
“Masjid Jogokariyan malah makin menjadi. Sekarang, berkat jemaahnya yang selalu membludak, masjid ini sukses membina ratusan UMKM yang makin menyemut berjualan di pelataran Masjid, dan semuanya laris.”
Oleh : Syarif Thayib*
TULISAN ini bagian dari pengalaman penulis mengikuti Rihlah Ilmiah (Jawa: ngangsu kawruh) Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (MAS) Goes to Yogyakarta, 2 – 3 Juli 2025 kemarin. Ini sekaligus menegaskan kembali, bahwa hidup makin indah dengan terus berbenah dan melakukan perubahan.
Awalnya penulis maju-mundur untuk mengikuti program Rihlah Ilmiah mengunjungi Masjid bertaraf internasional dan penuh inspirasi di Solo dan Yogyakarta. Selain karena routenya terlalu sering penulis lewati saat mudik rutin ke Cirebon, juga acara kali ini tidak boleh ngajak keluarga, termasuk ngajak istri, seperti Pasutri honeymoon, hehe..
Tetapi karena komitmen belajar kemasjidan yang lagi on fire (bergelora) di kepala, maka Bismillah penulis putuskan berangkat ba’da Shubuh bersama rombongan 120-an pegawai dan guru-guru di sekolah naungan MAS.
Selain itu, penulis juga lagi penasaran dengan kebersamaan (teamwork) kelas dewa yang dimiliki guru-guru MAS, dimana murid-murid mereka langganan juara banyak lomba di kancah nasional maupun internasional.
Kembali ke judul di atas. Berbenah dan Berubah adalah kata kunci kesuksesan tiga Masjid ternama di Indonesia: Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Masjid Al Zayed Solo, dan Masjid Jogokariyan Yogyakarta.
Dua masjid terakhir untuk yang kesekian kalinya penulis kunjungi. Masjid Al Zayed dari sebelum resmi dibuka, penulis sudah mengunjunginya sebanyak tiga kali. Sedangkan Masjid Jogokariyan sudah lima kali dengan kemarin.
Tiga masjid besar di atas, makin hari jumlah pengunjung maupun jumlah Jemaah shalat rawatibnya terus bertambah. Khusus untuk MAS, penulis tahu persis, melakukan inovasi tiada henti. Kegiatannya nyaris selalu ada yang baru, meskipun nama kegiatannya sama tiap tahunnya. Misalnya, acara Iedul Qurban. Tahun kemarin dengan tahun ini selalu ada inovasi alias ada perubahan, sehingga jumlah Jemaah yang berqurban, maupun yang minta daging Qurban selalu meningkat.
Sedangkan Masjid Al Zayed pun nyaris tidak pernah sepi kegiatan. Pada papan informasi terlihat jelas update kegiatan kajian sering mendatangkan Da’i dari mancanegara. Tawaran event Pre Wedding dan akad nikah juga sangat mempesona. Belum lagi acara out of the box “Sahabat Zayed Golek Garwo” (biro jodoh syari’ah) memantik senyum semua Jemaah yang membaca X-Bannernya, sehingga pengunjung/ Jemaah makin cinta pada Masjid “warisan” Presiden Jokowi ini.
Berbenah dan Berubah yang dilakukan Masjid Jogokariyan malah makin menjadi. Sekarang, berkat jemaahnya selalu membludak, masjid ini sukses membina ratusan UMKM yang makin menyemut berjualan di pelataran Masjid, dan semuanya laris. Dulu jemaah harus “dipancing” dengan sarapan gratis atau ngopi gratis dll untuk mau berjamaah ke Masjid. Kini, mereka sudah naik kelas, sadar, betapa terhormatnya tangan di atas daripada tangan di bawah.
Tentu, tidak semua Masjid di Indonesia harus meniru persis Masjid Al Akbar, Al Zayed, atau Jogokariyan. Cukup ATM (amati tiru modifikasi) saja. Ambil ilmu bagaimana mereka menentukan keunikan, ciri khas, sekaligus kekuatan pembedanya.
Kalau masjid Anda besar, lahannya luas, jauh dari pemukiman padat penduduk, akses jalannya lebar, dan tiap pekannya ingin dikunjungi minimal belasan ribu Jemaah, maka Anda wajib belajar ke Masjid Nasional Al Akbar. Disini semua keinginan Anda dalam Do’a difasilitasi.
Selain sebagai tempat ibadah yang nyaman untuk beroleh kekhusyu’an maksimal, Al Akbar memiliki lembaga Pendidikan semua jenjang, mulai KB/RA hingga perguruan tinggi. Juga ada Lembaga Diklat dan Kajian, Perpustakaan buku – kitab cukup lengkap, plus digital library yang terus dibenahi (‘ilman nafi’a).
Untuk memfasilitasi berolehnya rezeki yang luas (rizqan wasi’an), Al Akbar memiliki BUMM atau badan usaha milik masjid yang berkolaborasi dengan UMKM mendirikan Food Court, Mini Market, Warung Gen-Zi, dan lain-lain. Semuanya laris, karena Al Akbar sering gelar event dan memiliki belasan titik destinasi mempesona: menara setinggi 99 meter, Green Toilet, Taman Asmaul Husna, kebun buah lokal dan import, Urban Farming, EduPark, dan lain-lain.
Bahkan Al Akbar melengkapi service excellent untuk kesehatan dan kebugaran (syifa’an min kulli da’in) Jemaah melalui pendirian Rumah Sehat dengan fasilitas klinik dokter umum, dokter gigi, dan Bekam. Juga ada lapangan memanah, Mini Soccer, Akademi Tahfidz & Sepakbola yang baru saja diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur.
Sedangkan Masjid yang ingin go international bisa belajar ke Al Zayed. Masjid ini begitu mudah menghadirkan Da’i dan Imam internasional, khususnya dari Timur Tengah. Juga Tingkat pengamanannya benar-benar kelas Paspampres. CCTV bertebaran di banyak titik. Jumlah tim security juga sangat memadai dan profesional. Disini, pengunjung/ Jemaah bakal sungkan kalau tidak mengisi kotak amal yang artistic, ditambah kemudahan sedekah cara digital.
Khusus untuk pengelola masjid yang berada di tengah pemukiman padat penduduk, Anda wajib belajar ke Masjid Jogokariyan. Disini pengurus takmirnya sangat terbuka dan ber-mindset out of the box (ijtihad Bonek) yang selalu mendapat pertolongan Allah SWT melalui jumlah Jemaah yang terus berlimpah. Hadits yang dipedomani juga shahih. Rasulullah SAW sampai menepuk pundak/dada sahabat Mu’adz bin Jabal karena keberaniannya dalam berijtihad (berinovasi). Wallahu a’lam bis-Shawab.
*Syarif Thayib adalah Dosen UINSA, Abdi Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Masjid Jami’ Peneleh, Masjid Al Ikhlas Baratajaya.