
JOMBANG | duta.co – Dulu, suara cangkul yang menghantam tanah di pagi hari adalah musik harian di desa-desa Kabupaten Jombang. Tapi kini, di banyak lahan yang dulu hijau oleh padi dan jagung, hanya tersisa sunyi atau suara motor anak-anak muda yang hilir mudik mencari sinyal demi membuka lowongan kerja di ponsel mereka.
Angka pengangguran di Kabupaten Jombang kembali naik. Setelah sempat menurun dari 35.790 jiwa (2023) menjadi 28.738 jiwa (2024), data terbaru tahun 2025 menunjukkan angka itu naik lagi menjadi sekitar 30.000 jiwa. Yang lebih mencemaskan, mayoritas dari mereka adalah generasi muda generasi Gen Z yang kini menjadi wajah kegelisahan ekonomi lokal.
Berbagai kajian menunjukkan bahwa anak muda Jombang mulai menjauh dari sektor pertanian sektor yang selama puluhan tahun menjadi nadi kehidupan ekonomi desa. Mereka ingin pekerjaan yang lebih stabil, lebih menjanjikan, dan lebih “kota”. Namun, di saat sektor industri belum tumbuh dan sektor pertanian ditinggalkan, yang tersisa adalah ruang hampa; pengangguran.
Melihat kenyataan ini, Bupati Jombang, Warsubi, mendorong percepatan pembangunan Kawasan Industri Utara Brantas (KIUB), sebuah proyek strategis yang diharapkan menjadi lokomotif baru ekonomi daerah. Langkah ini mendapat dukungan penuh dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jombang.
Ketua Kadin Jombang, Joko Herwanto, S.Sos., menegaskan bahwa sudah saatnya arah pembangunan ekonomi Jombang dipikirkan ulang dengan lebih serius.
“Kadin siap bersinergi dengan pemerintah daerah dalam mewujudkan kawasan industri ini. Terutama untuk memastikan infrastruktur seperti akses jalan bisa tersedia, karena hal tersebut tanggung jawab investor,” kata Joko kepada duta.co, Senin (23/6).
KIUB sendiri berdiri di atas lahan yang kini dikuasai PT Inteland. Pembangunan kawasan ini menggunakan skema kolaboratif yang menuntut sinergi antara pemerintah daerah dan investor swasta. Di sinilah Kadin berperan aktif; menjembatani komunikasi dan memastikan sektor swasta tidak hanya hadir secara modal, tetapi juga secara sosial.
Namun lebih dari sekadar proyek industri, Joko menilai KIUB sebagai momentum strategis untuk menyatukan kembali harapan anak muda dan potensi lokal, terutama melalui pelibatan UMKM dan pelatihan kerja berbasis teknologi.
“Ini bukan cuma soal pabrik. Ini soal membuka masa depan baru. Kalau dulu orang tua kita hidup dari sawah, mungkin anak-anak kita akan hidup dari produksi, teknologi, dan kreativitas,” pungkasnya. (din)