RUWATAN : Acara pembukaan Pekan Budaya dan Pariwisata Kabupaten Kediri di Candi Tegowangi (duta.co/M. Isnan)

KEDIRI | duta.co -Perjalanan rombongan Festival Panji Internasional telah sampai di Kediri, merupakan tempat asal cerita Raden Panji telah populer di dunia. Bertempat di Candi Tegowangi Plemahan, Rabu sore (4/7), digelar agenda ruwatan dimeriahkan Pagelaran Wayang Kulit.

Hadir dalam acara ini, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik  Indonesia Nunus Supardi,

Acara digelar Pemerintah Kabupaten Kediri dalam Pekan Budaya dan Pariwisata ini, juga dihadiri Perwakilan Dispudparpor Jatim Prof Dr Sumarsam, Camat Plemahan Kediri H.Ahmad Wito Subagyo,SH, Msi, Kades Tegowangi Hermawan, perwakilan seniman dari dua negara, Thailand dan Kamboja.

Penanggung Jawab Festival Panji Internasional, Wahdan MY menjelaskan, kegiatan ini tak lain, untuk mengangkat dan memperkenalkannya kepada dunia.

“Sederhana sekali, kita ingin mempopulerkan Panji sebagai suatu warisan budaya. Yang juga merupakan lokal genius asli murni lahir dari bumi Jawa Timur Kediri,” jelasnya.

Acara ritual, berlangsung hidmat, apalagi ditambah dengan ritual ruwatan dengan maksud untuk membersihkan diri.

“Sebenarnya kita sudah undang lima negara, namun karena ada beberapa alasan, maka yang mengikutinya hanya 2 negara ini, yaitu dari Tailand dan Kamboja,” katanya.

Acara Festival Panji ini digelar selama 15 hari berturut-turut. Perjalanan yang dimulai dari Denpasar Bali, Pandaan Pasuruan, Malang, Tulungagung, Kediri, DIY, dan terakhir DKI Jakarta merupakan perjalanan historis tentang Panji.

“Ini kami harapkan upaya ini agar mampu mencerminkan bahwa Panji benar-benar menjadi populer. Sehingga dunia tahu bahwa Panji itu jelas-jelas adalah milik Indonesia. Karena UNESCO pun sudah mencatat bahwa Panji ini adalah khas budaya milik kita,” jelas Wahdan.

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nunus Supardi menyampaikan, semakin tenggelamnya kekayaan kebudayaan Indonesia, karena orang Indonesia kurang bisa menghargai yang dimiliki.

“Selalu orang mengatakan bahwa kita itu kaya raya, baik sumber daya alamnya maupun di kebudayaannya. Namun sekali lagi, kekayaan itu kian hari akan tertimbun karena kita tak peduli. Tidak hanya masyarakat secara umum, tapi juga para pemegang kebijakan,” jelas Supardi. (ian/nng)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry