M. Rikza Chamami
Sekretaris Lakpesdam NU Kota Semarang

Judul di atas sangat singkat, sederhana tapi kaya makna. Istilah yang semalam disampaikan guru kita KH Ahmad Mustofa Bisri (14/1/2017). Sekarang memang menjadi penting bagi bangsa Indonesia. Siapa yang bisa melakukan itu? Dimana tempatnya? Pasti kita makin penasaran.

Gus Mus memberikan ulasan yang sangat mudah dipahami, bahwa tempat pendidikan lahir batin ada pada pondok pesantren. Dan yang bisa melakukan pendidikan lahir batin adalah Kyai. Sebab Kyai ada hubungan batin dengan santri. Tidak hanya mendidik secara lahir tapi juga didoakan.

Kisah di Universitas Gadjah Mada (UGM) ada kerjasama dengan Pondok Pesantren penerimaan mahasiswa baru. Ada 11 santri yang ikut ujian dan yang 10 lulus. Semua pejabat dan dosen UGM kaget, sebab soal yang diujikan itu tidak ada di pesantren. Tapi kok bisa lulus para santri itu?

Ada tiga kesimpulan yang membuat santri itu lulus ujian UGM: Pertama, mengerjakan dengan baca bismillah. Kedua, sebelum ujian meminta restu Kyai. Dan ketiga, pesantren itu kenal belajar setiap hari, bukan hanya menjelang ujian.

Kisah lainnya adalah Kyai Umar Mangkuyudan, seorang ulama hamilul Qur’an (hafal), perilakunya ngepaske lakune podo Al-Qur’an sederhana, nguwungke uwong, tawadlu’. Beliau ngerek bendero pas pitulasan (17 Agustus). Ditanya oleh orang, Kyai kok mengibarkan bendera sendiri. Beliau tegas menjawab bahwa ini sebagai sukur tanah air Indonesia merdeka. Maka Kyai melakukan sendiri, tidak minta tolong santri.

Kyai Umar memanggil lurah pondok: “Tolong catatkan nama santri yang nakal, dirangking: ternakal, nakal sekali,  nakal, agak nakal”. Setelah selesai data santri nakal itu diserahkan Kyai. Sekian lama lurah pondok ingin mengetahui langkah Kyai dalam memberikan hukuman. Namun, hukuman itu tidak kunjung ada.

Kemudian lurah pondok penasaran dan tanya kepada Kyai, kok tidak ada hukuman. Kyai Umar menjawab bahwa kertas data santri kemarin untuk dido’akan khusus dengan nama-nama agar menjadi orang baik. Subhanallah Itulah pendididikan lahir batin dari Kyai di pondok pesantren.

Pendidikan lahir batin lainnya adalah, Kyai pesantren tidak ngajari ilmu agama saja, tapi juga ngajari kebangsaan yang disampaikan dengan logika sederhana: “INDONESIA RUMAHKU”. Sujud disini, minum air sini, wudlu air sini dan mati dikubur disini. Karena rumahku, maka saya pertahankan. Kalau ada yang musuhi rumahku, saya lawan.

Kata Gus Mus: “Wong pesantren, wong NU itu duwe Kyai. Ngajari: Awake dewe iki, wong Indonesia seng beragama Islam. Orang wong Islam seng kebeneran neng Indonesia. Kita bukan turis. Ada orang Indonesia kok ngebom Indonesia, kejungkel pikirane. Omahe dewe kok dirusak, udele kualik. Mesti tidak pernah mondok. Kalau mondok pasti diajari Kyai cinta Indonesia.”

Maka orang Jawa kuno membuat sumur itu di depan rumah, separo untuk rumah, separo untuk orang lain untuk nyediakan sedulur kalau kepanasen. Dan orang Jawa menyediakan kendi (tempat air terbuat dari tanah) ditata di depan rumah. Kendi itu berasal dari tanah berisi air. Ini mengingatkan TANAH AIR. Subhanallah. (*)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry