SOSIALISASI: Branch Manager PT RFB Surabaya, Leonardo (kiri), Head of Corporate Secretary KBI, Agung Waluyo (dua dari kiri), Chief Business Officer PT RFB, Teddy Prasetya (dua dari kanan) dan Head of Corporate Secretary BBJ, Tumpal Sihombing (kanan) berbincang disela acara sosialisasi dan edukasi mengenai industri perdagangan di Kantor PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Surabaya. DUTA/wiwiek Wulandari

SURABAYA | duta.co– Perdagangan Berjangka Komoditas (PBK) yang beroperasi sejak 15 Desember 2000 belum banyak yang mengenal, apalagi ikut dalam trading. Potensi besar pasar di Indonesia dari sisi komoditas ataupun investor belum berbanding lurus dengan keuntungan yang bisa didapatkan dibandingkan dengan instrument investasi lain seperti tabungan, deposit, saham dan beli emas fisik di pasar dan disimpan.

Ada dua penyebab analisa penulis mengapa PBK belum banyak diminati investor. Pertama karena memang tidak tahu tentang PBK. Kedua, kekhawatiran investor terhadap PBK karena dianggap investasi bodong. Pasalnya cukup banyak operandi investasi illegal yang mendompleng produk agro, emas dan kurs mata uang dimana produk tersebut salah satu produk perdagangan derivatif yang dipasarkan oleh PBK .

Untuk faktor pertama, perlunya edukasi otoritas PBK mulai Bursa Berjangka Jakarta (BBJ), PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) sebgai Self Regulatory Organization (SRO) dan tentu saja perusahaan  PBK melakukan edukasi berkelanjutan. Edukasi sangat perlu dilakukan mengingat minimnya pengetahuan masyarakat dari semua lapisan yang menjadi potensi pasar investor PBK.

Tidak hanya itu, para jurnalis desk ekonomi  pun ternyata tidak banyak yang mengetahui tentang seluk beluk PBK. Kenapa demikian karena minimnya sosialisasi dan edukasi tentang PBK khususnya di kota luar Jakarta.

“Tentang PBK sesekali mendengar dan membaca, namun tidak paham secra detil. Berbeda dengan pasar modal, dimana Bursa Efek Indonesia (BEI) aktif melakukan sosialisasi dan edukasi sehingga lebih dikenal secara luas. Namun demikian sampai saat ini investor pasar modal masih sediki, apalagi dibandingkan dengan investor PBK,” kata Bambang Wily, salah satu wartawan senior yang mengikuti gathering PBK yang digelar oleh PT Rifan Financindo Berjangka di Surabaya beberapa waktu lalu.

Apa yang dialami Bambang Wily, juga dialaami hampir semua peserta dari berbagai media di Surabaya yang mengikuti media gathering tentang PBK. Tidak ada salahnya BBJ dan SRO didukung anggota perusahaan berjangka meniru konsep yang dilakukan BEI dengan aktif sosialisasi di kampus-kampus dan mendirikan Pojok Bursa Berjangka Komoditas, mengadakan media gathering berkelanjutan.

Dengan terus melakukan edukasi, tujuannya pasti untuk mengenalkan lebih luas lagi tentang PBK kepada semua lapisan masyarakat. Hanya saja bedanya, PBK perlu juga disosialisasikan kepada

Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), pusat agribisnis seperti Puspa Agro di Surabaya, Pasar Cipinang dan pusat sayur mayor dimana berkumpul  para petani sukses.

Gapoktan, kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan perlu dilibatkan mengingat dalam PBK juga ada produk derivative yang berkaitan dengan  PBK. Seperti kopi, kelapa sawit, olein, dan hasil komoditas agro di Indonesia yang cukup melimpah.

Waspada Investasi Bodong Berkedok PBK

EDUKASI: Head of Corporate Secretary BBJ, Tumpal Sihombing memberikan paparan dalam
sosialisasi dan edukasi mengenai industri perdagangan brjangka kepada media di Kantor PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Surabaya (duta.co/wiwik)

Faktor kedua, rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap PBK karena banyak masyarakat yang menduga bahwasanya PBK identik  dengan banyak ragamnya investasi bodong atau illegal.  Banyak terjadi investasi bodong  dengan menggunakan produk agro seperti pohon mas (pomas), perkebunan karet, sawit dan masih banyak modus operansi lainnya.

Akibatnya para calon investor banyak yang menghindari berinvestas di PBK karena takut dibohongi dan merugi.  Bagi BBJ, SRO dan perusahaan komoditas berjangka tentu saja sangat merugikan karena sedikitnya investor dan calon investor di PBK membuat investor asing makin mendominasi sepertihalnya pasar modal.

Penipuan berkedok perdagangan berjangka komoditi (PBK) juga makin marak terjadi di Indonesia, Penyebabnya satu masih kurangnya pemahaman masyarakat atas investasi jenis ini. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) bersama OJK, kepolisian, kejaksaan, Kemenkeu, Kemenkominfo, Bank Indonesia (BI) dan PPATK membentuk satuan tugas (satgas) khusus.

Perdagangan berjangka komoditi primer di Indonesia sampai saat ini masih belum berkembang maksimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari keberadaan Undang-Undang Nomor 32/1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Hal ini terlihat dari masih sedikitnya kontrak komoditi primer yang diperdagangkan di Bursa Berjangka Indonesia, dimana saat ini hanya ada 3 (tiga) komoditi yaitu Olein, CPO dan Emas beserta turunannya.

Dampak lain pada sisi perdagangan, karena transaksi di PBK masih sedikit, Indonesia tidak bisa menjadi patokan harga perdagangan komoditas. Sebut saja patokan harga sawit, karet, kopi, olein dan sejenisnya. Justru di Negara yang tidak banyak memiliki produksi yang dijadikan patokan karena tingginya transaksi PBK dan besarnya investor.

“Idealnya, komoditas dimana Indonesia produsen utama dunia seperti kopi, karet dan sawit, patokan harganya dari Indonesia. Meski BBJ sudah menetapkan harga, tidak jadi rujukan utama, lebih memilih di Negara lain seperti Hongkong, AS dan Malaysia,” jelas Dedy Kusnaedi, salah satu petani  dari Kabupaten Jember yang menjadi investor PBK.

Dengan meningkatnya likuiditas transaksi di PBK, diharapkan Indonesia memiliki Bursa Berjangka yang kredibel dan mampu melakukan price discovery yang dapat digunakan sebagai acuan harga dalam menetapkan kebijakan dibidang perdagangan.

Jangan Pernah Takut Belajar dan Mencoba

PRODUK KOPI: Kopi, salah satu produk agro industri Indonesia, salah satu komoditas yang bisa diandalkan dalam PBK.(duta.co/dok)

Samahalnya dengan transaksi di pasar modal, untuk menjadi investor di PBK perlu memahami dan belajar tentang seluk beluk sebelum melakukan initial margin. Marilah belajar dari yang dilakukan dua investor nasabah PT Rifan Financindo. Dimana kedua investor awalnya tidak mengetahui  tentang PBK dan harus belajar dan ikut langsung dalam simulasi di kantor Rifan sampai akhirnya paham dan memutuskan untuk investasi dan menjad investor di PBK.

“Saya perlu waktu dua bulan untuk memahami dan akhirnya berani melakukan initial margin sebesar Rp 200 juta dengan memilih produk emas. Kenapa emas, lebih simple dan mudah dipahami seluk beluk pola perdagangannya,” kata Cholil, pengusaha yang bergerak dibidang elektrifikasi menceritakan dalam satu kesempatan.

Kemantapan Cholil menjad investor di PBK didasarkan pada banyak pertimbangan dan analisa lebih dalam dibanding instrument lain. Baginya, investasi dan menjadi investor di PBK lebih menguntungkan meski tetap ada risiko dengan prinsip hidh rist hight return. Dengan pemahaman yang dimiliki, Cholil yakin dengan pilihan investasi yang dilakukannya sejak tiga tahun lalu.

“Kuncinya satu, pahami dulu pola perdagangan, simusi dan tipikal naik turunnya komoditas emas. Semua bisa dipelajari oleh siapapun. Apalagi sekarang adanya smart phone makin memudahkan transaksi, darimanapun bisa dilakukan asal ada koneksi internet,” jelas Cholil.

Ditanya kenapa mematok initial margin Rp 200 juta, Cholil member alasan dengan modal sebesar itu, memudahkan investor untuk bermain dan tidak sampai pada maintenance margin. Dengan demikian meski sedang naik atau turun, tidak sampai  menghentikan transaksi karena tiadanya modal.

Senada dengan Cholil, Samsul, pria paruh baya yang punya usaha lembaga kursus pendidikan ini optimistis investasi di PBK lebih menguntungkan. Bedanya dengan Cholil, Samsul melakukan initial margin sebesar Rp 100 juta untuk komoditas emas. Angka initial margin sebesar itu menurutnya cukup aman untuk transaksi  sehari satu kali.

“Perlu belajar dan memahami dulu sebelum benar yakin dan menjadi investor PBK. Tidak ada salahnya semua masyarakat  mencoba dan melihat simulasi langsung perdagangan PBK. Semua tidak ada yang tidak bias karena bisa dilakukan, dan tidak ribet,” jelas Samsul memberikan masukan kepada calon investor PBK.

Jangan Serakah dan Bisa Tahan Nafsu

EMAS: Produk emas, salah satu yang banyak dipilih sebagai investasi di PBK karena dianggap lebih mudah dan menjanjikan. (duta.co/dok)

Saran dua investor PT Rifan Financindo, Cholil dan Samsul kepada investor dan calon investor untuk tidak serakah dan bisa menahan nafsu mendapat keuntungan besar. Bila tidak, bukannya keuntungan yang didapat, melah sebaliknya modal initial margin bakal habis dan harus margin call.

“Mau dapat untung besar boleh, semua dapat dan bisa dilakukan di PBK.  Namun Investor  harus tetap bisa menahan diri untuk tidak bernafsu mengejar keuntungan. Ketika sudah dapat untung besar, harusnya stop dulu,” kata Cholil dan Samsul memberikan kiat.

Kenapa demikian, sepertihalnya pasar saham, transaksi di PBK juga ada saat pada titik harga tertinggi. Pinsip buy -low, low -sell atau shell -high dan buy low berlaku dua arah tetap untung. Namun karena keserakahan membuat investor seringkali lupa diri dan terus mengejar keuntungan tinggi. Dengan online trading saat ini semua memungkinkan dilakukan investor.

“Saya istilahnya main santai sehari sekali, dalam setahun dari initial margin Rp 100 juta bisa mendapatkan keuntungan 100 persen. Kalau misal lebih aktif bisa lebih besar. Investasi di PBK sebagai salah sau usaha sampingan yang menguntungkan,” kata Samsul.

Sementara Cholil yang tidak jauh beda dengan Samsul, hanya bermain sekali dalam sehari dari initial margin Rp 200 juta, dalam setahun naik menjadi Rp 360 juta. Keuntungan dari  transaksi PBK bagi Cholil diambil dan digunakan untuk liburan, investasi lain dengan tetap mempertahankan saldo kisaran Rp 200 juta agar bisa aman untuk bermain.

Transaksi Perdagangan Berjangka Terus Meningkat

POTENSIAL: Poduk agribisnis Indonesia yang potensial diembangkan dalam perdagangan berjanka komoditi. (duta.co/dok)

Nilai transaksi Perdagangan Berjangka Komoditas (PBK) pada kuartal III/2017 mencapai Rp67,15 triliun, turun 7,36% secara year on year (yoy) dari Rp72,49 triliun pada kuartal III/2016. Berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan  pada kuartal III/2017 volume transaksi PBK mencapai 5,06 juta lot, turun 3,04% year on year (yoy) dari periode yang sama di tahun sebelumnya sejumlah 5,22 juta ton.

Rinciannya, transaksi multilateral berkontribusi 18,34% sebesar 928.593 lot, sedangkan transaksi bilateral atau Sistem Perdagangan Alternatif (SPA) menyumbang 81,66% sejumlah 4,13 juta lot.

Dari sisi pertumbuhan, volume transaksi multilateral pada kuartal III/2017 turun 15,29% yoy dari sebelumnya 1,09 juta lot. Sementara transaksi SPA meningkat 0,22% dibandingkan kuartal III/2016 sejumlah 4,12 juta lot.

Total nilai transaksi PBK pada kuartal III/2017 mencapai Rp67,15 triliun, turun 7,36% yoy dari periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp72,49 triliun. Rinciannya, transaksi multilateral merosot 17,71% yoy menjadi Rp11,49 triliun dari sebelumnya Rp13,96 triliun. Sementara itu, transaksi SPA melesu 4,90% yoy menuju Rp55,66 triliun dari sebelumnya Rp58,52 triliun.

Kepala Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik Bappebti Pantas Lumban Batu menyampaikan, penurunan pertumbuhan kinerja PBK dari Januari—September 2017 terjadi seiring dengan menurunnya volume transaksi. Menurutnya, volume transaksi menurun disebabkan oleh pialang ilegal yang semakin marak beroperasi.

“Pialang ilegal telah menyebabkan beralihnya para nasabah ke usaha tersebut yang saat ini jumlahnya semakin meningkat. Itu berimbas pada volume transaksi yang menurun di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) ataupun Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) dan berpengaruh terhadap menurunnya nilai transaksi,” kata Pantas. (imam ghozali)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry