SIDOARJO | duta.co – Keberadaan terminal Porong kini makin memprihatikan dan tidak sesuai dengan tujua awal yakni menjadi terminal. Pasalnya terminal Porong kini layaknya pasar karena melubernya para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang memenuhi area terminal.
Kepala Unit Termina Porong Pujo saat dikomfirmasi menjamurnya para PKL lewat telepon ada nada sambung malah dimatikan dan WA juga enggak dibalas . Menurut sumber dari PKL sendiri yang ber inisial M, berjualan diterminal Pasar Porong memang sejak berdiri bangunan diperkirakan 2010,memang diperbolehkan pihak pegawai terminal sampai sekarang .
Ada yang jualan disamping terminal juga didalam, para PKL yang jualan juga tidak batasi waktu karena kalau malam hari lebih ramai. Oleh pihak pegawai terminal PKL boleh berjualan, tetapi semua itu tidak gratis kita harus bayar retribusi sebesar 1.500 per PKL per hari.
“Total pendapatan tiap hari pihak terminal mendapatkan rata-rata Rp 500 ribu sampai Rp 700 ribu per hari.”Jelas nya
Sedangkan menurut sumber dari Deprindag yang tidak mau disebutkan namanya penarikan retribusi PKL oleh perusahaan plat merah milik Pemerintah yang berwenang pihak deperindag atau kepanjangan tangannya yaitu pihak pasar bukanlah pihak Dishub atau Kepala Unit terminal.
“Pasalnya penarikan kalau di Dishub itu karcis, bukti penerimaan uang jasa retbusi jasa harian keluar masuknya mobil penumpang yang nasuk terminal,” tegas pegawai Deperindag.
Sedangkan pihak Kepala Dinas Perhubungan belum bisa dikonfirmasi terkait keberadaan Terminal porong menjadi pusat berdagangnya PKL. (yud)