Gus Yusuf (kiri), Risma dan Megawati (kanan).

SURABAYA | duta.co – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP hingga kini belum menugaskan kadernya, Tri Rismaharini alias Risma untuk maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 Jatim. Artinya, Ketua Umum DPP PDIP, Hj Megawati Soekarnoputri sangat hati-hati, tidak asal beda.

“Sikap Bu Mega ini menarik kita cermati. Mengapa? Karena kursi PDIP di Jatim sama dengan Gerindra, 21 kursi. Gerindra sudah mengusung Khofifah-Emil. Ini bikin pemilik golden ticket (minimal 24 kursi – PKB 27 kursi) pusing tujuh keliling,” demikian Yusuf Hidayat (Gus Yusuf), Sekretaris BagusS (Barisan Gus dan Santri) pendukung Khofifah-Emil kepada duta.co, Minggu (23/6/24).

Nah, mengapa PDIP tidak asal beda? Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, bahwa, nanti akan ada penjelasan tersendiri yang disampaikan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Jawa Timur mengenai Pilkada, termasuk untuk pemilihan gubernur atau Pilgub Jatim 2024.

“Terkait Pilgub (Jatim) akan diumumkan pada waktu yang tepat. Saat ini masih konsolidasi di seluruh jajaran partai. Nama Bu Risma memang ada yang mengusulkan sebagai Cagub (tetapi sampai saat ini belum ada tugas itu),” kata Hasto di Kota Blitar, Jumat, 21 Juni 2024.

Sebelumnya, Risma santer diisukan akan berpasangan dengan mantan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Marzuki Mustamar. Wakil Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang ditunjuk untuk mengurus desk Pilkada Serentak 2024, Syaiful Huda, mengungkapkan tentang rencana duet Kiai Marzuki-Risma.

Huda menyebutkan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKB Jatim telah berkomunikasi dengan PDIP perihal duet Marzuki-Risma. Menurut dia, PDIP ingin kadernya menjadi Wakil Gubernur Jatim, berpasangan dengan Khofifah Indar Parawansa. Namun, seiring berjalannya waktu, Khofifah terlihat semakin mantap kembali berpasangan dengan Emil Dardak.

Politik, jelas Gus Yusuf, memang tidak asal beda. Langkah PDIP yang belum menyodorkan kadernya (Risma) menjadi Cawagub dari sosok yang diusung PKB, KH Marzuki Mustamar, patut dihargai. “Apalagi kalau bicara pengalaman dan pengetahuan dalam pemerintahan, Bu Risma jelas lebih unggul. Ingat, mengatur pemerintahan, jelas tidak sama dengan mengatur santri,” tegasnya.

Kalau politik itu dasarnya asal beda, lanjutnya, hanya menunjukkan dangkalnya pemahaman tentang pemerintahan. “Menjadi gubernur itu, tidak sama dengan menjadi pengasuh pondok pesantren. Yang diatur (gubenur) itu lebih heterogen (beragam), kompleks, jamak. Kalau hanya ingin beda, itu menunjukkan dangkalnya memahami tentang tugas penting seorang gubernur,” terangnya.

Menurut Gus Yusuf, yang menjadi pertanyaan umat adalah, mengapa politisi PKB Jatim sebagai pemegang golden ticket, tidak ada yang berani maju ke Pilgub Jatim. “Bukankah di sana ada Halim Iskandar (kakak kandung Muhaimin Iskandar atau Cak Imin)? Mengapa mereka tidak berani pasang badan, maju sebagai Cagub Jatim? Mengapa harus KH Marzuki Mustamar? Apa takut kalah? Biar yang kalah itu orang lain? Waallahu’alam,” pungkas Gus Yusuf sambil tersenyum. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry