Operasi pasar yang dilakukan TPID bersama Bulog Divre Jatim. DUTA/dok

SURABAYA | duta.co – Kenaikan harga komoditas di bulan Ramadan dikarenakan permintaan yang lebih tinggi dibandingkan biasanya.

Karena sesuai dengan hukum pasar, kenaikan harga akan terjadi ketika permintaan barang meningkat. Tapi kenaikan harga ini masih dianggap wajar belum berlebihan.

Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa Timur memastikan kenaikan harga itu tidak akan berlangsung lama. Bahkan beberapa diantaranya mulai memperlihatkan kecenderungan penurunan.

Dari rilis yang dikirimkan Bank Indonesia (BI) Rabu  (23/5) malam hingga Senin (21/5) pantauan harga harga telur ayam ras yang selama beberapa waktu terakhir memperlihatkan kenaikan, kini mulai menurun.

“‘Berdasarkan historisnya, mendekati pertengahan Ramadan harga telur ayam diperkirakan akan mengalami penurunan,” ujar Harmanta, Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Provinsi Jawa Timur.

Dijelaskan Harmanta, walau harga ada kenaikan, namun pasokan bahan pangan strategis untuk Ramadan dan Lebaran terpantau aman. TPID Jawa Timur melakukan sejumlah langkah menjaga kestabilan harga.

Sama seperti periode sebelumnya, pada Ramadan dan lebaran kali ini, masyarakat Jawa Timur tak perlu khawatir kekurangan stok komoditas bahan pangan pokok. “Stok komoditas pangan kita aman sampai dengan beberapa bulan ke depan,” tutur

Harmanta menuturkan ini usai pertemuan dengan sejumlah anggota TPID Jawa Timur, termasuk diantaranya Bulog,  Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian serta Dinas Peternakan.

Lebih lanjut lagi, jika menengok data Dinas Pertanian, sejumlah komoditas pangan terpantau mengalami surplus.

Termasuk diantaranya beras dengan perkiraan produksi selama sub round I (Januari hingga April 2018) ini sebesar 3.881.110 ton dan kebutuhan selama 4 bulan sebesar 1 .188.972 ton.

Sehingga  surplus 2.692.138 ton yang mencukupi untuk kebutuhan 9 bulan ke depan.

Angka ini diperkirakan akan terus bertambah mengingat musim panen gabah yang baru berakhir di bulan April lalu.

Sementara, untuk jagung dengan produksi 1 .710.909 ton pipilan kering dengan kebutuhan konsumsi selama 4 bulan sebesar 40.908 ton menciptakan surplus 1 .670.001 ton.

Keperluan bawang merah selama 4 bulan sebesar 35.960 ton dan perkiraan produksinya 1 13.584 ton, mencatatkan surplus 77.625 ton. Surplus tersebut cukup untuk kebutuhan 8,6 bulan ke depan.

Untuk cabai rawit merah, keperluan konsumsi sebesar 1 5.636 ton untuk 4 bulan dan perkiraan produksi 40.145 ton, mencatatkan surplus 24.510 ton.

Sementara, kebutuhan cabai merah besar selama 4 bulan sebesar 14.044 ton tertutupi dengan produksi sebesar 19.239 ton yang menghasilkan surplus 5.195 ton.

Untuk bawang putih dan kedelai, masyarakat pun tak perlu khawatir karena pemerintah telah melakukan impor kedua komoditas tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga stok keduanya pun dipastikan aman.

Harga daging ayam ras juga masih mengalami kenaikan, namun demikian data Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur menyebutkan bahwa Stok daging ayam ras dan telur ayam ras tercatat aman.

Menyikapi potensi meningkatnya tekanan harga pada Ramadan dan menjelang Lebaran, TPID Jawa Timur secara proaktif melakukan berbagai langkah antisipatif guna menjaga stabilitas harga.

Diantaranya Gerakan Stabilisasi Harga Pangan (GSHP) di sejumlah out/et Rumah Pangan Kita (RPK), pasar tradisional dan berbagai lokasi Iain.

Selain itu, dilakukan juga Operasi Pasar Mandiri, Pemberian OP Subsidi, Pasar Murah di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, monitoring stok dan pengawasan barang beredar.

Serta program angkutan mudik balik gratis untuk transportasi laut, bus, kereta api dan pengangkutan sepeda motor.

TPID Jawa Timur meyakini bahwa dengan sejumlah langkah yang diambil, inflasi Jawa Timur tetap akan dapat terkendali pada periode Ramadhan dan lebaran 2018.

Walaupun begitu, diperlukan kerjasama masyarakat untuk tetap dapat menjaga kestabilan harga.

“Walaupun pasokan tersedia namun ekspektasi konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat pada Ramadhan dan menjelang Lebaran justru menjadi pemicu utama meningkatnya harga,” tutur Harmanta.

Tanpa disadari, pola konsumsi yang berlebihan dan ekspektasi yang memicu kenaikan harga tersebut justru merugikan masyarakat. Karena itu, masyarakat dihimbau untuk tidak panic buying dan membeli barang secukupnya/sewajarnya.

Sehingga dapat meminimalisir potensi risiko spekulan dalam mempermainkan harga. Bersama-sama warga Jawa Timur menjaga kestabilan harga dalam Ramadan dan lebaran tahun 2018 ini. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry