Dr. KH. M. Sukron Djazilan, S.Ag., M.Pd.I

Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

SEPANJANG sejarah, gagasan dan komitmen keagamaan telah mengilhami individu dan kaum beriman untuk meninggalkan semua kepentingan pribadi yang sempit demi tercapainya nilai kebenaran yang lebih tiggi.

Hal ini menunjukkan bahwa cinta kasih, pengorbanan diri, dan pengabdian kepada orang lain sering kali berakar begitu mendalam pada pandangan dunia keagamaan. Pada saat yang sama, sejarah dengan jelas menunjukkan bahwa agama, suku, serta ras sering kali dikaitkan dengan contoh terburuk perilaku manusia. Akan tetapi negara Indonesia berkata lain, bahwa itu semua adalah anugrah yang luar biasa serta kekayaan yang yang tidak dimiliki oleh negara lain.

Bisa kita lihat bahwa Indonesia merupakan masyarakat yang sangat heterogen. Yakni nilai keberagaman yang begitu luar biasa, terdiri dari 1340 suku, 740 bahasa daerah, serta 300 etnik atau ras yang semuanya tersebar di penjuru Nusantara.

Hal inilah rahmat yang harus kita kembangkan, khususnya harus bisa menempatkan nilai-nilai kebersaaman diatas kepentingan pribadi dan golongan. Bagaimanapaun keadaanya dan seberapa banyak perbedaan yang ada di Indonesia, kita sebagai masyarakat harus memegang teguh nilai kebhinekaan yang menjadi tulang punggung persatuan Bangsa.

Masa terus berjalan, generasi pun berbeda, sikap dan karakteristiknya terus berkembang. Genarasi millennial sekarang cenderung mencari jati diri yang mereka inginkan. Dengan faktor lingkungan, teman, serta media sosial membuat generasi millennial sekarang cenderung labil dan mudah terombang-ambing atas gelombang pemikiran yang tidak jelas arahnya.

Akan tetapi mereka menuntut atas pengakuan dari orang lain atas apa yang bisa mereka lakukan dan perjuangkan sesuai arah pemikiranya. Inilah kegelisahan akademik generasi millennial.

Tantangan kebhinekaan sekarang ini sangat rentan akan terkkis, khususnya generasi milenial sekarang tidak lepas dengan adanya tekhnologi, media sosial dan pergaulan bebas. Hal ini menyebabkan kemerosotan kecakapan hidup.

Di antaranya kemerosotan kecakapan sosial (sopan santun, empati, nilai kooperatif yang merosot). Kemerosotan kecakapan emosional (kurang mampu mengendalikan diri, semau gue).

 Kemerosotan kecakapan personal/spiritual (merosotnya keteguhan hati, ketekunan, kejujuran, tanggung jawab, keingintahuan, disiplin pribadi, motivasi, keikhlasan, semangat pengabdian dan sikap- sikap positif lainnya). Kemerosotan kecakapan kewarganegaraan (sikap cuek, mau menang sindiri dan benar sendiri, nyontek, dan nyerobot hak orang lain).

Bersama boleh beda, namun kesatuan sosial budaya kebhinekaan harus tetap terjaga. Diantaranya generasi millennial Indonesia harus memiliki kehidupan yang serasi dan selaras sesuai dengan kemajuan bangsa.

Corak ragam budaya Indonesia menggambarkan kekayaan khazanah budaya bangsa dan harus dikembangkan bukan malah memperpecah kesatuan bangsa. Bangsa Indonesia yang kita ketahui memiliki banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya, namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air.

Dipersatukan dengan bendera, pancasila, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama. Karena sejatinya  konsep Bhinneka Tunggal Ika ialah konsep unity in diversity yang diartikan sebagai konsep multikulturalisme.

Sejalan dengan itu setiap generasi millenial harus memegang nilai dasar yang ada dalam setiap manusia, yakni nilai ketuhanan dan nilai kemanusiaan. Bagaimanapun semua insan di Indonesia pasti beragama dan yang pasti memiliki nilai-nilai ketuhanan, diantaranya nilai kasih sayang dan mengayomi. Agama manupun pasti akan mengajarkan nilai kasih dan sayang terhadap sesama manusia, lebih dari itu kepada semua makhluk Tuhan.

 Sikap mengayomi dan tolong menolong harus menjadi nomor satu dalam kehidupan sehari-hari. Karena bagaimanapun kita tidak bisa hidup sendiri tanpa interaksi dan bantuan orang lain. Serta nilai kemanusiaan yang termanifestasi dari cinta damai, kerjasama dan persaudaraan harus menjadi dasar dalam bersikap dan bertindak.

Sebagai generasi millennial harus memiliki nilai kepribadian yang baik, yakni kesesuaian antara sikap mental serta niat (values) dengan perbuatannya. Keseimbangan antara pikiran dengan perasaan, antara indera dengan intuisi.

Keserasian antara diri (individu) dengan orang lain (sosial). Keselarasan antara aku dengan kamu dalam kisi-kisi kelebihan maupun kekurangan, kematangan dalam berpikir, kemantaban dalam bertindak, serta rasa syukur atas segala nikmat yang tiada tara. Inilah nilai-nilai kebhinekaan dalam perbedaan dalam generasi millennial yang harus kita jaga dan kita perjuangkan bersama demi NKRI. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry