MENANGIS: Barack Obama menyeka air matanya saat pidato perpisahan sebagai presiden Amerika Serikat di Chicago, Selasa malam waktu setempat atau hari ini (11/1/2017) WIB. (IST)
MENANGIS: Barack Obama menyeka air matanya saat pidato perpisahan sebagai presiden Amerika Serikat di Chicago, Selasa malam waktu setempat atau hari ini (11/1/2017) WIB. (IST)

CHICAGO | duta.co – Air mata Presiden Barack Obama mengalir deras di sela-sela pidato perpisahannya sebagai Presiden Amerika Serikat di Chicago, Selasa malam waktu setempat atau hari ini (11/1/2017). Obama mengucapkan selamat tinggal kepada rakyat Negeri Paman Sam.

Pidato perpisahan Obama ini digelar di McCormmick Place, yang merupakan convention center terbesar di kawasan Amerika Utara. Sekitar 20 ribu hadirin dilaporkan hadir untuk mendengar langsung pidato perpisahan presiden kulit hitam pertama AS ini.

Presiden AS yang masa kecilnya pernah di Jakarta itu berusaha menghibur diri dan rakyat AS dengan menyerukan agar negaranya terus maju. Dia tidak memungkiri ada perubahan ekonomi dan ancaman keamanan yang terus-menerus yang akan dialami AS dengan presiden barunya, Donald Trump.

Obama menangis saat mengingat janji-janjinya selama delapan tahun berkuasa di Gedung Putih. Selain itu, air mata Obama keluar ketika mengingat tentang keyakinannya di AS yang diperdebatkan. Setelah berpelukan, Obama dan istrinya juga memeluk mantan ajudan dan warga AS lainnya yang hadir dalam pidato perpisahan.

“Potensi besar Amerika akan terwujud hanya jika demokrasi kita bekerja. Hanya jika politik kita mencerminkan kesopanan dari orang-orang kami (AS). Hanya jika kita semua, terlepas dari afiliasi partai atau kepentingan tertentu, membantu memulihkan tujuan umum kami yang begitu buruk untuk dibutuhkan sekarang,” kata Obama.

Obama secara resmi akan digantikan Donald Trump 10 hari lagi. Ketika menyampaikan akan adanya perubahan selepas kepergiannya karena digantikan Trump, orang-orang yang menghadiri pidato mulai mencemooh. Obama dengan cepat menjawab,”tidak, tidak, tidak, tidak, tidak”.

”Salah satu kekuatan besar bangsa, adalah transfer kekuasaan secara damai dari satu presiden ke presiden selanjutnya,” seru Obama kepada ribuan warga AS, seperti dikutip AP.

Namun, para warga AS seolah tak rela melepas kepergian Obama. Mereka berteriak; “Empat tahun lagi”. Obama menjawab dengan tersenyum, dan berkata; ”Saya tidak bisa melakukan itu.”

BERSAMA KELUARGA PAMITAN: Obama bersama istri, Michelle Obama, dan putrinya, pada pidato perpisahan sebagai presiden Amerika Serikat. (IST)

Tolak Diskriminasi Muslim

Dalam pidatonya,  Obama juga mendorong warga AS untuk tidak menyerah dalam ketakutan. Obama juga menegaskan sikapnya yang menolak diskriminasi terhadap warga muslim di AS.

Seperti dilansir CBS News dan Los Angeles Times, Rabu (11/1/2017), Obama meminta warga AS aktif menjaga demokrasi. “Demokrasi bisa melemah saat kita menyerah pada ketakutan. Jadi kita, sebagai warga negara, harus tetap waspada pada agresi eksternal, kita harus waspada terhadap upaya pelemahan nilai-nilai yang membuat kita menjadi diri kita yang sebenarnya,” jelas Obama dalam pidatonya.

“Itulah mengapa, selama 8 tahun terakhir, saya berupaya melawan terorisme dengan landasan hukum yang lebih teguh. Itulah mengapa kita mengakhiri praktik penyiksaan, berupaya menutup Gitmo (penjara Guantanamo) dan mereformasi hukum yang mengatur pengintaian untuk melindungi kebebasan pribadi dan sipil,” tegasnya.

“Itulah mengapa saya menolak diskriminasi terhadap warga muslim Amerika,” imbuh Obama yang disambut tepuk tangan hadirin.

Lebih lanjut, Obama menyebut AS tidak bisa menarik diri begitu saja dari pertempuran global. Obama menegaskan bahwa demokrasi, kemudian hak asasi manusia juga hak kaum perempuan dan kaum LGBT, perlu diperjuangkan.

“Itu menjadi bagian dari membela Amerika. Pertempuran melawan ekstremisme dan intoleransi dan sektarianisme dan chauvinisme menjadi satu bagian dengan pertempuran melawan otoritarianisme dan agresi nasionalis,” ujar Obama.

“Jika jangkauan kebebasan dan penghormatan pada aturan hukum di dunia melemah, kemungkinan terjadinya perang di dalam dan antar beberapa negara semakin meningkat dan kebebasan kita pada akhirnya akan terancam,” tandasnya.

Rusia Tak Bisa Tandingi AS

Dalam pidatonya, Obama menyinggung tentang kelompok radikal ISIS dan terang-terangan menyebut Rusia sebagai rival.

“Jadi kita harus waspada, tapi tidak takut karena ISIL (nama lain ISIS) akan mencoba membunuh orang-orang tak bersalah. Tapi mereka tak bisa mengalahkan Amerika kecuali kita mengkhianati konstitusi kita dan prinsip-prinsip kita dalam perjuangan itu,” ujar Obama dalam pidatonya seperti dilansir Telegraph, Rabu (11/1/2017).

“Rival-rival seperti Rusia atau China tak bisa menandingi pengaruh kita di seluruh dunia — kecuali kita menyerah atas apa yang kita perjuangkan, mengubah diri kita menjadi negara besar lainnya yang mengganggu tetangga-tetangga yang lebih kecil,” tandas Obama yang disambut tepuk tangan audiens.

Obama juga menyebut sejumlah pencapaian yang telah diraih pemerintahannya, termasuk soal pernikahan sesama jenis, kesepakatan nuklir Iran, dan membunuh Osama bin Laden. “Amerika kini tempat yang lebih baik, lebih kuat dibanding saat kita baru memulai,” tutur Obama. lat, tgp, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry