Lima mahasiswa Unusa menunjukkan produk hasil inovasinya. DUTA/endang

SURABAYA | duta.co – Daun katuk dipercaya bisa merangsang produksi ASI bagi ibu menyusui.

Seiring perubahan zaman, daun katuk pun tidak hanya dikonsumsi sebagai sayuran tapi sudah diolah dan dicampur bahan lain agar bisa dikonsumsi dengan lebih enak.

Di  Pekan ASI Sedunia ini, lima mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) berkreasi membuat cookies berbahan dasar daun katuk.

Mereka adalah Shinta Adik Ayu Mufida, Septa Sekar Pertiwi Agustina, Agnes Zefillia Rizqi Habibah Annajm, Fienty Fitri Rahayu dan Yayang Korina Sukma.

Penggagas ide ini adalah Agnes panggilan akrab Agnes Zefillia Rizqi Habibah Annajm.

Agnes mengungkapkan cookies ini memang dikreasikan menyambut Pekan ASI Sedunia dan untuk memberi solusi cerdas kepada para ibu yang sedang menyusui namun mendapatkan masalah pada produksi ASI.

Salah satu permasalahan yang sering dihadapi ibu menyusui adalah kurangnya produksi ASI. Dari sanalah muncul ide  untuk mengatasi permasalahan tersebut.

“Lalu saya ajak teman-teman untuk membuat variasi baru dalam bentuk Cookies yang berbahan dasar daun katuk,” ujarnya Jumat (3/8) saat ditemui di Laboratorium (Lab) Gizi Unusa.

Agnes menambahkan daun katuk mengandung laktagagum dan Prolaktin yang tinggi, sehingga dapat membantu meningkatkan serta melancarkan produksi ASI.

Uniknya Cookies ini memiliki nama CORONUS (Cookies Sauropus Androgynus). Nama ini mereka ambil dari nama latin daun katuk yaitu Sauropus Androgynus.

Sementara Shinta mengatakan daun katuk juga dapat membantu mencegah osteoporosis. Karena daun ini kaya kandungan kalsium, fosfor, zat besi dan potassium.

Dalam seikat daun katuk, kandungan masing-masing mineral tersebut bisa mencapai 2,8%. Bahkan, kandungan zat besi dalam daun katuk lebih tinggi daripada daun pepaya dan daun singkong.

Selain mencukupi kebutuhan mineral tubuh, adanya kandungan-kandungan tersebut juga dapat meminimalisir risiko osteoporosis.

Harapanya setelah diadakan produksi pertama ini, Shinta dan teman-temannya berniatan untuk merambah kedunia pasar agar produksi ini mampu dikenal oleh kalangan luas dan dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah.

”Nanti kita coba untuk dipasarkan unik itu namanya CORONUS,” pungkas Shinta. rud

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry