Oleh Imam Shamsi Ali*

JAKARTA | duta.co – Indonesia masuk dalam jajaran negara-negara besar dunia. Kebesarannya itu mencakup segala makna kata besar itu sendiri. Besar sejarah, besar potensi alam, dan sumber daya manusianya.

Kebesaran Indonesia menjadi lebih unik ketika sampai kepada keindaham ragam budaya, tradisi, dan agama. Keragaman itu teranyam dalam satu kesatuan bangsa; Indonesia.

Dan akan menjadi lebih spesial lagi ketika kita menyadari Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar dunia. Terlebih lagi bahwa Islam yang dianut oleh bangsa ini adalah Islam yang merangkul nilai-nilai modernitas. Islam yang merangkul demokrasi, menghargai HAM, kebebasan, dan juga menghormati kaum wanita dan minoritas.

Kebesaran Indonesia inilah sesungguhnya yang perlu diekspose ke dunia global. Bahwa Indonesia sesungguhnya bisa menjadi alternatif “kiblat” tatanan dunia global abad modern.

Kita kenal bahwa selama ini dunia menjadikan Barat sebagai kiblat. Hampir dalam segala hal, termasuk tatanan kehidupan publik. Dunia menjadikan “nilai-nilai” Barat sebagai cerminan hidup. Kini masanya Indonesia untuk maju dan menjadi “role model” dalam membangun tatanan dunia itu.

Seperti disebutkan di atas, keunikan Indonesia yang mungkin negara-negara besar lainnya tidak miliki adalah realita bahwa negara ini adalah negara Muslim terbesar dunia. Ini adalah modal besar dan dahsyat kalau saja para pemimpin bangsa ini menyadarinya dan mensyukurinya.

Kebesaran Indonesia dalam hal keagamaan (baca Islam) ini karena sejarah kehadiran Islam di Nusantara yang juga unik. Bahwa Islam hadir di negeri ini tidak melalui konflik fisik (perang). Melainkan proses damai dan integrasi sosial budaya kemasyarakatan.

Hal itu tentunya, langsung atau tidak, berpengaruh kepada wajah dan karakter keislaman di bumi Nusanatra ini. Islam berpenetrasi ke dalam kehidupan manusia Nusantara, menjadi darah dagingnya, tanpa proses emosi dan kekerasan.

Itulah yang mendorong terjadinya pertautan antara karakter manusia Nusantara dan esensi ajaran Islam. Pertautan itu yang kemudian melahirkan karakter kebangsaan dan keagamaan yang khas. Yaitu karakter keagamaan dan kebangsaan yang ramah, santun, bersahabat, berkemajuan, inklusif, serta mengedepankan dialog dan kerjasama diatas konflik dan permusuhan.

Lebih jauh lagi, perkawinan antara karakter manusia Nusantara dan esensi ajaran Islam itu menghasilkan karakter kebangsaan dan keagamaan yang merangkul nilai-nilai peradaban modern. Karakter yang Demokratis, berkemajuan, merangkul keragaman (diversity), dan seterusnya.

Katakter itulah yang terangkum dalam bahasa Al-Quran: “Rahmatan lil-alamin” (karakter yang menyebarkan kasih sayang bagi seluruh alam).

Pertanyaannya kemudian kenapa keunikan bangsa ini belum dikenal luas, bahkan kerap dilihat sebelah mata oleh dunia? Jangankan dunia Internasional. Dunia Islam saja masih sering meremehkan potensi keislaman dan keumatan bangsa ini.

Tentu tidak mudah mengarahkan jari (finger point) dan menyalahkan pihak tertentu. Sebaliknya akan sangat bijak jika hal itu menjadi tanggung jawab kolektif bangsa.

Artinya realita yang masih kurang menggembirakan itu harusnya diambil sebagai tantangan bersama untuk merubahnya. Kita harus secara bersama-sama melakukan semua hal yang memungkinkan untuk menjadikan negeri ini lebih dihormati di mata dunia.

Teman-teman diplomat tentu telah melakukan yang terbaik. Tapi alangkah baiknya lagi jika tanggung jawab itu dilakukan dengan semangat keinginan melihat bangsa besar ini lebih dihargai. Bukan sekedar melakukan tugas dan berakhir dengan laporan yang bagus.

Sebagai putra bangsa yang telah hidup di luar negeri lebih 30 tahun tentu saya juga terpanggil untuk melakukan semaksimal kemampuan yang ada untuk mengenalkan negeri besar nan indah ini. Tentu melalui kapasitas dan keahlian yang Allah titipkan pada saya.

Melalui dakwah dan pendidikan saya selalu berusaha untuk menampilkan Indonesia sebagai “the can and the able nation”. Tentu slogan ini saya ambil dari mantan Presiden Amerika, Barack Obama: “Yes We Can”.

Bahwa kita sesungguhnya bisa melakukan banyak hal untuk menampilkan kehebatan dan kebesaran Indonesia. Bahwa bangsa kita dengan segala keterbatasan mampu berada di garda depan untuk bersama-sama membangun dunia yang lebih baik.

Tapi untuk bisa melakukan itu diperlukan kesadaran bersama. Bahwa tanggung jawab membawa nama besar Indonesia ke luar negeri itu adalah tanggung jawab kolektif. Dan Karenanya perlu saling mendukung, saling menopang, dan menghargai.

Terlebih khusus lagi tentunya pemerintah dan seluruh aparatnya, termasuk perwakilan-perwakilannya di luar negeri, harusnya mendorong, mendukung dan menghargai potensi dan peranan anak-anak bangsa.

Tapi pada akhirnya kebesaran negeri ini juga banyak ditentukan oleh karakter kepemimpinannya. Kharisma dan kapabilitas pemimpin menjadi ukuran “kharisma dan kehormatan” bangsa di mata dunia.

Karenanya, negeri ini kembali merindukan sosok Soekarno untuk hadir di gelanggang global masa kini. (*)

Slipi, 10 April 2019

* Penulis adalah Diaspora Indonesia di kota New York, AS.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry