Edy Mulyadi/net

SURABAYA | duta.co – Edy Mulyadi, Koordinator Lapangan aksi Selamatkan NKRI dan Pancasila dari Komunisme’, Rabu, 24 Juni di depan Gedung DPR RI, membuat video pendek, berdurasi 15 menit 36 detik untuk menjawab pertanyaan wartawan terkait aksi pembakaran bendera PDIP.

“Banyak sekali pertanyaan teman-teman wartawan kepada saya seputar esksiden (karena tidak ada dalam agenda) pembakaran bendera PDIP. Mereka juga tanya, kabar, bahwa, saya diperiksa oleh polisi. Agar lengkap saya jelaskan di sini,” demikian Edy Mulyadi dalam video yang termonitor duta.co, Jumat (26/6/2020).

“Betul, bahwa, saya kemarin di Polda. Saya menyebutnya diklarifikasi oleh polisi, Direktur Intelpam Polda Metro Jaya. Bukan diperiksa. Memang pertanyaan seputar pembakaran bendera, seputar PDI-P dan seputra turunkan Jokowi dan lain-lain,” jelasnya.

Diakui Edy, klarifikasi itu agak lama. Karena harus mendatangi dua tempat. Menurutnya bahwa pembakaran bendera PDIP itu eksiden. Kenapa eksiden? “Saya juga ditanya begitu sama polisi. Saya katakan, tanya anak buah kalian yang ikut di lapangan, mereka juga tahu rapat-rapat kami, bahwa, tidak ada sama sekali rencana bakar bendera.”

“Jangankan rencana, dibahas saja tidak. Jangankan dibahas, disinggung juga nggak, kepikir juga nggak barangkali. Saya bilang ke polisi, anak buah kalian pasti tahu rapat-rapat kami,” katanya.

Seperti diberitakan duta.co sebelumnya, ketika sedang orasi, saat Edy Mulyadi berada di bawah kendaraan  orasi, tiba-tiba  ada orang menghampirinya. Waktu itu baru selesai Asar yang berlangsung dibawah hujan deras. “Orang itu bilang: Habis ini kita bakar bendera PKI. Spontan saya jawab:  Emang ada benderanya? Ada, jawabnya. Ya udah,” kisahnya.

Tidak lama, Edy naik ke atas kendaraan. “Mic saya pandu, saya katakan hari ini kita bakar bendera PKI. Massa semakin semangat, bakar.. bakar….,” jelasnya.

Polisi lalu bertanya, kan benderanya dua. Anda tahu? “Tidak, saya tidak tahu. Bakar bendera itu, tidak ada dalam rencana. Lalu, polisi bilang kan ustad yang mengarahkan. Saya jawab: iya saya bilang satu-satu, maksud saya, itu kan plasik, saya khawatir kena badan, tangan,” jawabnya.

Kok tidak dihentikan? “Gila apa? Dalam suasana seperti itu, masak saya teriak-teriak jangan dibakar. Nggak mungkin bos,” tambahnya.

Menurut Edy Mulyadi. Polisi perlu tahu. Pertama,  pembakaran bendera, bukan rencana aksi. Tapi karena suasana seperti itu, dirinya sebagai penanggungjawab aksi, akhirnya, ok tidak apa-apa. Kedua, pembakaran bendera PDIP itu eksiden, tidak ada rencana, seperti disampaikan guru-guru  kita, itu diduga ada penyusup masuk. Penyusup yang membakar itu. Sekarang masih dicari, siapa penyusupnya.

Terkait ancaman Hasto (Sekjen PDIP) mau menuntut ke ranah hukum? “Wow itu baguslah. Silakan aja, itu hak setiap bangsa, setiap individu. Tapi saya mau ingatkan lagi, ternyata, kita tidak keliru saudara, jangan khawatir, jangan takut.”

Dalam orasi, jelas Edy, tuntutannya adalah, pertama,  tolong cabut RUU HIP dari Prolegnas. Jangan ada lagi pembahasan.  Kedua, usut inisiatornya, konseptornya siapa? Ini melanggar hukum, karena sudah melanggar ideologi negara. Menggantikan Pancasila dengan Trisila dan Ekasila adalah kejahatan makar.  Ketiga, Kita juga minta kepada MK untuk membubarkan partai yang menjadi inisiator atau pengusul RUU HIP.

Kenapa tidak sebut PDIP? Menurut Edy, dirinya sengaja tidak sebut merek. Ketika ditanya polisi, ia juga menjawab  ‘sori banget bos, sudah menjadi common sense, jejak digital, banyak yang mengatakan PDIP itu sarang komunis.

“Nggak usah ngomongin Ribka Tjiptaning yang menulis buku “Aku Bangga jadi Anak PKI“, Rieke Diah Pitaloka, lalu Eva Sundari juga bicara Trisila Ekasila. Aria Bima bicara Trisila Ekasila, Budiman juga mengatakan Trisila Ekasila. Bahkan, pidato Ketua Umum PDIP, juga bicara Trisila Ekasila. Dan jangan salah, saya bacakan visi misi PDIP, juga begitu,” tegasnya.

Edy kemudian membaca Visi dan Misi PDIP. Narasi itu bisa dilihat melalui website PDI-P. https://www.pdiperjuangan.id/article/category/child/27/Partai/Visi-dan-Misi. Bunyinya: Visi Partai adalah keadaan pada masa depan yang diidamkan oleh Partai, dan oleh karena itu menjadi arah bagi perjuangan Partai.

Jangan Hilangkan Kerja Besar Ulama

Berdasarkan amanat pasal 6 Anggaran Dasar Partai PDI Perjuangan adalah : Partai adalah: a. alat perjuangan guna membentuk dan membangun karakter bangsa berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945.

“Nah! Ini Pancasila 1 Juni, padahal Pancasila yang diputuskan menjadi ideologi negara adalah Pancasila 18 Agustus 1945. 1 Juni itu pidato Soekarno,” katanya.

Lalu, point b. alat perjuangan untuk melahirkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ber-Ketuhanan, memiliki semangat sosio nasionalisme, dan sosio demokrasi (Tri Sila). Point c. alat perjuangan untuk menentang segala bentuk individualisme dan untuk menghidupkan jiwa dan semangat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Eka Sila);

“Kita baru ngeh (sadar) juga. Anda bisa baca! Kalau Ahmad Basarah di ILC membantah, katanya, bukan kami, bukan kami, itu bohong besar. Itu pembohongan publik saudara. Ini kalau saya bahwa ke polisi, PDIP harus dibubarkan. Karena jelas-jelas akan memeras Pancasila. Ini kejahatan luar biasa. Saya akan lapor balik, sekalian ngetes sama polisi. Jangan cuma laporan dia saja yang diurus. Jadi kita tidak salah. Fakta-fakta ini menyebutkan PDIP melakukan makar ideologi. Jangan takut,” urainya.

Bahkan Edy mengaku siap bila PDIP mengerahkan seluruh kader daerahnya. “Kalau Tjahjo mau mengerahkan semua kader lapor Polres, Polsek, silakan. Siap kita layani. Ngapain takut menghadapi gerombolan Trisila Ekasila. Trisila itu neo-nasakom. Eka sila neo-komunis. Kalau dibiarkan kerja besar para ulama, lihat notulensinya BPUPKI, bisa hilang semua. Itu kejahatan makar. Catat mulut saya. Pancasila itu 18 Agustus, bukan 1 Juni,” tegasnya.

Edy juga sempat membaca Instruksi Nasional Aliansi Nasional Anti Komunis (ANAK NKRI) yang isinya Komando Siaga I. Ada lima item yang termaktub dalam instruksi itu. “Jangan pernah gentar dan ragu: Isy Kariman au mut syahidan, hidup mulia atau mati syahid,” jelasnya usai membaca satu persatu item tersebut. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry