Segera Dibawa ke Dokter Ortopedi untuk Pemeriksaan
SURABAYA | duta.co – Kelainan kaki O pada anak (Blount Disease) menjadi pokok bahasan dalam Pediatric Orthopaedic Grand Round & Symposium, Selasa (30/5/2023) dan Rabu (31/5/2023) yang digelar Komunitas Dokter Ahli Otopedi Anak Indonesia (Indonesian Pediatric Orthopaedic Society).
Acara yang digelar di Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga (FK Unair) yang dihadiri para ahli dari beberapa kampus kedokteran dan beberapa rumah sakit di Indonesia itu, untuk menyamakan misi tentang penanganan kaki O pada anak.
Karena, kasus kaki O pada anak ini semakin banyak dan pasien datang dalam kondisi sudah parah dan tidak bisa ditangani selain dengan operasi.
Ketua Departemen Ilmu Pediatri Ortopedi FK unair/RSU dr Soetomo, dr Tri Wahyu Martanto, SpOT(K) mengatakan setiap bulan ada enam hingga tujuh pasien anak dengan kondisi kaki O setiap bulannya di RSU dr Soetomo.
Dikatakan dr Tri, kasus kaki O ini menjadi penyakit ketiga terbanyak untuk kelainan pada kaki anak selain kaki pengkor dan lainnya.
“Kondisinya sudah sangat parah, sudah keterlaluan kondisinya. Karena RSU dr Soetomo ini kan rumah sakit rujukan dari seluruh daerah, jadi yang berat-berat dibawa ke situ. Namun bukan berarti di daerah lain tidak ada kasus seperti itu. Makanya kita berkumpul di sini untuk menyamakan misi bagaimana menangani kasus seperti itu. Ada clinical guide line-nya,” jelas dr Tri.
Biasanya, ketika pasien datang terlambat, yang dilakukan dokter adalah dengan operasi. Di Indonesia, operasi yang dilakukan tidak bisa dua kaki sekaligus.
“Kita sesuaikan dengan kondisi keluarga. Kalau ada yang merawat dan menggendong pasien pasca operasi ya tidak apa-apa. Tapi kalau operasi satu per satu kaki, maka pasien masih bisa beraktivitas pasca operasi,” jelasnya.
Biasanya lagi, untuk menentukan passien harus dioperasi atau tidak, dokter melihatnya dari tiga indikasi yakni dari usia pasien, derajad O-nya dan hasil ronsen lutut. Jika salah satu dari tiga indikasi itu memenuhi, maka akan dilakukan operasi.
“Kondisi kaki O akan berhenti kalau anak selesai bertumbuh. Selama dia tumbuh maka akan semakin parah O-nya jika tidak ditangani. Biasanya kalau kondisi parah, biarpun sudah dioperasi, pasien akan mengalami kekambuhan. Kita informasikan ke orang tua, tiga atau empat tahun setelah operasi, harus dilakukan pelurusan kembali,” tuturnya.
Yang pasti, orang tua harus waspada terhadap gejala kaki O ini pada anak. Dikatakan dr Tri, awalnya indikasi tidak akan diketahui. Karena setiap bayi yang lahir itu kondisi kakinya O. Jika normal, di usia 2,5 tahun hingga 3 tahun, kaki akan membentuk X. Di usia lima tahun akan lurus sendirinya walau agak sedikit X.
“Jika di usia 2,5 tahun, kaki anak tidak berubah ke X, artinya masih O, maka segera dibawa ke dokter ortopedi untuk pemeriksaan. Dengan diketahui secara dini, anak tidak perlu dioperasi. Karena di bawah 4 tahun cukup dengan bantuan alat agar kaki bisa normal,” katanya.
Yang pasti lagi kata dr Tri, kaki O ini belu diketahui penyebabnya. Faktor genetik bisa menjadi penyebab tapi genetik yang nomor berapa juga tidak diketahui secara pasti. “Kondisi kaki O tidak mempengaruhi kelancaran anak berjalan, namun akan membuat kondisi lutut nyeri jika dibiarkan,” tandasnya. ril/end