“Terlepas dari siapa nanti yang ditakdirkan memimpin Jawa Timur, ada fenomena menarik yang perlu dicermati. Percaya atau tidak, setelah gegap gempita masa kampanye, kini sedang terjadi “pertempuran” sengit di dunia ghaib”

Oleh: Choirul Anam

KALAU  pak dalang Ki Mantep yang sering membawakan iklan obat sakit kepala menyatakan: “Oskadon Memang Oye!”, maka dalam Pilgub saat ini warga Jatim boleh bersorak ramai-ramai: “Pak De Karwo Memang Oye!”.

Mangapa? Sebab, selama ini, Gubernur Jawa Timur Soekarwo terkesan diam dan selalu menghindar bertemu relawan pendukung Paslon Cagub-Cawagub,  guna menjaga netralitas sebagai orang nomor satu di Jawa Timur. Tetapi di penghujung hari terakhir masa kampanye kemarin (Sabtu/23/6/18), Pak De Karwo selaku Ketua DPD Partai Demokrat bersama Sekretaris Antonio Renville, menanda-tangani selembar seruan dan ajakan yang mengejutkan.

Ibarat bom, seruan dan ajakan Pak De ini memiliki daya ledak tinggi. Mungkin saja getarannya dirasakan warga di pulau Kangean, Sumenep, hingga pantai selatan dekat Pacitan. Pak De mengajak seluruh masyarakat Jawa Timur dalam Pilgub 27 Juni 2018 nanti, agar memilih Pasangan Calon Khofifah-Emil sebagai penerus jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur.

Ada empat pertimbangan yang dikemukakan: Pertama, Pasangan Calon Khofifah Indar Paeawansa dan Emil Elestianto Dardak adalah pasangan calon terbaik yang layak dan mampu untuk memimpin Jawa Timur. Kedua, kita yakin amanah, jujur dan bertangungjawab, serta dapat meningkatkan pembangunan di Jawa Timur yang berkelanjutan.

Ketiga, Khofifah sebagai Calon Gubernur punya kemampuan memimpin, dan kerja secara profesional serta berpengalman sebagai pimpinan DPR-RI, Menteri Kabinet yang berpredikat terbaik, dan sebagai Ketua Umum Muslimat NU terbukti amanah. Keempat, begitu pula Emil Elestianto Dardak sebagai Calon Wakil Gubernur adalah tokoh muda yang cerdas dan juga generasi melliniel yang memiliki kemampuan memimpin sebagaimana (dibuktikan) ketika menjadi Bupati Trenggalek, serta punya pengalaman internasional di perusahaan swasta maupun lembaga pemerintah, yang kita yakin dapat menjadi pasangan ideal bagi Khofifah dalam membangun infrastruktur bagi memajukan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, serta mengharumkan Jawa Timur di tingkat nasional maupun internasional.

Empat pertimbangan yang dikemukakan Pak De Karwo sangat rinci, jelas dan gampang dimengerti. Pak De bukan hanya gubernur dua periode. Sebelumnya, Pak De adalah Sekdaprov dan tokoh intelektual-birokrat yang paling paham plus-minusnya Jawa Timur.

Kalau Pak De sudah menyatakan Paslon terbaik adalah Khofifah-Emil dan mengajaknya untuk memilih Paslon nomor 1 (satu), apakah warga Jatim akan pilih yang lain? “Ya enggaklah,” kata para pedagang kaki lima. Apakah Pak De selaku ketua partai pengusung Paslon Khofifah-Emil, juga perlu  dilaporkan ke polisi seperti halnya Kiai Asep Saifuddin? Dicoba saja! Biar warga Jatim tambah paham mana Paslon yang terbaik dan layak dipilih.

Bukan cuma Pak De Karwo. Ketua Umum Partai Demokrat Pak SBY dan putra mahkotanya, Mas AHY, juga turun langsung untuk memenangkan Khofifah-Emil. Bahkan Pak SBY wanti-wanti jangan sampai Pilgub Jatim dinodai kecurangan. Ini artinya sikap Partai Demokrat sejalan dengan Politik Kiai yang ingin mewujudkan budaya politik yang sehat dan berakhlaq. Bisa jadi, Partai Demokrat kelak akan menjadi partai pemenang di Jatim, dan partai pengusung lainnya akan mengiringi.

Jauh hari sebelum dimulainya masa kampanye, Gus Sholah (KH Salahuddin Wahid) sudah menyatakan: Kader NU terbaik dan layak memimpin Jawa Timur adalah Khofifah. Karena itu, warga nahdliyin wajib memilih yang terbaik sebagaimana perintah agama. Lalu mas Emil bagaimana? Sama! Emil adalah tokoh muda NU yang terbaik, cerdas dan berpengalaman. Dia adalah cucu Kiai Muhammad Dardak (dulu Rais Syuriyah NU Trenggalek).

Ketika belajar di Jepang, Emil mendirikan PCI (Pengurus Cabang Internasional) NU Jepang sekaligus menjadi pengurusnya. Bahkan ketika menikah dengan Arumi Baschin, akad nikahnya dilakukan oleh tokoh-tokoh PBNU. Jadi, bagi nahdliyin, benar kata para kiai yang mewajibkan pilih Khofifah–Emil. Selain terbaik, keduanya juga NU. Tapi wajib ada “ain”-nya? Ya memang, apakah Pemilu boleh diwakilkan? Karena itu, jangan golput, karena golput itu ibarat wabah yang dapat mengganggu pertumbuhan budaya politik yang sehat.

Terlepas dari siapa nanti yang ditakdirkan memimpin Jawa Timur, ada fenomena menarik yang perlu dicermati. Percaya atau tidak, setelah gegap gempita masa kampanye, kini sedang terjadi “pertempuran” sengit di dunia ghaib. Beberapa orang ahli hikmah “mengeluh” tidak bisa keluar dari padepokan, karena diserang para dukun dari India dan Cina daratan.

“Saya terpaksa tidak bisa keluar karena melayani serangan para dukun kepada Paslon nomor 1 (satu),” keluhnya seorang ahli hikmah. “Terutama di hari-hari tenang ini, rombongan dukun dari India dan Cina melakukan serangan bertubi-tubi. Ya…terpaksa kita layani,” katanya sembari mengatakan, percaya atau tidak, silakan. Coba!.(*)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry