
NGAWI | duta.co – Seluas 5.500 hektare sawah di 38 kabupaten/kota se-Jatim dipanen serentak, Senin (7/4/2025). Seremonial Panen Raya Padi, dipusatkan di Desa Kartoharjo, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi.
Turut hadir Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Direktur SDM & Umum Perum Bulog, Sudarsono Hardjosoekarto, Dewan Pengawas Perum Bulog, Frans BM Dabukke dan Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil Jatim, Langgeng Wisnu A.
Juga hadir Kapolda Jatim Irjen Pol Nanang Avianto, Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin, Plt Kajati Jatim Setiawan Budi Cahyono, Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono dan Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementan RI Rachmat.
Istimewanya, panen raya kali ini juga berlangsung serempak di 14 Provinsi lain di Indonesia, dipimpin langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto secara virtual. Ini menjadi bagian dari strategi besar pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
Direktur SDM dan Umum Perum Bulog, Sudarsono Hardjosoekarto, menegaskan posisi strategis Jatim dalam mendukung program swasembada pangan nasional yang digagas Presiden Prabowo Subianto.
“Jawa Timur ini barometer nasional, baik dari sisi produksi maupun penyerapan. Sampai hari ini, dari target 593 ribu ton, sudah terserap 152 ribu ton atau 25 persen. Ini sejalan dengan capaian nasional,” ujar Sudarsono.
Keunggulan lain terlihat di Kabupaten Ngawi tersebut, Dengan kadar air gabah rata-rata 25 persen, kualitas hasil panen tahun ini dinilai sangat baik. Petani juga mendapatkan harga beli sesuai dengan HPP (Harga Pokok Penjualan) Rp6.500 per kilogram sesuai dengan instruksi presiden Prabowo.
“Ini sangat mengembirakan, khususnya di Ngawi ini, kita lihat tadi dengan Ibu Gubernur (Khofifah Idar Parawansa) juga, gabah yang dibeli sangat bagus, dalam arti kadar air ini bisa 25 persen, itu suatu hal yang sangat bagus dan bersih, dan ini pasti nanti rendemenya juga bagus,” jelas Sudarsono.
Sedangkan untuk pola tanam di Ngawi sendiri tergolong unik, yang mana membuat para petani di daerah ini mampu menanam padi hingga tujuh kali dalam dua tahun, bahkan langsung mulai menanam benih baru sebelum panen selesai.
“Dan yang menarik adalah setelah mereka panen, bahkan sebelum panen mereka sudah menanam benih dulu, sehingga begitu panennya selesai, langsung diolah, langsung tanam lagi,” ungkapnya.
Selain itu, Sudarsono juga menyebutkan bahwa petani di Ngawi saat ini cenderung menggunakan pupuk organik untuk tanaman padi mereka. Tren penggunaan pupuk organik kian meningkat di seluruh kalangan petani Ngawi.
Meski di awal penerapan hasilnya belum maksimal, namun diperkirakan ke depan produktivitas akan semakin meningkat. “Baru di tahun kedua dan seterusnya itu makin subur, makin produksinya makin tinggi. Nah, ini luar biasa, bisa juga akan menjadi contoh nasional,” tandas Sudarsono.

Sementara itu, Pimpinan Wilayah Bulog Jatim, Langgeng Wisnu A, memastikan kapasitas gudang Bulog di Jawa Timur masih sangat aman untuk menampung hasil serapan gabah petani. Bahkan, jika penuh, akan segera dipindahkan ke wilayah defisit, seperti Indonesia Timur.
“Aman, kami juga disupport oleh kantor pusat untuk memindahkan barang, karena memang kita secara Jawa Timur kan surplus, kita pindahkan ke daerah-daerah defisit mungkin ke Indonesia Timur, seperti itu,” jelas Langgeng.
Di samping itu, terkait proses distribusi, Bulog juga terus berupaya mempermudah akses petani, terutama dalam hal ongkos angkut dari sawah ke jalan utama. Penggunaan mesin panen modern seperti combine harvester juga terbukti efektif menjaga kualitas gabah tetap baik.
Atas capaian ini, Panen Raya Serentak di Jawa Timur tak hanya menjadi kebanggaan daerah, tetapi juga menjadi inspirasi nasional untuk memperkuat ketahanan pangan Indonesia.
Gubernur Khofifah menambahkan panen raya ini menjadi simbol keberhasilan kolaborasi seluruh elemen pertanian Jawa Timur, serta bukti nyata peran provinsi sebagai tulang punggung ketahanan pangan nasional.
“Jawa Timur dengan seluruh kekuatan yang ada di Gapoktan dan koordinasi antara Bupati/Walikota tentu dengan Forkopimda kami siap menjaga Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional” kata Khofifah.
Predikat Lumbung Pangan Nasional ini, kata Khofifah, sesuai dengan kontribusi besar terhadap ketahanan pangan nasional. Tercatat, luas baku sawah mencapai 1.207.997 ha, provinsi Jawa Timur menyumbang 17,48 persen terhadap produksi beras nasional.
Lebih lanjut, sepanjang tahun 2024, Jatim mencatat luas panen sebesar 1.616.985 ha, dengan produktivitas mencapai 5,73 ton Gabah Kering Giling (GKG) per ha, menghasilkan 9.270.435 ton GKG, atau setara dengan 5.352.936 ton beras.
Dengan pencapaian itu, menempatkan Jawa Timur sebagai salah satu provinsi dengan produksi padi tertinggi nasional dengan menyumbang 17,44 persen terhadap produksi padi nasional.
“Sebagaimana 5 tahun terakhir, produksi padi di Jawa Timur termasuk beras adalah tertinggi di Indonesia, dan kami siap terus meningkatkan hasil sektor pertanian guna mensukseskan program Indonesia swasembada pangan,” pungkasnya. ril/lis