ini. Para politisi Pilkada itu dengan entengnya mencatut NU untuk kepentingan mereka. Release itu mestinya disiapkan untuk hari Ahad (12/2/2017), tetapi karena kondisinya kian memprihatinkan, maka, pihaknya tak kuasa menahan sikap tersebut.
“Kami mohon kepada pengurus NU di semua tingkatan agar menjaga muruah Nahdlatul Ulama dengan tidak menggunakan atribut NU untuk tujuan politik praktis. Kondisi sekarang (Pilkada DKI) sudah sangat memprihatinkan,” tegasnya.
Karenanya, dengan berat hati, kedua pengurus struktural PBNU ini, minta agar manuver-manuver politik menyeret NU, itu dihentikan. Jika tidak, “Kami menghimbau kepada struktural NU yang karena situasinya harus terlibat Pilkada, disarankan untuk mengundurkan diri dari kepengurusan NU,” jelasnya.
Seruan ini tidak hanya untuk pendukung salah satu pasangan saja. Tetapi, untuk semua. Baik struktural NU pendukung Ahok-Djarot, Agus-Sylvi maupun Anies-Sandi sebaiknya mereka mundur. Ini demi khittah NU yang harus dijaga dan dirawat bersama. Mengapa? Karena tugas NU jauh lebih besar dari sekedar dukung mendukung Pilkada. (hud)
