JAKARTA | duta.co – Secara beruntun Operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan KPK menyasar orang-orang di kubu capres petahana Joko Widodo alias Jokowi. Mulai politisi PPP M. Romahurmuziy, politisi Golkar Bowo Sidik Pangarso, ditambah bos BUMN. Hal itu diyakini akan menggerus elektabilitas Jokowi-Maruf hingga kobol-kobol saat pilpres 17 April 2019.
Apalagi Romi sapaan akrab Romahurmuziy adalah ring satu petahana Jokowi yang menjabat sebagai Dewan Penasihat Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf.
Pengamat politik, Bin Firman Tresnadi mengatakan, penggerusan elektabilitas terjadi karena mayoritas rakyat sudah tahu tentang kedekatan Romi dengan Jokowi. Pun Bowo, dia adalah salah satu tim pemenangan 01 di wilayah Jawa Tengah.
“Penangkapan lingkaran inti Jokowi ini jelas akan menggerogoti elektabilitas Jokowi,” ujar Bin Jumat (29/3).
Lebih lanjut, Direktur Eksekutif Indonesia Development Monitoring (IDM) ini mengungkapkan, beberapa waktu belakangan ini ada migrasi pendukung Jokowi yang didominasi oleh kaum kelas bawah seperti buruh, petani, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Mereka bermigrasi karena merasa dirugikan oleh kebijakan-kebijakan pemerintahan Jokowi.
Dengan adanya OTT orang-orang di lingkaran Jokowi, maka bertambah pula kelas yang bermigrasi. Yakni mereka yang datang dari kelas menengah. Sebab pada dasarnya mereka memiliki konsen yang cukup tinggi terhadap kasus-kasus korupsi.
“Migrasi pemilih ini tentunya akan menguntungkan 02 (Prabowo-Sandi), sekalipun migrasi tersebut menjadi golput,” pungkas Bin. (rmol/wis)
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry