BALI | duta.co – Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo selaku Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) menawarkan strategi perdagangan melalui model negara kepulauan di hadapan para duta besar dan perwakilan negara sahabat. Model ini sudah dilakukan Provinsi Jatim.

“Model ini tepat karena hampir 40 persen pasar ASEAN ada di Indonesia,” kata Pakde Karwo, sapaan lekatnya saat menjadi Keynote Speaker di Plenary Meeting dalam rangkaian acara Regional Diplomatic Meeting 2018 di The Stone Hotel, Kuta Bali, Sabtu (8/12/2018).

Menurutnya, model ekonomi negara kepulauan ini bisa dilakukan dalam lima langkah. Pertama, melakukan kerjasama perdagangan government to government (g to g) dan business to business (b to b) melalui 26 Kantor Perwakilan Dagang (KPD). Dalam g to g ini, Provinsi Jatim melakukan MoU dengan provinsi lain baik tentang pertukaran informasi perdagangan, pemasaran maupun fasilitasi misi dagangnya.

“Sedangkan b to b ini misal adanya kesepakatan bersama antara KADIN Jatim dengan KADIN Kalsel atau KADIN Jatim dengan KADIN NTT,” jelas Pakde Karwo.

Langkah kedua yakni dengan memfasilitasi misi dagang yang bekerjasama dengan Kamar Dagang Indonesia (KADIN) dan Cooperative Trading House. Dalam misi dagang ini nantinya delegasi Jatim membawa komoditi utama yang dimiliki, pun sebaliknya. Sehingga dapat saling melengkapi apa yang dibutuhkan masing-masing daerah.

Setelah melakukan misi dagang, langkah ketiga yakni melalui partisipasi pameran di provinsi lain. Berupa komoditas unggulan Jatim seperti fashion, kerajinan, kulit dan produk kulit, perhiasan, alas kaki, kosmetik, logam, kayu dan aksesories.

Kemudian yang keempat yakni mengoptimalkan penggunaan Sistem Informasi Perdagangan Antar Provinsi (SIPAP). Melalui sistem ini akan diketahui data dan informasi perdagangan antar provinsi sehingga diketahui data real time neraca barang masuk dan keluar.

“Selain itu, akan diketahui pula peta potensi dan kebutuhan. Sehingga manfaat atau outcome dari SIPAP ini kita bisa melakukan substitusi impor bahan baku atau penolong dari daerah lain tanpa perlu impor,” katanya.

Yang terakhir yaitu langkah kelima yakni mengembangkan digital economy support system melalui Jatim Smart Province sebagai respon dari pelaksanaan revolusi industri 4.0. Dalam konsep ini termasuk di dalamnya adalah smart economy dengan smart industri yang menampilkan informasi tentang e-Raw material dan smart factory. Juga mengembangkan smart perdagangan melalui SIPAP, penguatan market place, maupun melalui Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (SISKAPERBAPO).

“Pemprov Jatim juga melakukan  bridging IKM dengan market place berskala nasional seperti bukalapak. Pilot project ini sudah dilakukan terhadap 1.294 IKM di Jatim dengan target sasaran sebanyak 270 ribu IKM di Jatim, ” terangnya.

Jatim Terus Tingkatkan Kerjasama TTI dengan Armenia dan Fiji

Sebelumnya, bertempat di meeting room lantai dua The Stone Hotel, Pakde Karwo melakukan One on One Meeting dengan Dubes Republik Armenia di Indonesia dan Konsuler Republik Kepulauan Fiji di Indonesia. Dalam pertemuan ini, Pakde Karwo akan meningkatkan kerjasama dalam bidang Trade (perdagangan), Tourism (pariwisata) dan Investment (investasi) atau TTI antara Jatim dengan kedua negara tersebut.

“Saya harap setelah ini akan ada pertemuan lagi yang akan membahas secara detail dan akan di-list apa saja yang dibutuhkan untuk kerjasama antara Jatim dengan Armenia dan Fiji,” katanya.

Saat bertemu dengan Dubes Armenia, secara khusus Pakde Karwo menyambut baik tawaran kerjasama TTI yang ditawarkan. Ia berharap komoditas perdagangan dari Jatim bisa langsung dikirim ke Armenia tanpa melalui Turki. Ia juga berharap Armenia menjadi hub perdagangan Jatim dengan negara-negara sekitarnya seperti Azerbaijan dan Georgia.

Pakde Karwo mengatakan, neraca perdagangan Jatim dan Armenia selama kurun waktu 2014-2018 menunjukkan surplus bagi Jatim setiap tahun. Dimana pada tahun 2014 surplus US$ 1,11 juta, tahun 2015 surplus US$ 1,13 juta, tahun 2016 surplus US$ 1,229 juta, dan tahun 2017 surplus US$ 1,48 juta. Sedangkan dari Januari-September 2018 tercatat surplus US$ 1,12 juta.

Selama periode 2014 sampai dengan September 2018, lanjutnya, ekspor Jatim ke Armenia nilainya fluktuatif dengan trend pertumbuhan rata-rata 8,78% per tahun. Adapun komoditi utama ekspor non migas Jatim ke Armenia adalah kopi, teh, rempah-rempah, kayu, barang dari kayu, kertas/karton, serta ikan dan udang. Adapun komoditi impor non migas Jatim dari Armenia yaitu bahan kimia organik.

Sedangkan komoditi ekspor utama Jawa Timur ke Fiji diantaranya kopi, teh, rempah-rempah, lemak dan minyak hewani/nabati, tembakau, sabun, bahan kimia organik. Total nilai eksor Jatim ke Fiji dari Januari – September 2018 sebesar US$ 4,8 juta.

Sementara itu, Dubes Armenia untuk Indonesia, Dziunik Aghajanian, berharap melalui pertemuan ini hubungan kerjasama dagang dengan Indonesia dalam hal ini Jatim terus meningkat. Terutama untuk komoditi buah-buahan tropis dari Indonesia seperti mangga, pisang, dan beberapa buah yang secara iklim susah tumbuh di Armenia.

Selain perdagangan, ia ingin kerjasama pariwisata dengan Jatim meningkat. Apalagi orang Armenia menyukai pariwisata yang mengedepankan budaya, terlebih kebudayaan yang hampir mirip dengan Armenia. Ia juga mengundang masyarakat Indonesia untuk berwisata ke Armenia untuk menikmati salju dan bermain ski.

“Ini awal permulaan yang baik untuk melebarkan sayap perdagangan dan pariwisata. Kami juga menyambut baik Jatim yang akan melakukan perdagangan langsung ke Armenia, apalagi secara geografis kami mendukung, ” jelasnya.

Regional Diplomatic Meeting (RDM) 2018 ini diselenggarakan oleh Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dengan tema Memperkuat Strategi dan Efektivitas Kerjasama Investasi dan Perdagangan Antara Daerah dan Luar Negeri. RDM yang diselenggarakan selama dua hari yakni 7-8 Desember 2018 ini turut dihadiri oleh Ketua DPD RI Dr. Oesman Sapta, 23 dubes atau perwakilan negara sahabat, serta 15 gubernur atau perwakilan pemerintah provinsi. (ud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry