
JAKARTA | duta.co – Bisa dibayangkan, apa yang akan terjadi di PBNU nanti malam. Yang beredar di Medsos, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengundang 76 kiai dan tokoh Nahdlatul Ulama. Dalam undangan tersebut, tidak ada nama Rais Aam PBNU (K Miftachul Akhyar) dan Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul).
“Saya yakin Gus Yahya nanti malam akan menjelaskan dengan sejelas-jelasnya tentang muara masalah ini. Masalah ini hanya soal tabayun. Bagaimana mungkin tuduhan menjadi alasan dimintanya ia mundur dari Ketum PBNU. Kok semudah itu,” tegas sumber duta.co di PBNU, Minggu (23/11/25).
Ya! Berdasarkan surat undangan resmi PBNU bernomor 4773/PB.23/B.I.01.08/99/11/2025 yang beredar, acara bertajuk “Silaturahim Alim Ulama” ini akan diselenggarakan pada pukul 19.30 WIB di Gedung PBNU Lantai 8, Jl. Kramat Raya No. 164, Jakarta. Diteken sendiri oleh KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum PBNU. Tak ada tanda tangan Sekjen PBNU Gus Ipul. Tertanggal 22 November 2025.
Daftar undangan juga jelas. Ada 76 nama alim ulama terkemuka dari berbagai daerah tercantum dalam lampiran undangan. Daftar ini mencakup tokoh-tokoh sepuh, ulama kharismatik, hingga intelektual NU. Beberapa nama, KH Azaim Ibrahimy, KH Agus Ali Masyhuri, KH Abdul Hakim Mahfudz (Ketua PWNU Jatim), KH Ubaidillah Faqih. Nama Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar tidak ada dalam daftar.
“Ya wajarlah beliau tidak ada. Masak yang memecat mau diundang. “Dan berdasarkan data Gus Yahya, ada gerakan massif yang ingin meruntuhkan beliau. Dengan pemecatan itu, nama baik Gus Yahya akan hancur. Padahal, apa yang dituduhkan adalah fitnah. Termasuk adanya audit yang cacat prosedural. Lha yang catat ini mau dirilis, sama saja menjatuhkan,” tegasnya.
Gus Yahya sendiri hadir dalam rapat Sabtu (22/11/25) malam di Hotel Novotel Samator Surabaya. Dan, ternyata tidak banyak PWNU yang datang. Di media sosial, ada banyak usulan mencermati konflik internal PBNU yang santat memprihatinkan. Ada pokok2 pikiran yang ingin kami sampaikan. “Diakui atau tdk,situasi PBNU yg kisruh sekarang ini adalah buntut dari drama kolosal Muktamar Lun-alun Jombang th.2015,” demikian disampaikan oleh salah seorang kiai.
“Di antara tokoh pemain lapangannya yg utama pd wkt itu, adalah org yg sekarang menjadi Ketum dan Sekjen PBNU. Rupanya persekutuan keduanya tdk ikhlas utk membesarkan NU. Perjalanan wkt membuktikan hal itu,” tegasnya.
Terlepas dari semua itu, menurut Gus Ali Azhar, SE, dzurriyah (anak cucu) keluarga besar Ponpes Al-Hamdaniyah, Siwalanpanji, Sidoarjo, bahwa, NU insyaAllah tidak akan larut dalam konflik kepentingan seperti ini. “Hari ini, kabar yang kita baca (tentang PBNU red) mungkin menyesakkan dada. Tetapi, yakinlah, bahwa NU memiliki tradisi kuat untuk tidak rebutan jabatan,” kata Gus Ali Azhar.
Menurut Gus Ali, tidak lazim di NU itu ada pecat-memecat. Sampai detik ini, katanya, sebagai nahdliyin munculnya kabar Risalah Rais Am PBNU (KH Miftachul Akhyar) yang isinya pemecatan — kalau tidak mau mundur sampai 3×24 jam (Ahad 23 November 25) besok — adalah kabar sumir. “Apalagi katanya rapatnya di Hotel Aston City, Jakarta. Budaya NU itu rapat di pesantren atau Kantor PBNU,” tegasnya.
Pengusaha porperti ini juga yakin NU akan menemukan solusi jitunya. “Ambil hikmahnya. Masih ada jalan ampuh untuk menuntaskan konflik ini. Apa itu? Kembalikan NU kepada dzurriyah Mbah Hasyim, saya yakin akan selesai. Ada Kiai Haji Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin, Ketua PWNU Jatim. Beliau figur pemersatu,” pungkasnya. (mky)




































