Tampak Mahbub Zaki menyampaikan akar radikalisme dan pentingnya penguasaan teknologi informasi. (FT/DUTA.CO/RIFKY)

SEMARANG | duta.co – Kementerian Pemuda dan Olahraga Selasa (12/12/17) mengadakan pelatihan pemuda pelopor di Masjid Baitul Atiq Cabean, Semarang Barat. Mengangkat tema membangun kepeloporan dan patriotisme pemuda dalam menangkal radikalisme, pelatihan diikuti 50 peserta dari unsur mahasiswa dan pemuda masjid.

Ketua Takmir Masjid Baitul Atiq, H Muhammad Azhar dalam sambutannya memberikan pesan tentang pentingnya belajar. “Belajar itu sejak dari buaian orang tua hingga ke liang lahat. Kegiatan ini sangat penting bagi pelajar dan mahasiswa, sehingga ruang belajarnya tidak hanya terbatas pada bangku sekolah atau perguruan tinggi saja,” kata Azhar.

Hadir sebagai narasumber, Mahbub Zaki. Ia menyampaikan persoalan radikalisme itu lebih berakar pada persoalan ekonomi, dan penguasaan teknologi informasi. “Saat Presiden Amerika menandatangani perubahan ibukota Palestina, bangsa kita banyak berharap Saudi yang menyerang Trump, faktanya justru mendukung. Ini motifnya lebih ke arah ekonomi. bukan persoalan ideologi. Apalagi ideologi keagamaan,” kata Mahbub membuka wacana.

Boby (sapaan akrabnya) juga menegaskan supaya generasi muda Islam Indonesia harus bisa menguasai informasi teknologi (IT). “Kalau di masa dulu, pemegang modal adalah pemilik kapital terbesar. Saat ini penguasa teknologi informasi itu sekaligus pemilik modal. Kita bisa lihat bagaimana Go-Jek, Grab dan sejenisnya berkembang menjadi pengusaha tanpa modal. Untuk itu penguasaan informasi teknologi penting untuk pertandingan ideologi,” jelasnya mantab.

Imron Hadi, Konsultan Pendamping Desa dari Propinsi Jawa Tengah menerangkan bahwa sebenarnya radikal sebagai teori berfikir dan istilah ini berubah ketika menjadi radikalis dan radikalisme. “Radikal itu sebenarnya berfikir sampai ke akar-akarnya. Jadi pemuda memang harus mampu menganalisa sesuatu sampai jelas. Akan tetapi istilah radikalisme itu mengarah pada paham yang identik dengan kekerasan. Hari ini, ada orang Islam yang melakukan tindakan dengan kekerasan, maka, disebut sebagai radikalis,” kata Imron.

“Kalau melihat para pelaku radikalisme, itu rata-rata kalangan pemuda. Karena memang dari kalangan pemuda ini lebih identik dengan idealisme. Di sinilah persoalan yang terjadi, saat semangat belajar tinggi kemudian didoktrin sesuai keyakinan. Ini akan menjadi sel-sel radikalisme agama yang mengancam keutuhan bangsa dan negara,” tambahnya.(rif)
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry