
dr Hafid Algristian, SpK, MH – Dosen Fakultas Kedokteran (FK)
ODGJ singkatan dari Orang Dengan Gangguan Jiwa. Seringkali, yang disebut sebagai ODGJ adalah pasien dengan diagnosis skizofrenia. Pada persepsi awam, skizofrenia tidak bisa sembuh dan harus minum obat seumur hidup. Benarkah demikian?
Faktanya, banyak kasus fatal jika ODGJ tidak tertangani dengan baik. Ada kejadian seorang istri yang dibunuh oleh suaminya sendiri. Keduanya adalah ODGJ pulih yang kambuh karena jarang berobat. Ada ODGJ yang menabrakkan diri di kendaraan yang sedang melintas. Semua itu adalah kisah pilu yang menambah kesan bahwa ODGJ tidak bisa disembuhkan.
Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa
Tentu yang diberitakan media hanya sebagian kecil, masih banyak kejadian mengenai ODGJ yang tidak kita ketahui. Seperti fenomena gunung es. Meskipun hanya 1% angka kejadian skizofrenia di populasi, tapi kadang pemberitaan tersebut sangat mengkhawatirkan. Akhirnya memperparah stigma, yang berujung pada pengucilan ODGJ oleh warga sekitarnya.
Yang menggembirakan, penanganan ODGJ di daerah sebenarnya sudah beragam. Sebut saja, di Gresik, Lamongan, Tuban, Sampang, dan Banyuwangi. Termasuk di Surabaya sendiri. Mungkin banyak juga daerah di luar Jawa Timur yang cukup baik untuk penanganan ODGJ-nya. Misalnya di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (Kalimantan Selatan), atau Kota Kupang (Nusa Tenggara Timur).
Berkaca pada daerah-daerah tersebut, penanganan ODGJ dimulai dari penjangkauan bagi ODGJ yang jauh dari sarana kesehatan. Juga dilepaskan dari pasung, diberikan bantuan sosial, dan pendampingan pengobatan. Bisa juga ditampung sementara di panti sosial. Atau dirujuk ke sarana kesehatan tingkat lanjut, seperti rumah sakit yang memiliki sarana rehabilitasi psikososial.
Penanganan ODGJ saat ini tidak cukup hanya berobat saja. Juga tidak boleh hanya pendekatan sosial saja. Baik tenaga kesehatan dan praktisi terapi sosial perlu berbesar hati untuk bekerja sama. Saling kolaborasi. Lalu difasilitasi pemerintah daerah beserta jajarannya. Agar terjadi kombinasi antara terapi medis dan terapi sosial.
Karena skizofrenia adalah keadaan ketidakseimbangan zat kimia dalam otak. Dibutuhkan obat untuk menstabilkan. Ketika sudah stabil, harus dilatih hidup mandiri melalui pendekatan sosial.
Dari sini sebenarnya bisa dilihat bahwa kriteria “sembuh” bagi ODGJ itu ada dua, yakni sembuh klinis dan sembuh sosial. Sembuh klinis artinya gejala-gejala akut sudah teratasi, dan stabil dari gejala-gejala kronis. Sembuh sosial artinya ODGJ dapat hidup mandiri sesuai dengan kemampuan. Banyak juga ODGJ yang masih mengalami halusinasi, tapi tetap bisa bekerja dengan baik. Yang penting kualitas hidup ODGJ itu tercapai sesuai kemampuannya.
Untuk mencapai ke sana, bukan perkara mudah. Juga bukan perkara satu-dua hari. Tapi berbulan-bulan. Secara teori, gejala-gejala itu setidaknya stabil dalam waktu 1-2 tahun. Di tahun kedua, sudah mulai bisa dilatih secara sosial. Di sinilah peran penting keluarga dan masyarakat sekitar. Tenaga kesehatan di rumah sakit perlu berkolaborasi dengan keluarga, masyarakat, pakar dan praktisi terapi sosial, agar tersedia fasilitas-fasilitas pelatihan bagi ODGJ.
Fasilitas pelatihan ini bisa dimiliki oleh rumah sakit atau kelompok/komunitas masyarakat. Istilahnya, hospital-based rehabilitation (HBR) dan community-based rehabilitation (CBR).
Target keduanya sama, yakni resosialisasi ODGJ. Resosialisasi adalah upaya peningkatan fungsi sosial ODGJ agar berdaya dan punya peran dalam masyarakatnya. Resosialisasi yang baik akan membantu menghapuskan stigma dan mengurangi pengucilan ODGJ.
Menurut referensi dari Yongin Mental Hospital, Korea Selatan, rehabilitasi sosial tetap dapat dilakukan di rumah sakit jika tidak memungkinkan dilakukan di komunitas. Rumah sakit harus menyediakan area terapi pemulihan yang baik agar ODGJ dapat dilatih mengembangkan kemampuan sosialnya.
Tantangan kita saat ini adalah melakukan advokasi ke BPJS Kesehatan agar terapi perilaku dalam program rehabilitasi psikososial ini dijamin pembiayaannya untuk pasien ODGJ dewasa.
Semoga, dengan bantuan dari BPJS Kesehatan ini, semakin banyak pasien dan keluarga yang terbantu terlepaskan beban pengobatannya. Pada akhirnya meningkatkan potensi pemulihan dan mengurangi resiko kekambuhan ODGJ. Insya Allah. *