Kepala Dindik Jatim Wahid Wahyudi (kiri) bersama Prof Akhmad Muzakki. DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Wahid Wahyudi mengklaim kualitas pendidikan selama masa pandemi ini mengalami peningkatan.

Indikatornya, kata Wahid, jumlah lulusan SMA dan SMK yang diterima di PTN melalui jalur SNMPTN 2020-2021 sebanyak 25.232 siswa, mengalami kenaikan sebesar 148 % dibanding 2020 yang jumlahnya 13.803 siswa.

Prestasi lainnya, pada 2020 Jawa Timur menjadi juara umum Kompetesi Sain Nasional (KSN ) dan menjadi juara umum festival lomba seni siswa nasional ABK.

Meski begitu, Wahid mencatat ada 4 hal yang menjadi tantangan dalam dunia pendidikan di saat ini. Pertama,  sekarang era disrupsi. Dunia pendidikan dituntut berinovasi dalam tata kelola dan proses belajar mengajar serta percepatan adaptasi dengan zaman. Kedua, era globalisasi. Standar lulusan kita diukur dengan standar internasional.

“Ketiga, era media sosial. Banyak tuntutan masyarakat yang cepat diketahui sebagai bentuk keterbukaan partisipasi publik. Keempat, era GIG ekonomi. kalangan muda cenderung menjadi pekerja bebas, fleksibel dan tidak terikat perusahaan,” kata Wahid saat memberi sambutan pada Webinar bertajuk “Pendidikan Tidak Sempoyongan, Bagaimana Caranya” yang digelar Dewan Pendidikan Jawa Timur. Rabu (21/7/2021).

Wahid menambahkan, walau situasi masih pandemi, kualitas pendidikan di Jatim malah meningkat. Prestasi meningkat dengan indikasi banyak siswa SMA/SMK yang diterima di perguruan tinggi negeri. “Jadi sebenarnya pendidikan  kita tidak sempoyongan. Justru meningkat prestasinya,” katanya.

Pernyataan Wahid tersebut diamini oleh Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur, Prof Akhmad Muzakki. Dia mengatakan pendidikan tidak sempoyongan karena selalu ada momentum untuk menyadarkan masyarakat betapa pentingnya pendidikan dalam situasi apapun. Namun, Isa Ansori, salah satu pembicara dalam webinar itu memaparkan bahwa kondisi saat ini masih dalam ketidakpastian. Isa mengilustrasikan situasi saat ini seperti ketika Jepang luluh lantak dihancurkan sekutu pada perang dunia kedua. Melihat kehancuran Jepang saat itu, sang kaisar mengumpulkan tentaranya dan bertanya masih ada berapa banyak jumlah guru yang selamat.

“Jadi bukan berapa jumlah tentara yang masih hidup yang ditanyakan kaisar,   tetapi jumlah guru yang masih hidup. Ini menandakan betapa pentingnya pendidikan menghadapi perubahan zaman. Pendidikan tidak boleh diabaikan,” katanya.

Isa melihat indikasi pendidikan menjadi korban korban di tengah upaya memulihkan kesehatan dan ekonomi. Karenanya, menurut Isa, Dinas Pendidikan Jatim harus melihat dunia pendidikan dalam perspektif yang berbeda. Sekolah sebagai tempat mendidik harus dipahami sebagai tempat yang bersih dan teratur, sehingga sekolah bisa menjadi alternatif tempat membantu pemerintah untuk melakukan pencegahan wabah ini terutama kepada anak- anak.

“Bisa dibayangkan kalau sekolah dijalankan untuk memuali proses belajar selama 3 jam dengan standar prokes yang ketat, berapa juta anak bisa dicegah waktunya untuk tidak berada di luar rumah. Sebenarnya tidak ada alasan menolak sekolah dibuka jika sekolah dipahami sebagai sebuah tempat untuk membantu pemerintah melindungi anak dari pandemi ini,” kata Isa.

Sementara itu, Lies Budiwanti yang juga penjadi pembicara webinar menekankan perlunya menghidupkan kembali semangat kegotong-royongan dalam mengatasi pandemi ini. Kata Lies, diperlukan ketangguhan dan keuletan individu dalam mengatasi masalah dengan berpikir optimis di tengah kesulitan yang dihadapi. eko

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry