Oleh: Prof Dr H Maskuri Bakri MSi

ADALAH merupakan jawaban dari kebijakan Kampus Merdeka bagi mahasiswa. Menurut saya, ini bukan lagi suatu kebijakan tapi sudah menjadi tuntutan bagi sebuah perguruan tinggi untuk menciptakan daya saing lulusan.

Selain itu, perlu juga mengembangkan program pembentukan karakter mahasiswa. Di mana, yang melekat pada diri mereka jiwa entrepreneur. Ke depan semesetinya tiap program studi menerapkan pembentukan jiwa entrepreneur dengan tataran kegiatan kemahasiswaan. Dengan kegiatan yang disebut Rumah Kreatif Mahasiswa misalnya.

Ini sejalan dengan langkah bangsa ini untuk menyiapkan tenaga-tenaga profesional yang berkompeten yang juga memiliki kompetensi plus.

Menurut pemikiran saya, saat ini perlu merancang program unggulan di masing-masing program studi. Nantinya setiap prodi memiliki kekhasan masing-masing, di mana kekhasan tersebut belum pernah dijumpai di perguruan tinggi lainnya. Ini diciptakan sebagai program untuk menciptakan daya saing tiap lulusan.

Di perguruan tinggi kami, proses dari perancangan ini sedang berjalan dan Insyaallah akan digulirkan mulai tahun ajaran baru nanti. Termasuk juga rekonstruksi kurikulum yang saat ini sedang gencar-gencarnya dilakukan.

Kami meyakini hal ini akan semakin tajam dan optimal dengan penerapan KKN tematik. Di mana tiap-tiap mahasiswa yang mengikuti program ini akan didorong berperan sesuai dengan passion dan kompetensinya.

Ada yang berperan sebagai penggagas, ada pula yang berperan sebagai motivator, atau ada yang menjadi marketing, maupun ada yang menjadi manajerial.

Sedangkan mahasiswa yang mengikuti program KKN tematik ini akan menggali sekaligus mencuatkan potensi dari desa-desa yang mereka tempati. Mereka akan mengangkat Local Wisdom atau kearifan lokal.

Kearifan lokal akan semakin mencuat tatkala para mahasiswa ini berlomba-lomba untuk mengasah kreativitas dan produktivitas masing-masing kelompok KKN.

Niatan dari program ini sendiri untuk menjadikan para mahasiswanya lewat KKN tematik ini sebagai Agent of Change dari kondisi desa setempat. Hingga sepeninggal mahasiswa, masyarakat setempat harus melanjutkan terobosan yang sudah dibuat mahasiswa Unisma. Maka disinilah peran penting dari Kepala Desa untuk mengawal KKN Tematik ini.

Lewat pola KKN tematik yang diusung kami ini maka akan tercipta pula transfer of knowledge. Juga transfer of change, transfer of skill, termasuk juga transfer of habitues.

Mengerucutnya dari jiwa kreativitas di sebuah kampus tidak tiba-tiba diterapkan di KKN tematik, namun sudah terasah lewat program Rumah Kreatif Mahasiswa. Salah satu contohnya, mahasiswa kami menciptakan teh seduh dari daun jeruk.

Berdasar pengalaman, tingkat keberhasilan mengangkat kearifan lokal dari desa-desa yang telah dikunjungi oleh KKN tematik kami sendiri mencapai 75%. Padahal ini KKN tematik ini yang Perdana, yang kemudian akan terus dievaluasi. Bahkan, untuk mempertajam jiwa entrepreneur mahasiswa.

Kampus-kampus tiap akhir semester perlu mengadakan pameran hasil karya mahasiswa, baik berupa konsep maupun yang sudah berbentuk produk.

Beriring perlu pula disiapkan modul pembelajaran sistem perkuliahan entrepreneur. Di mana perguruan tinggi di Indonesia perlu mengubah paradigma bahwa kuliah itu tidak hanya transfer knowledge namun juga success history.

Kuliah bukan hanya menghabiskan waktu untuk duduk di kelas selama satu setengah jam. Namun juga “berburu” pengalaman sukses dari orang-orang sukses.

Peran dari masing-masing dosen, nanti hanya sebagai fasilator untuk menghubungi orang-orang sukses. Terutama alumni-alumni sukses dan tokoh-tokoh penting di negara ini. Ikatan alumni pun harus dipersiapkan pula yang membuat Hari Entrepreuner Nasional. Hingga nantinya ada sharing pengalaman dan Job Fair menyerap tenaga kerja dari satu almamamater. Secuil dari permasalahan bangsa mengenai pengangguran akan terentas sudah.

*Penulis adalah Rektor Universitas Islam Malang (Unisma)