Keterangan foto suud

SURABAYA | duta.co  – Sejumlah ibu-ibu bersama anak-anak kecil anggota pengungsi Syiah Sampang di Rusun Jemundo Sidoarjo mendatangi Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat (13/3/2020). Mereka mempertanyakan kejelasan kabar rencana relokasi kepada Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.

Sayangnya, keinginan menyampaikan surat (aspirasi) kepada orang nomor satu di Pemprov Jatim itu tak membuahkan hasil, lantaran sejak pagi hingga siang rombongan ibu-ibu itu tak berhasil menemui Gubernur.

“Kami dengar kabar kalau kami hendak di relokasi. Dengar-dengar di luar seperti itu. Tentu kabar itu membuat kami resah dan khawatir. Mau di relokasi ke mana lagi. Kami tetap minta pulang (ke Sampang). Itu harga mati. Tidak bisa ditawar-tawar lagi,” kata Umi Kulsum warga Desa Blu’uran, Kecamatan Karang Penang, Kabupaten Sampang saat dikonfirmasi di halaman Gedung Negara Grahadi Surabaya.

Perempuan yang mengaku sudah delapan tahun tinggal di pengungsian ini meminta agar pemerintah mencabut fatwa sesat terhadap keyakinan mereka. Sebab, jika fatwa sesat itu tidak dicabut, maka dimanapun mereka berada, pasti akan ditolak masyarakat setempat.

“Kalau kita dikatakan sesat, tolong dibuktikan dimana kesesatannya. Jangan pokoknya-pokoknya sesat saja tapi tidak bukti,” dalih istri Tajul Muluk salah satu pemimpin syiah di Sampang ini.

Hingga saat ini Umi Kulsum bersama ratusan pengungsi lainnya masih menunggu keadilan dari pemerintah. Namun, keadilan yang ditunggu-tunggu itu tak kunjung datang. Dia tetap berharap agar Gubernur Khofifah  maupun Presiden Jokowi terketuk hatinya dan bisa membantu kejelasan nasib para pengunngsi Syiah.

“Selama ini, kami dengan keluarga yang ada di Sampang, baik-baik saja, tidak ada masalah. Kami sering berkunjunng ke sana,” beber perempuan berbaju merah ini.

Senada, pengungsi Syiah lainnya, Rizkiyatul Fitriyah warga Desa Blu’uran, Kecamatan Karang Penang, Kabupaten Sampang mengaku  karena tak kunjung ada yang menemui, pihaknya akhirnya menulis surat permintaan untuk bisa bertemu dengan Gubernur Khofifah.

“Kami kesini minta ketemu dengan Ibu Gubernur. Tapi tadi ajudannya bilang Ibu Gubernur jadwalnya padat, sedang keluar kota. Ya akhirnya kami sulit untuk bisa ketemu,” jelas Fitriyah.

Surat dari pengungsi Syiah Sampang yang ditujukan pada Gubernur Khofifah berisikan :

‘Assalamualaikum, kami dari pengungsi Sampang, ingin menemui langsung ke Ibu Gubernur. Kami sudah datang ke kantor, tapi ini Ibu tidak ada. Kami ingin menyampaikan keluh kesah kami selama di pengungsian. 

Kalau ada waktu kosong, kami sangat berharap bertemu langsung dengan ibu sekaligus silaturahmi sebagai kepala provinsi. Karena kami ingin kejelasan tentang nasib kami yang sudah mengungsi selama 8 tahun. 

Kami harap Ibu bisa menemui kami pada tanggal 14 Maret – 20 Maret 2020, menyesuaikan jadwal kosong Ibu Gubernur. Terima kasih. Hormat Kami, Perwakilan Pengungsi Ibu-Ibu Sampang. Tertanda Umi Kulsum. 

Sebagaimana diketahui, hingga saat ini ada sebanyak 340 orang lebih warga Syiah dari sejumlah desa di Sampang yang diungsikan ke  Rusun Jemundo, Sidoarjo. Mereka diungsikan akibat konflik pada Agustus 2012 silam. Konflik berupa penyerangan dan pembakaran bangunan milik warga Syiah itu mengakibatkan satu orang tewas dan empat orang lainnya kritis serta puluhan rumah terbakar. (ud)