JAKARTA | duta.co – Pembobol dana nasabah BRI di Kediri diduga dilakukan jaringan dalam negeri. Mereka melakukan tindakan ilegal dengan mengkloning data nasabah di ATM.  “Di lokal (dalam negeri) pun sudah banyak melakukan itu, kita akan dalami dulu,” ujar Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto di Gedung Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta, Kamis (15/3).

Pembobolan dana nasabah berpotensi terjadi dengan cara skimming atau tindakan pengkloningan data nasabah di ATM. Setyo menuturkan kepolisian bakal menelusuri tindakan ilegal tersebut dengan melibatkan tim siber.

“Di rekening tiba-tiba (uang) hilang by system. Nanti kita lihat modus operandi pelaku, faktanya adalah rekening berkurang secara tiba-tiba,” ucap Setyo.

Keamanan siber tak bisa dianggap enteng. Seluruh aktivitas yang memanfaatkan teknologi dinilai tetap perlu dilakukan audit secara rutin. “Tentu harus dicek, sewaktu-waktu dilakukan audit sehingga kita betul-betul yakin sistem di software kita aman dan sistem di dunia siber perlu diantisipasi,” ujarnya.

BRI menjadi sorotan setelah 87 nasabah di wilayah Kediri, kehilangan dana di rekeningnya. Saldo mereka berkurang secara misterius. Sebanyak 33 orang tercatat sebagai nasabah BRI Unit Ngadiluwih dan 54 orang nasabah dari BRI Unit Purwokerto. Rata-rata korban merasakan transaksi misterius yang terjadi pada 10 dan 11 Maret. Mereka pun telah melaporkan masalah ini ke Polda Jawa Timur.

 

Uang Nasabah Sudah Diganti

Sementara itu, Dirut BRI Suprajarto menyatakan sudah mengganti uang nasabah di Unit Ngadiluwih dan Purwoasri, Kabupaten Kediri, yang hilang diduga karena aksi kejahatan skimming. “Sudah kita selesaikan semua. Totalnya ditaksir sekitar Rp 100 jutaan,” ujarnya di sela-sela pertemuan Presiden dengan para pimpinan Bank Umum di Indonesia, di Istana Negara, Jakarta, Kamis (15/3).

Berkaitan dengan kasus tersebut, pihaknya akan melakukan patroli setiap hari ke seluruh ATM milik BRI. “Memang kita ke depan harus dengan patroli. Walaupun sekarang ada tapi rupanya harus dirutinkan. Sebab, kalau nggak kita patroli setiap hari, kan mereka (pelaku skimming) semakin canggih. Kemudian kita monitoring, ada berapa transaksi anomali dan sebagainya,” kata Suprajarto.

Patroli ke seluruh ATM setiap hari menjadi salah satu upaya pencegahan BRI agar kasus uang nasabah hilang secara misterius tidak terulang kembali. Untuk keperluan itu, pihaknya akan mengerahkan tenaga kerja outsourcing karena patrol dilakukan setiap hari.

“Ya outsourcing, mau tidak mau, kalau orang kita (BRI) nggak mungkin. karena harus harian. setiap hari dicek, kalau melawan kejahatan yang seperti ini ya kayak kejar-kejaran saja,” tambah Suprajarto.

Tidak hanya itu, dia juga mengungkapkan salah satu upaya mengantisipasi proses skimming dengan memberlakukan chip di kartu ATM. Hal ini juga amanat yang diberikan oleh Bank Indonesia (BI). “Kita sudah progres masuk di chip, mau tidak mau saya harus lakukan itu perkiraannya pertengahan tahun depan mudah-mudahan selesai semua,” ungkap dia.

Pemasangan chip di Bank BRI baru mencapai 5%. Suprajarto mengungkapkan karena prosesnya tidak mudah. “Prosesnya nggak gampang ya, ada berapa langkah yang harus kita lakukan tapi itu terus kita lakukan. Dan insyaallah pertengahan tahun depan selesai. Walaupun mungkin bank lain masih mundur sampai tahun 2022, tapi kita pingin cepat,” tutup dia.

 

Penjahat Selalu Berinovasi

Di tempat yang sama, Komisaris Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Andrinof Chaniago mengatakan perbankan harus segera berinovasi untuk tetap menjaga sistem perbankannya agar tidak mudah dibobol.

Dia mengatakan kasus hilangnya uang nasabah BRI di Kediri, disebabkan penjahat atau pelaku pembobolan lebih jago. “Di mana-mana, penjahat itu lebih dahulu, dia selalu berinovasi, makanya kita sebagai sasaran harus lebih siap juga, kalau teknologi harus lebih mengejar,” kata Andrinof.

Upaya yang dilakukan BRI, kata Andrinof, akan membawa pelaku pembobolan ini ke ranah hukum. Sedangkan di internal menyiapkan pertahanan teknologi. “Ini bukan virus, ini bagaimana orang mengacak-acak sistem, jaringannya dibaca, dia bisa menyedot data, bagaimana dia bisa menyedot data, itu yang diamankan. Jadi IT itu pertahanan utama kita,” ungkap dia.

Andrinof menduga pimpinan pelaku pembobol uang nasabah BRI berada di luar negeri, sedangkan yang beraksi adalah agennya. Dia juga mengungkapkan soal ganti rugi kepada nasabah BRI yang uangnya hilang secara misterius sudah dilakukan pergantian.

“Relatif masih kecil (nilainya), saya lupa, tapi kan kecilpun yang penting jaga sistem, ini harus cepat pelacakan sampai luar negeri. Otaknya darii luar, di sini agennya saja,” tutup dia. hud, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry