MENGAMBIL DNA: Tim medis saat mengambil DNA orang tua Imam Subekti alias Regae (duta.co/Hendra Hasyim)

KEDIRI| duta.co -Suasana rumah duka terlihat puluhan orang terlihat duduk menunggu kedatangan jenazah Imam Subekti (25) warga RT. 03 RW. 07 Jl. Raya Jegles No. 126  Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri masih berada di RS. Polda Bhayangkara Kota Kediri.

Sementara pihak rumah sakit didampingi jajaran Satreskrim, pada Kamis (7/9) telah mengambil sampel DNA kepada Yainem (60) dan Matsani (70) merupakan kedua orang tua korban.

Diberitakan sebelumnya, Imam Subekti yang akrab dipanggil Regae ditemukan membusuk di area hutan KRPH Perhutani Wilayah Ngancar. Setelah dilakukan penyelidikan, petugas akhirnya mengamankan 10 orang dan 3 orang masih dalam pengejaran. Kapolres Kediri Kota, AKBP Anthon Haryadi menjelaskan bila pihaknya masih melakukan proses pengembangan data.

“Dalam pendataan lanjut terkait pengeroyokan Imam, saat ini dalam tahap pemeriksaan 8 tersangka,” jelas Anthon Hariyadi, pada Kamis (07/09) saat dikonfirmasi di Mapolres Kediri Kota.

Dijelaskan Anthon pihaknya masih mempelajari motif pengeroyokan ini, sementara saat ini pihaknya telah mengambil tes DNA kepada keluarga korban.

“Masih memasuki tahap tes DNA,  kita ambil dari kedua orang tuanya akan kita cocokkan dengan DNA korban. Yang kita amankan semuanya satu teman, satu komunitas. Ada 6 orang kategori bawah umur dan 2 orang kategori dewasa. Saya akan merilis kasus ini bila kasus ini sudah selesai dalam pendataan yang lebih lengkap lagi,” ungkapnya di depan sejumlah wartawan

Isu yang berkembang, bahwa Regae ini dituduh memiliki kedekatan dengan perempuan yang merupakan kekasih dari salah satu anggota punk. Akhirnya, korban dijebak dengan diberi miras sebelum dihabisi nyawanya. Atas kejadian ini, ibu korban berharap pihak Kepolisian bertindak tegas dan segera menangkap para pelaku yang menjadikan anaknya meninggal.

“Dia itu setiap hari mengamen, pulangnya sore hari sambil membawa uang recehan. Saya juga sering diberi uang hasil dia mengamen walaupun tidak banyak namun sangat berarti untuk kebutuhan hidup sehari – hari,” tutur Yainem.

Sementara kakak korban, Basori (45) menjelaskan terakhir kali keluar rumah bersama temannya yang belum pernah datang ke rumah.

“Terakhir adik saya keluar dengan temannya yang tidak saya kenal dan belum pernah datang ke rumah ini. Sebetulnya teman Imam di desa itu banyak sekali, saya kira anak yang mengajaknya terakhir kali itu temannya Imam dari luar desa. Saya tidak pernah berfikir negatif pada temam Imam, karena sudah biasa Imam keluar bersama dengan temannya,” ungkapnya.

Sama dengan harapan ibu kandungnya, Basori pun meminta pihak penegak hukum untuk bertindak tegas atas musibah dialami keluarganya atas meninggal adik kandungnya.

“Saya sangat berharap, polisi menegakkan hukum dan memberikan hukuman yang setimpal atas perbuatan para pelaku kepada adik saya. Meski dia bekerja mengamen, namun selalu patuh kepada orang tua dan keluarganya,” imbuhnya. (nng)

 

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry