JAKARTA | duta.co  – Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menggelar acara pemutaran perdana (premiere) film kemanusiaan “Iman di Pangkuan Sang Fakir” di Theater 1 Bioskop XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan pada Rabu (6/2). Melalui film ini, BAZNAS ingin menggugah semangat masyarakat untuk peduli dengan kondisi kemiskinan yang nyata di lingkungan sekitarnya.
Hadir dalam acara tersebut Ketua BAZNAS, Prof Dr Bambang Sudibyo, MBA, CA, Direktur Utama BAZNAS, Arifin Purwakananta, Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama, Fuad Nasar, Ketua DPC Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Wonosobo, Maizidah Salas, Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia, Hamid Abidin, sejumlah undangan dan masyarakat umum yang menonton sambil berinfak.
Film berdurasi 1 jam 38 detik ini diproduksi bersama SBMI Wonosobo, berkisah tentang perjuangan anak bernama Iman dalam menjalani kehidupan serba kekurangan. Dalam kondisi kehidupan serba sulit, justru banyak yang memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan yang bukan haknya. Realita kemiskinan terbingkai dalam kisah ini, seperti jeratan rentenir yang membuat kondisi masyarakat miskin makin terpojok.
Bambang Sudibyo mengatakan, zakat bukan hanya soal pemberian bantuan, namun yang lebih penting ialah bagaimana rasa kepedulian terhadap kesulitan sesama ini terus dipupuk. Sebab kemiskinan yang melanda sebagian masyarakat di negeri ini memang mengkhawatirkan, namun yang sesungguhnya lebih mengkhawatirkan ialah punahnya rasa kepedulian dari si mampu.
“Karena itu BAZNAS terus mengkampanyekan ajakan kebaikan, terus mengajak peran aktif masyarakat dalam permasalahan nyata yang terjadi di sekitar lingkungan mereka,” katanya.
Bambang mengatakan, kemiskinan bukan hanya membutuhkan penanganan secara material, namun juga memerlukan solusi spiritual untuk mendampingi pembangunan manusianya. Hal ini sesuai dengan syariat zakat yang melengkapi program penanggulangan kemiskinan dengan memberikan dakwah bagi para penerima manfaat.
Maizidah Salas berharap film ini dapat mengingatkan masyarakat kembali untuk tak abai dalam lingkungan kehidupannya.
“Kita perlu terus menanam rasa kepedulian di dalam hati dan menularkannya kepada lingkungan. Sebab banyak hal yang dapat membuat rasa kepedulian itu menjadi terkikis,” katanya.
Realita yang dialami para buruh migran juga menjadi inspirasi dalam cerita ini. Buruh migran menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat yang lekat dengan keterbatasan.
Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama, Fuad Nasar mengapresiasi kehadiran film ini di tengah masyarakat.

“Film ini diharapkan menginspirasi dan menggugah banyak orang untuk meyakini, menghargai dan berbuat sesuatu dalam kehidupan kemanusiaan.
Sekilas saya menangkap film ini bercerita tentang pejuang-pejuang kehidupan yang ada di sekitar kita,” katanya.

Arifin Purwakananta yang sekaligus merupakan produser eksekutif Film “Iman di Pangkuan Sang Fakir” mengatakan, film ini dibuat dengan mengangkat realita yang terjadi, untuk menanamkan kepedulian pada persoalan kemanusiaan.
“Film ini akan diputar secara independen oleh BAZNAS, BAZNAS daerah bekerja sama dengan berbagai pihak yg memberikan sponsor. Juga sudah ada permintaan dari Komunitas Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri untuk memutar film ini di Hongkong, Taiwan dan Korea,” katanya.
Menurut Hamid Abidin, film ini bisa menjadi sarana efektif untuk mengedukasi sekaligus mengkampanyekan kesadaran berzakat di kalangan generasi millennial.
“Generasi millennial umumnya lebih suka terlibat di kegiatan filantropi yang bersifat interaktif, menggunakan teknologi informasi dan budaya pop seperti film, musik, dan lainnya. Melalui film ini, BAZNAS juga bisa memberikan teladan sekaligus inspirasi bagi organisasi filantropi, khususnya BAZ dan LAZ, untuk mulai menggunakan cara2 yg lebih inovatif dalam menkampanyekan zakat sekaligus menggaet muzakki dari kalangan millennial,” katanya. (hud)
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry