PROBOLINGGO | duta.co – Pemerintah Kabupaten Probolinggo mengenalkan pakaian batik dan bordir kepada masyarakat melalui Fashion show promosi batik dan bordir khas Kabupaten Probolinggo tahun 2023.
Fashion show ini diinisiasi oleh Dewan Kerajijan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Probolinggo di Alun-alun Kota Kraksaan, Minggu (21/5/2023).
Hadir dalam acara tersebut, Plt Bupati Probolinggo, Timbul Prihanjoko, Sekretaris Daerah Kabupaten Probolinggo, Ugas Irwanto dan Ketua Dekranasda Provinsi Jawa Timur, Arumi Bachsin dan Ketua Dekranasda Kabupaten Probolinggo Hj Nunung Timbul Prihanjoko.
Mengusung tema “Asmaranala Bromo Tengger/Pesona Bromo Tengger”, sebanyak 35 Kepala OPD, 24 Camat dan 30 Kepala Puskesmas se-Kabupaten Probolinggo menunjukkan pakaian batik bordir terbaiknya di depan para juri.
Mereka semua berlomba dan dinilai dari kriteria kepercayaan diri, keserasian dan kenyamanan.
Ketua panitia pelaksana Taufik Alami mengungkapkan kegiatan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali perekonomian masyarakat khususnya IKM bordir dan batik khas di Kabupaten Probolinggo.
“Kita ketahui saat ini anggaran Pemerintah Kabupaten Probolinggo difokuskan untuk infrastruktur dasar. Namun demikian penguatan ekonomi juga tidak boleh ditinggalkan. Ikhtiar promosi ini diharapkan mampu membantu meningkatkan daya saing dan nilai jual produk ekonomi kreatif masyarakat,” jelas Taufik.
Sementara itu, Plt Bupati, Joko menyebut, melalui kegiatan ini para seniman dan pengrajin batik dan bordir dapat terus berkarya dalam rangka mengembangkan batik dan bordir di Kabupaten Probolinggo.
“Selain dapat menambah kekayaan dan keragaman kebudayaan Indonesia, juga dapat ikut memberdayakan perekonomian masyarakat. Demikian pula dengan busana bordir khas Kabupaten Probolinggo dan Udeng Tengger. Saya minta para ASN di lingkungan Pemerintah Kabupaten Probolinggo untuk ikut bangga mengenakannya, terutama pada hari-hari yang telah ditentukan,” jelas Joko.
Di sisi lain, Arumi Bachsin menegaskan, sebenarnya batik dan bordir khas Probolinggo sudah layak untuk go nasional bahkan international.
Menurutnya, kegiatan ini membawa dampak yang sangat luar biasa bagi perekonomian masyarakat. Sebab dari kegiatan ini, minimal ada 100 pasang kain yang dibutuhkan oleh Kepala OPD, Camat dan Kepala Puskesmas. Bahkan merekapun harus antri untuk jahitnya.
“Dari situ jelas terlihat ada lonjakan ekonomi yang terjadi di segala sektor kerajinan batik dan bordir. Baik dari sisi desainernya, pengrajinnya, penjahitnya maupun sektor-sektor kecil lainnya,” tegas Arumi. hul/**