MENYAMAR, TANGKAP PENDEMO: Aparat keamanan Israel yang menyamar menahan seorang demonstran Palestina dalam bentrokan di dekat pemukiman Yahudi Beit El, di dekat Kota Ramallah di Tepi Barat (13/12). (REUTERS)

ISTANBUL | duta.co – Hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Turki, Rabu (13/12/2017), mendeklarasikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina. OKI menolak pengakuan sepihak AS yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

PARA PEMIMPIN NEGARA OKI: Para kepala negara anggota OKI berkumpul di Istanbul, Turki, pada 13 Desember 2017 untuk membahas isu Yerusalem. (AP Photo)

Dalam KTT Luar Biasa yang digelar sepekan setelah pidato pengakuan Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel, para pemimpin OKI menyerukan seluruh negara untuk mengakui Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya yang tengah diduduki.

Seperti dikutip dari Al Jazeera pada Kamis (14/12/2017), OKI menambahkan bahwa 57 negara anggotanya tetap berkomitmen atas “perdamaian yang adil dan komprehensif berdasarkan solusi dua negara”. OKI mendesak PBB untuk “mengakhiri pendudukan Israel” atas Palestina dan menyatakan bahwa pemerintahan Trump bertanggung jawab untuk “semua konsekuensi bila keputusan ilegalnya tidak dicabut”.

“Bagi kami deklarasi (Trump) berbahaya, yang bertujuan untuk mengubah status hukum kota (Yerusalem), tidak sah dan tidak memiliki legitimasi,” ujar OKI dalam pernyataan bersamanya.

Marwan Bishara, analis politik senior Al Jazeera mengatakan, KTT Luar Biasa OKI di Istanbul menyoroti bahwa rakyat Palestina, warga Arab, dan muslim terus berkomitmen pada perdamaian. “Sekarang, negara-negara muslim dengan bersekutu bersama Palestina mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Palestina,” terang Bishara.

“Dan negara-negara Islam tersebut siap untuk menghukum setiap negara yang mengikuti jejak Amerika Serikat dalam hal mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel,” ucapnya.

Menolak Keputusan AS

Sekretaris Jenderal OKI Yousef al-Othaimeen dalam KTT di Istanbul menyatakan menolak keputusan AS. Pihaknya mendesak para pemimpin muslim bersatu dalam memberikan respons terhadap pengakuan Yerusalem oleh Trump.

“OKI menolak dan mengutuk keputusan Amerika Serikat. Itu adalah pelanggaran hukum internasional dan ini memprovokasi perasaan umat muslim sedunia. Ini akan menciptakan ketidakstabilan di kawasan dan di dunia,” terang Sekjen OKI itu.

Sementara itu, dalam forum KTT Luar Biasa OKI, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menuturkan bahwa AS “mendiskualifikasi” dirinya dari perundingan damai Israel-Palestina. Langkah tersebut menunjukkan biasnya sikap Negeri Paman Sam.

Trump mengumumkan pengakuan atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Rabu 6 Desember 2017. Dalam kesempatan yang sama, ia memastikan segera memulai proses pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

“Kami tidak akan menerima peran apa pun yang kelak dimainkan Amerika Serikat dalam proses perdamaian, mereka telah membuktikan sikap bias terhadap Israel,” kata Abbas. “Yerusalem akan selalu menjadi ibu kota Palestina,” imbuhnya.

KTT Luar Biasa OKI di Istanbul dihadiri oleh lebih dari 20 kepala negara. Arab Saudi, yang merupakan markas OKI, hanya mengirim seorang pejabat senior di Kementerian Luar Negeri, sementara mayoritas mengutus Menteri Luar Negeri mereka.

Pertemuan OKI tersebut digelar atas desakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. “Itu tidak sah dan tidak berlaku… Kecuali Israel, tidak satu pun negara-negara di dunia mendukung keputusan (Trump) itu.” Demikian Erdogan merespons kebijakan Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

Analis, bagaimana pun, keraguan Turki dapat menjembatani kesenjangan dalam dunia politik muslim yang terbagi atas Syiah dan Sunni. Sejumlah pemain kunci seperti Mesir, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dinilai tidak akan mengambil risiko dengan garang mengumandangkan sikap anti-Washington.

Reaksi Israel

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak hasil keputusan OKI dan menyebut dirinya ‘tidak terkesan’ dengan pernyataan itu. “Kami tidak terkesan dengan semua pernyataan ini,” ucap Netanyahu dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Kamis (14/12/2017).

Pernyataan Netanyahu ini disampaikan Rabu (13/12) malam waktu setempat, setelah KTT OKI di Istanbul, Turki merilis pernyataan akhir yang menyatakan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina.

Pernyataan akhir itu juga menyerukan kepada negara-negara dunia untuk mengakui Yerusalem Timur, yang diduduki Israel, sebagai ibu kota Negara Palestina. Negara-negara OKI sepakat menolak dan mengecam keputusan sepihak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, pekan lalu.

“Pada akhirnya, kebenaran akan menang dan yang lain akan mengakui –banyak negara akan mengakui–

Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan juga akan memindahkan kedutaan mereka,” sebut Netanyahu dalam pernyataannya, seperti dilansir CNN.

“Akan lebih baik bagi Palestina untuk mengakui realitas dan bertindak ke arah perdamaian dan bukan ekstremisme,” imbuhnya.

“Mereka seharusnya mengakui satu lagi fakta mengenai soal Yerusalem: Yerusalem bukan hanya ibu kota Israel. Tapi kita juga harus menjaga kehormatan di Yerusalem demi kebebasan beribadah untuk semua agama. Dan, kita menjadi satu-satunya di Timur Tengah yang melakukan hal ini, tidak seperti yang lain,” imbuhnya.

KTT OKI juga menghasilkan ‘Deklarasi Istanbul’ yang isinya menyerukan kepada pemerintahan Trump untuk mencabut keputusan kontroversialnya soal Yerusalem. KTT ini tidak menyepakati sanksi konkret bagi Israel maupun AS. alj, afp,cnn

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry