PRODUK : Direksi PT Suparma Tbk (SPMA) melihat aneka produk perseroan yang disiapkan untuk bersaing di pasar dalam dan luar negeri usai paparan public, Senin (20 November 2023). (dok/duta.co)

SURABAYA | duta.co – Tekanan turunnya harga jual produk di pasar dalam dan luar negeri menyebabkan tujuh  emiten produsen pulp dan kertas yang listing di Bursa Efek mengalami penurunan kinerja keuangan. Salah satunya juga dialami emiten kertas tisu PT Suparma Tbk (SPMA).

Pada periode 9 bulan tahun ini atau Januari – September 2023, SPMA mencatatkan kinerja penjualan sebesar Rp1,95 triliun atau turun 17% dibandingkan periode sama 2022 yang mampu mencapai Rp2,33 triliun.

Direktur Suparma, Hendro Luhur mengatakan kinerja hampir semua perusahaan pulp dan kertas mengalami penurunan. Pasar global yang tidak stabil dampak perang, penurunan harga produk serta daya beli dalam negeri yang sedang tidak baik-baik saja menjadi penyebab penurunan kinerja.

 “Penurunan kinerja penjualan ini bukan disebabkan oleh permintaan pasar yang turun atau secara kuantiti, melainkan karena harga jual rata-rata produk mengalami penurunan sampai 18,5% sehingga dampaknya secara nominal turun,” jelasnya dalam virtual paparan publik, Senin (20/11/2023).

Hendro menjelaskan, pencapaian hingga September 2023 ini setara dengan 75,1% dari target penjualan bersih perseroan yang sebesar Rp2,6 triliun. Sedangkan pencapaian penjualan bersih selama 10 bulan atau Januari – Oktober 2023 berhasil mencapai Rp2,17 triliun atau setara 83,7% dari target 2023.

“Untuk itu kami optimistis di tahun ini kami bisa mencapai target penjualan yang akan dikejar dalam 2 bulan terakhir ini,” imbuhnya.

Adapun secara kuantitas, penjualan kertas SPMA sampai September mencapai 156.995 MT atau tumbuh 2% dibandingkan periode sama tahun lalu yakni sebanyak 153.992 MT. Pencapaian ini setara dengan 74,8% dari target kuantitas penjualan kertas perseroan yang sebesar 210.000 MT.

 “Sedangkan capaian sampai Oktober 2023 atau sepanjang 10 bulan ini sudah tercatat 177.546 MT atau setara dengan 84,5% dari target kuantitas penjualan kertas 2023,” imbuh Hendro.

Sementara, untuk produksi kertas perseroan mengalami penurunan sebesar 1,6% dari semula sebesar 165.960 MT menjadi 163.248 MT atau setara dengan 74,2% dari target produksi kertas 2023 yang sebesar 220.000 MT, dengan target tingkat utilisasi sebesar 71,9%. Sampai Oktober, produksi kertas sudah 181.907 MT.

Hendro menegaskan pada 2024 memasang proyeksi kinerja penjualan yang lebih optimistis dengan target mencapai Rp 3 triliun atau tumbuh sekitar 15% dibandingkan capaian 2023. Untuk mencapai target pertumbuhan tahun depan, SPMA akan berupaya merebut kembali pangsa pasar yang selama 1 – 2 tahun terakhir ini diambil oleh kompetitor.

“Kami confidence kuartal IV ini dan tahun depan akan lebih menguasai marketshare kertas di masyarakat. Untuk tisu, kita masih baik bahkan beberapa tahun in juga tisu masih fokus diperkuat di pasar horeka (hotel, restoran, kafe),” imbuhnya.

Tahun depan juga, tambah Hendro, perseroan akan melakukan investasi, salah satunya untuk steam boiler dengan anggaran internal US$10 juta. Steam boiler yang baru lebih ramah lingkungan karena ditunjang dengan spesifikasi penggunaan bahan baku batu bara hanya sebesar 25%. Penggunaan batu bara ini lebih rendah dibandingkan steam boiler perseroan yang sudah ada. Sisanya memanfaatkan sludge, limbah plastik dan limbah kayu untuk diubah menjadi energi panas.  imm

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry