MALANG | duta.co  – Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menggelar acara Ngaji Bareng Cak Nun dalam rangka ulang tahunnya ke-66, acara ini diselenggarakan di lapangan Kampus Universitas Brawijaya, Malang, Jumat (01/06/2018).

Acara yang mengambil tema menuju revolusi Industri 4.0 itu dihadiri oleh puluhan insinyur yang tergabung dalam PII dan ribuan jamaah ‘ngaji roso’ Cak Nun dari berbagai daerah.

Dalam pembukaannya Cak Nun mengajak Emil dengan seluruh jamaah yang hadir untuk bersama-sama membangun dan menjaga negeri. “Mas Emil ini temen-temen semua adalah teman sampean untuk membangun negeri ini,” ujar Cak Nun di depan jamaah.


Lebih lanjut, Cak Nun mewejangi kepada jamaah Maiyah untuk belajar kepada para insinyur-insinyur handal. Begitupun sebaliknya, para insinyur-insinyur juga harus belajar kepada jamaah Maiyah yang menghadapi kerasnya kehidupan.

Dalam acara tersebut juga dipaparkan tentang perkembanganahuan dan teknologi yang telah mengubah dunia sebagaimana revolusi generasi pertama. Revolusi ini melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin uap.

Revolusi ini dicatat oleh sejarah berhasil mengerek naik perekonomian secara drastis di mana selama dua abad setelah Revolusi Industri terjadi peningkatan rata-rata pendapatan karena produksi bisa berlipat dengan adanya mesin uap.

Berikutnya, pada revolusi industri generasi kedua ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor. Kemudian, revolusi industri generasi ketiga ditandai dengan kemunculan komputer.

Sedangkan revolusi industri generasi keempat, menemukan pola baru ketika disruptif teknologi (disruptivetechnology) hadir begitu cepat era. Di era ini mesin dengan mesin saling berkomunikasi, atau bisa disebut era ini sebagai era supercomputer.

Kinerja manusia semakin dipermudah namun sebaliknya kebutuhan tenaga kerja manusia semakin berkurang karena semua serba otomatisasi.

Dalam ngaji bareng bersama Cak Nun di Universitas Brawijaya Malang ini, Emil Dardak yang didapuk untuk berbagi ilmu  kepada jamaah Maiyah menekankan revolusi industri atau kemajuan tekhnologi tidak bisa dihindari.

Diceritakan pria yang masih menjabat co-Presiden UCLG ASPAC ini, “Revolusi industri yang pertama ditandai dengan lahirnya mesin uap. Sebagaimana kita ketahui tenaga manusia ada keterbatasan, disaat mesin uap digunakan pada pabrik-pabrik tekstil waktu itu, karyawan-karyawan pabrik datang lebih awal menghancurkan mesin-mesin ini, protes karena pekerjaannya hilang,” jelas Emil.

Namun meskipun berusaha dihancurkan mesin-mesin tekstil itu ternyata masih ada sampai sekarang. “Artinya mau diumpetin kaya apa kemajuan teknologi itu akan terus berkembang,” tambahnya.

Dilanjutkan Emil, “Yang saya tangkap dari beberapa pertanyaan dilontarkan tadi rata-rata teman-teman ini takut akan dampak buruk dari revolusi industri ke-4, peran mereka tergantikan dan itu menurut saya wajar,” ungkap Emil.

Dihimbau oleh suami pesohor Arumi Bachsin ini, agar tidak pesimis. “Jangan takut digusur oleh teknologi, melainkan kita harus cepat menyikapi permasalahan ini dengan mempersiapkan diri untuk tidak dikendalikan teknologi melainkan sebaliknya, kitalah yang mengendalikan teknologi, mengoperasikan teknologi tersebut,” tuturnya.

“Manusia punya rasa dan kreativitas yang tidak bisa  tergantikan oleh mesin. Makanya anak muda harus kreatif tanpa batas,” pungkas Emil disambut hangat jamaah Cak Nun.(zal)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry