PASURUAN | duta.co –Probolinggo Mantapkan Khidmat dan Soliditas di Tengah Dinamika Organisasi.  Gerak Nahdlatul Ulama (NU) di wilayah Pasuruan dan Probolinggo terus menunjukkan dinamika positif, terutama penguatan pada majlis wakil cabang dan ranting.

Berbagai kegiatan pembinaan, pendidikan, kesehatan, penguatan Aswaja, hingga pelayanan sosial digelar secara simultan di tengah situasi administratif yang belum seluruhnya tuntas, khususnya terkait ketetapan SK kepengurusan.

Para ketua dan pengurus di kedua wilayah menegaskan bahwa roda organisasi tidak boleh berhenti hanya karena kendala formal. ujar Kyai Kikin Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim.

Di PCNU Kabupaten Pasuruan, rangkaian kegiatan berlangsung intensif sejak akhir tahun. “Program yang mencakup Pembinaan Upgrading MWCNU dan Ranting, Sosialisasi Tanggap Bencana LPBI NU, Istighotsah Hari Santri di sekolah negeri, Pembinaan Perempuan Muda NU (LKK & Fatayat), Haul Gus Dur, hingga Sosialisasi Bahaya Bullying menunjukkan komitmen kuat dalam membangun kemandirian organisasi dan penguatan spiritual masyarakat” hal demikian disampaikan oleh perwakilan PCNU Kabupaten Pasuran dalam acara Turba PWNU Jawa Timur di Pasuruan Raya.

Dalam kesempatan tersebut juga disampaikan bahwa tradisi Istighotsah Jum’at Legi menjadi salah satu pilar kebersamaan warga NU. Kegiatan ini dihadiri hingga 3.000 jamaah di setiap MWCNU. Selain itu, konsolidasi kelembagaan terus dilakukan melalui Bedah Perkum rutin dua bulan sekali, pembinaan MWCNU terstruktur, hingga penugasan instruktur Aswaja dalam setiap proses kaderisasi banom.

Dari sisi ekonomi, Pasuruan menjadi salah satu wilayah paling progresif. Tercatat empat gerai NUMBASMart beroperasi sebagai pusat jejaring toko NU, disertai produksi AMDK NUMBASMart dan persiapan pendirian SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi).

“Ini bagian dari ikhtiar kemandirian NU. Kita ingin ekonomi umat memiliki rumah besar,” ujar salah satu unsur pimpinan PCNU Pasuruan.

Program strategis yang menanti dukungan antara lain pengembangan UNU Pasuruan, pendirian RSNU, serta penguatan kaderisasi PPWK.

Berbeda dengan Pasuruan, wilayah Probolinggo menghadapi tantangan administratif berupa belum turunnya SK kepengurusan dari PBNU. Meski demikian, jajaran PCNU di Kabupaten Probolinggo menegaskan bahwa aktivitas organisasi tetap berjalan sebagaimana mestinya.

“Kami sudah melaksanakan konfercab, administrasi sudah lengkap, rekomendasi PWNU juga sudah diterima. Namun hingga kini SK belum turun. Meski begitu, ada atau tidak ada SK, kami tetap komitmen menjalankan agenda,” tegas Gus Teguh Mahameru Ketua PCNU Kabupaten Probolinggo.

Situasi serupa juga dialami MWCNU, di mana 10 dari 11 MWCNU akan habis masa SK pada Desember, dengan delapan MWCNU sudah melaksanakan konferensi. “Seluruh lembaga dan banom akan kami tuntaskan bulan ini. Organisasi tetap jalan kecuali langsung dihentikan PWNU,” lanjut Zainul Hasan.

Di wilayah Kraksaan, KH. Chafidzul Hakiem Noer menyampaikan bahwa SK kepengurusan Kraksaan telah turun, dan pelantikan dijadwalkan 14 Desember 2025. “Kami siap bergerak setelah pelantikan. MWCNU juga perlu segera dilantik agar geraknya semakin padu,” ujarnya.

Sementara itu, KH. Arbai Hasan, Ketua PCNU Kota Probolinggo, menegaskan pentingnya ketenangan dalam menghadapi dinamika nasional. “Arahan PWNU jelas: yang penting wilayah tetap tenang dan program berjalan,” katanya.

Meski Pasuruan dan Probolinggo memiliki kondisi administratif berbeda, penguatan Aswaja tetap menjadi denyut utama keduanya. Di Pasuruan, instruktur Aswaja wajib terlibat dalam pengkaderan. Di Probolinggo, kegiatan-kegiatan rutin seperti istighotsah, penguatan Aswaja, dan pembinaan struktur terus berjalan pada tingkat MWCNU hingga ranting.

Kota Pasuruan juga menunjukkan konsistensi kegiatan melalui manaqiban rutin, upgrading MWC–ranting–banom, dan kaderisasi massif. Sementara PCNU Bangil, yang baru melaksanakan konferensi pada 9 November 2025, menetapkan KH. Junaidi Soleh sebagai Rais Syuriyah dan Edy Supriyanto sebagai Ketua Tanfidziyah. Penyusunan kepengurusan kini memasuki tahap akhir.

Pesan Para Masayikh: Silaturahim dan Khittah sebagai Kompas Gerak NU
Di tengah situasi nasional yang berkembang cepat, para kiai sepuh memberikan arahan tegas agar NU tetap berada di jalurnya. KH. Kikin menegaskan bahwa turba sejatinya adalah silaturahim, bukan sekadar agenda resmi. “Jangan sampai SK menjadi halangan untuk berkhidmat.

Menanggapi pertanyaan seputar dinamika dan kondisi NU di pusat, para kiai mengingatkan pentingnya kembali ke Khittah NU 1926. “Kita jaga kebersamaan dan tabayun bila ada hal-hal yang perlu di tabayyunkan. Pahami dulu baru bersikap. Banyak solusi yang tidak hanya logis, tetapi juga spiritual,” pesan mereka, sembari mengingatkan sejarah perjuangan 10 November.

KH. Abdul Matin Jawahir menambahkan bahwa NU harus tetap fokus pada kegiatan. “Banyak berita yang bukan dari NU dan ingin memecah-belah. Kita jaga tradisi, jaga khidmat. NU itu pesantren besar, dan pengurusnya adalah khadim bagi umat,” ujarnya.

Gabungan aktivitas Pasuruan–Probolinggo menunjukkan bahwa NU tetap solid dan efektif meskipun dihadapkan pada dinamika struktural. Program keagamaan, sosial, ekonomi, dan kaderisasi berjalan simultan, didukung semangat kemandirian dan nasihat para ulama.

Dengan spirit khidmat tanpa henti, NU di dua wilayah ini menegaskan bahwa perjuangan jam’iyah tidak bergantung pada SK semata, tetapi pada tekad kuat untuk menjaga warisan para ulama dan mengabdi kepada umat. Karena NU didirikan para Muassis melalui riyadhah dan orientasinya membangun hidup damai, dan bila ada masalah sudah segarusnya untuk tabayyun. ujar Kyai Kikin panggilan akrabnya.(*)

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry