PAPUA | duta.co—Suara Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo itu menunjukkan betapa rasa haru keluar dari lubuk yang dalam. “Mereka menyampaikan sepantasnya kenaikan pangkat hanya anak buahnya, bukan perwiranya. Secara halus mereka menolak kenaikan pangkat,” tutur Gatot saat upacara di Mimika, Papua, Minggu (19/11/2017).

Ya! Begitulah sikap komandan. Kalau berhasil, tidak melupakan kerja keras anak buah, kalau gagal, itulah tanggungjawab komandan. Peristiwa dramatis itu terjadi saat Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memberi kenaikan pangkat luar biasa untuk 58 anggota TNI yang mengikuti operasi pembebasan sandera di Tembagapura, Papua.

Lima orang perwira yang menjadi pemimpin operasi itu, dengan halus menolak kenaikan pangkat. Tetapi, oleh Panglima diberikan keistimewaan dalam pendidikan. Para perwira itu menjelaskan kepada atasan mereka bahwa keberhasilan operasi ini adalah milik anak buah. Jika ada kegagalan, maka yang bertanggung jawab perwira.

Itulah yang membuat Gatot terharu. Apalagi mereka menyatakan siap bertanggung jawab jika operasi gagal. “Itulah yang membuat saya terharu, luar biasa mereka,” ujarnya.

Jenderal Gatot mengaku tetap memperhatikan karir mereka. Kelima perwira itu akan mengikuti pendidikan khusus mendahului rekan-rekan mereka. Dengan begitu dipastikan mereka akan naik pangkat lebih dulu daripada rekan seangkatan.

“Jadi kelima perwira itu tidak menerima kenaikan pangkat. Tetapi diberi pendidikan secara khusus mendahului rekan-rekannya,” tutupnya.

Kelima perwira muda tersebut berasal Kopassus, Raider, dan Tontaipur. Merekalah yang membuka serangan dan mengusir kelompok separatis dari Dusun Kimbely dan Binti. (net,dpn)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry