TAMBAH MESIN: Jajaran direktur dan dewan komisaris menunjukan sejumlah produk dari PT Suparma Tbk disela Rapat Umum Pemegang Saham di Surabaya, Rabu (29/5/2019). DUTA/RIDHO

SURABAYA | duta.co – Potensi pasar yang masih terbuka luas serta kapasitas produksi mesin yang sudah  mencapai 90 persen, produsen kertas PT Suparma Tbk menyiapkan investasi sebesar US$21 juta untuk beli mesin baru.
Pebelian mesin baru Suparma memperbesar kapasitas produksi mesin kertas nomor 10 yang akan menghasilkan kertas tisu jenis hand towel dan laminating wrap kraft (LWK).
Direktur PT Suparma Tbk, Hendro Luhur mengatakan, dengan investasi tersebut, nantinya kapasitas kertas perseroan naik 21,5 persen dari semula 250.900 metric ton (MT) menjadi 304.900 MT.
“Penambahan kapasitas produksi ini selain didasari sudah terbatasnya kapasitas produksi dari mesin yang ada, juga karena meningkatnya permintaan produk kertas tisu dan LWK yang menyasar sektor hotel, kafe dan restoran (Horeka),” katanya pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan di Surabaya, Rabu (29/5/2019).
Hendro Luhur menambahkan tahun ini perseroan memang menetapkan belanja modal sekitar US$23 juta, dimana 90 persen nya untuk investasi mesin tersebut. Investasi perseroan ini direncanakan menggunakan dana internal hasil dari usaha menyisihkan laba selama ini.
Adapun Suparma sendiri memiliki 9 mesin produksi. Untuk mesin nomor 8 dan 9 merupakan mesin penghasil kertas tisu. Tingkat utilisasi mesin-mesin Suparma pun sudah mencapai 90 persen sehingga perlu perningkatan kapasitas.
Diharapkan mesin baru ini bisa produksi komersial pada Juni 2020 dengan kapasitas terpasang 54.000 MT sehingga total kapasitas terpasang kita akan naik 21,5 persen dari 250.000 MT menjadi 304.900 MT.
“Rencananya, hasil produksi mesin baru ini akan menyasar pasar luar negeri sebanyak 40 persen dan sebanyak 60 persen membidik pasar dalam negeri,” imbuhnya.
Selama 2018, produksi kertas emiten berkode SPMA ini naik 4,9 persen menjadi 218.303 mt dari semula 208.077 mt di tahun 2017. Sehingga, tingkat kapasitas terpakai atau utilitas perseroan berada pada level 87 persen.
Suparma tetap fokus pada penjualan produk kertas yang bernilai tambah dan memiliki marjin keuntungan yang lebih tinggi.
“Sehingga, pada tahun 2018, kami meningkatkan produksi kertas tisu dari total produksi sebesar 33.596 mt di tahun 2017 menjadi 38.432 mt di tahun 2018,” ungkap Hendro.
Sementara untuk kinerja keuangan, Suparma berhasil meningkatkan penjualan 14,1 persen dari Rp2 triliun pada 2017 menjadi Rp2,3 triliun pada 2018, dengan perolehan laba kotor Rp372 miliar atau naik 18,3 persen dibandingkan laba 2017. Sedang laba tahun berjalan mengalami penurunan dari Rp 92,2 miliar pada 2017 menjadi Rp 82,2 miliar di 2018.
Kenaikan penjualan tersebut disebabkan oleh naiknya harga jual rata-rata sebesar 9,8 persen. Sedangkan secara kuantitas, penjualan perseroan pada 2018 mencapai 223.000 MT naik 3,7 persen dibandingkan 2017. Sementara sepanjang Januari-April 2019, Suparma mencatatkan penjualan naik 13 persen (yoy), yakni telah terealisasi 33,1 persen dari total target penjualan 2019 sebesar Rp2,5 triliun.
Untuk komposisi penjualan perseroan saat ini, sebesar 44 persen dikontribusi kertas LWK, 43 persen kertas duplex, dan sisanya dari penjualan kertas tisu,” jelas Hendro.
Ditanya tentang Capex tahun 2019 ini, Hendro Luhur mengatakan alokasinya sebesar USD 23 juta. Dimana 95 persen diantaranya untuk membeli mesin no 10. Dana capex diambilkan dari dana internal, dimana tiap tahun disishkan untuk penambahan modal sehingga tidak perlu dana pinjaman. (imm)
 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry