Dr. M. Elfan Kaukab (dok/duta.co)

Oleh : Dr. M. Elfan Kaukab Pengamat Ekonomi dan Bisnis GCC (Gulf Cooperation Council)

Diplomasi ketenagakerjaan Indonesia dan GCC memiliki setidaknya dua peluang yang dapat menguntungkan Indonesia. Pertama, dari segi populasi, Indonesia adalah negara Islam terbesar di dunia. Sejauh ini, mayoritas tenaga kerja asing di GCC berasal dari India. Persentase tenaga kerja India di GCC berkisar antara 13% dari total seluruh TKA di Arab Saudi hingga 41% di Bahrain. TKA dari negara muslim bersumber dari Bangladesh, Pakistan, dan Mesir (BPM) yang menyusun hanya antara 22% TKA di Qatar dan Saudi Arabia dan 49% TKA di Oman [1].

Keuntungan memiliki TKA dari latar belakang budaya yang sama adalah meminimalkan potensi cultural shock dan menciptakan kesamaan orientasi dalam perilaku yang sesuai dengan norma. Indonesia semestinya dapat masuk ke dalam lima besar negara asal TKA yang saat ini ditempati India, Pakistan, Bangladesh, Mesir, dan Filipina (Tabel 1).

Walau begitu, hingga saat tenaga kerja Indonesia masih sangat sedikit di negara-negara GCC. Sebagai contoh, KBRI Kuwait mencatat bahwa hanya ada 6.561 orang WNI yang tinggal di Kuwait dan tidak semua WNI ini bekerja, mereka sebagian adalah pelajar [2].

Bahkan jika seluruhnya adalah TKI, jumlah ini hanya menyusun 0,20% jumlah TKA di Kuwait.

  Bahrain Kuwait Oman Qatar Saudi Arabia UAE Total
India      318,547   1,012,104      748,461      698,088     2,440,489   3,419,875        8,637,564
Bangladesh        82,518      281,131      690,407      263,086     1,246,052   1,079,013        3,642,207
Pakistan        78,638      109,427      257,105        90,000     1,447,071      981,536        2,963,777
Mesir        24,569      670,524        46,970      200,000     1,300,000      400,000        2,642,063
Philippines        50,585      213,989        49,243      200,000        628,894      556,407        1,699,118
Total 5 Besar      554,857   2,287,175   1,792,186   1,451,174     7,062,506   6,436,831      19,584,729
Total TKA      782,000   3,218,525   2,022,470   2,499,057   18,114,971   8,587,256      35,224,279
TKA BPM      185,725   1,061,082      994,482      553,086     3,993,123   2,460,549        9,248,047
Populasi   1,641,172   4,621,638   4,601,706   2,832,067   34,268,528   9,770,529      57,735,640
%  BPM/Populasi 11% 23% 22% 20% 12% 25% 16%
% BPM/TKA 24% 33% 49% 22% 22% 29% 26%

Tabel 1. Komposisi TKA (Ekspatriat) di Negara-Negara GCC [1]

 Peluang kedua adalah masih dibutuhkannya tenaga kerja terdidik di negara-negara GCC. Studi menunjukkan bahwa sekitar 50% TKA yang bekerja di Kuwait memiliki latar belakang pendidikan dasar atau lebih rendah [3]. Hal ini dipercaya menjadi salah satu penyebab mewabahnya virus Covid-19 di negara tersebut pada kalangan TKA. TKA berpendidikan rendah cenderung kurang sensitif terhadap perkembangan global dan cenderung berkelompok di dalam lingkungan mereka sendiri tanpa kontak dengan budaya luar.

Indonesia semestinya dapat melihat permasalahan yang dihadapi negara-negara GCC ini sebagai sebuah peluang untuk mendorong lebih banyak TKI berpendidikan untuk dikirim ke kawasan GCC sehingga dapat membantu negara-negara ini mencapai visi pembangunan mereka seperti New Kuwait 2035, Saudi Vision 2030,  Qatar National Vision 2030, Abu Dhabi Economic Vision 2030, Dubai 3D, Fujairah 2040, Oman Vision 2040, dan Bahrain Economic Vision 2030, secara lebih percaya diri. Hal ini telah terlihat misalnya di Bahrain dimana diaspora Indonesia, walaupun sedikit, memiliki pekerjaan penting di sektor TIK, arsitektur, desain interior, ekonomi Islam, dan hospitality [4].

 Di sisi lain, ada tantangan yang harus dihadapi dalam meningkatkan diplomasi ketenagakerjaan dengan negara-negara GCC. Tantangan dari sistem penyaluran tenaga kerja yang masih rawan penyimpangan. Penyaluran tenaga kerja Indonesia di GCC, khususnya Arab Saudi telah berlangsung lama dan sebagian diantaranya terjadi secara ilegal.

Survei Bank Dunia pada bulan Desember 2013 yang melibatkan 4.660 individu pekerja migran yang telah kembali ke Indonesia menemukan pada sub-sampel pekerja migran yang sempat bekerja di Timur Tengah bahwa mereka menghadapi permasalahan upah lebih rendah dari yang disepakati (4%), keterlambatan pembayaran (14%), upah ditahan (6%), tidak mendapat tunjangan lembur (84%), jam kerja terlalu panjang (27%), beban kerja berat (22%), tidak mendapat hari libur (48%), penganiayaan fisik (5%), penganiayaan psikologis (7%), dan pelecehan seksual (6%) [5]. Khusus pekerja migran yang bekerja sebagai asisten rumah tangga, ditemukan bahwa sebanyak 38% bekerja lewat jalur non prosedural.

Sementara itu, KBRI Manama mencatat permasalahan seperti ketidaksiapan bekerja karena kompetensi rendah, culture shock, gaji tidak dibayar, pekerjaan tidak sesuai job description, perlakuan kasar pengguna jasa, pelecehan seksual, dan tindak pidana perdagangan orang [4]. Tentu saja hal ini harus diimbangi dengan fakta bahwa 70% pekerja migran menyatakan bahwa bekerja di luar negeri membantu mereka meningkatkan kesejahteraan dengan pendapatan rata-rata enam kali lebih tinggi daripada upah di dalam negeri [5].

Permasalahan ketenagakerjaan yang menjadi tantangan ini merupakan permasalahan yang kompleks. Tetapi Philipina misalnya, mampu membangun diplomasi ketenagakerjaan dengan Arab Saudi pada tahun 2012 sehingga memberikan jaminan lebih baik pada tenaga kerja asal negara tersebut [5]. Kita juga tidak ingin terus menerus dikenal sebagai sumber tenaga kerja asisten rumah tangga semata. Hal ini dapat memperburuk citra Indonesia sebagai negara kawasan tujuan wisata [4]. (*)

Referensi

[1]        F. D. Bel-Air, N. M. Shah, and P. Fargues, “The COVID-19 Health and Socio-economic Crises: Consequences on Population and Migration in the Gulf,” in Workshop 8, 2021, p. 8.

[2]        A. Barjas, “6561 Warga Negara Indonesia Bekerja di Kuwait,” Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2020. https://kemlu.go.id/kuwaitcity/id/news/6377/6561-warga-negara-indonesia-bekerja-di-kuwait

[3]        S. Salama, “Statistics revealed that 845,000 of Kuwait expats are illiterate,” Gulf News, Kuwait City, p. 3, 2020.

[4]        KBRI Manama, “Laporan Kinerja KBRI Manama,” KBRI Manama, Manama, 2021.

[5]        Bank Dunia, “Pekerja Global Indonesia: Antara Peluang & Risiko,” The World Bank, Jakarta, 2017.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry