PENGOLAHAN: Petugas kebersihan Pasar Induk Osowilangon melakukan pengolahan sampah yang ada di pasar milik Pemkot tersebut. Setiap hari mereka mampu mengolah sampah organik sebanyak 2 ton, dan mampu melakukan penghematan jutaan rupiah setiap bulan. [DUTA/ABD AZIZ]

PENGOLAHAN: Petugas kebersihan Pasar Induk Osowilangon melakukan pengolahan sampah yang ada di pasar milik Pemkot tersebut. Setiap hari mereka mampu mengolah sampah organik sebanyak 2 ton, dan mampu melakukan penghematan jutaan rupiah setiap bulan. [DUTA/ABD AZIZ]
Setiap Hari Olah Dua Ton Sampah, Sebulan Hemat Jutaan

 

Pasar Induk Osowilangon (PIOS) Surabaya tidak menyia-nyiakan sampah atau limbah yang dihasilkan dari aktifitas pasar. Pasar yang berlokasi di depan Terminal Osowilangon ini mengelola sampah secara mandiri.

 

GENERAL Manager PIOS, Rahayu Trissila mengatakan, sejak tahun 2014 telah menjadi satu-satu pengelola pasar swasta yang ditunjuk oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam hal penanganan sampah secara mandiri. Pengolahan sampah ini bekerjasama dengan Dinas Pertamanan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya.

“Kita olah sampah sampah organik menggunakan mesin pencacah sampah yang dibantu oleh Pemkot Surabaya,” katanya, Selasa (25/4).

Trissila mengaku, saat ini sampah organik yang dihasilkan 70 pedagang di PIOS sebanyak 6 Ton perhari dari Blok A sampai H. Ia mengaku dengan adanya bantuan satu unit mesin pencacah sampah, PIOS bisa menerapkan progam Reduce, Reuse and Recycle (3 R).

PIOS bisa menekan sampah yang dibuang ke Pembuangan Akhir Sampah di Benowo. Kini, perharinya sekitar 2 ton sampah mampu diolah secara mandiri oleh PIOS dengan memperkerjaaan sekitar 8 orang pegawai.

“Perharinya sekitar 2 ton sampah bisa diolah, dengan dipisahkan antara endapan dan air lindihnya yang fungsinya untuk campuran pupuk oleh Dinas Pertamanan dan Terbuka Hijau,” ujarnya.

Trissila menjelaskan dalam proses pencacahan sampah organik sebanyak satu ton hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. “Setelah kita cacah dengen mesin pencacah sampah, langsung kita pilah endapannya sedangkan air lindih dari sampah langsung masuk ke tabung air yang telah kita sediakan,” terangnya.

Setelah terpilah antara endapan dan air lindih, petugas dari Dinas Pertamanan dan Runag Terbuka Hijau Kota Surabaya mengambilnya untuk dijadikan salah satu bahan pupuk organik. Dengan ini, pihak PIOS mengaku bisa menghemat biaya pembuangan sampah. Sisanya 4 ton dibuang ke TPA Benowo. Jika perbulan membutuhkan Rp3,6 juta, setelah melalukan pengolahan sampah organik sebanyak 2 ton bisa melalukan penghematan.

“Dengan asumsi perkubiknya Rp6 ribu maka kita perbulannya malakukan penghematan sekitar Rp 1,2 juta rupiah perbulan,” jelasnya.

Selain melakukan pengolahan sampah secara mandiri, PIOS juga melakukan sosialisai kepada para pedagang secara berkala untuk tertib soal kebersihan. “Perblok kita ada tim yang terus memberikan sosialisasi kepada pedangang agar membuang sampah pada tempat yang kita sediakan, agar nanti petugas bisa mengambil dengan mudah,” ungkapnya.

Dengan melakukan pengolahan sampah secara mandiri, PIOS juga ikut berperan aktif dalam kegiatan sosialisi Peraturan Walikota Surabaya Nomor 10 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Pelanggran Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah Dan Kebersihan di Kota Surabaya.

Salah satu pedagang PIOS, Sutono mengaku selama berjualan buah di pasar buah di berbagai kota seperti Jakarta, Semarang dan Malang hanya merasakan PIOS yang mengutamakan kebersihan. Dirinya berjualan buah sudah sekitar 20 tahun.

“Manajemen bisa menata dengan baik soal kebersihan, khususnya sampah yang selalu menjadi masalah pasar di manapun, di sini juga tidak ada bau tak sedap,” akunya. azi