Puluhan perahu nelayan yang disandarkan di tepian pantai. (DUTA.CO/Abdul Aziz)

PASURUAN | duta.co – Kementrian Perhubungan  RI yang telah memberikan kuota agar kalangan nelayan Kabupaten Pasuruan bisa ikut serta untuk mengikuti pelatihan Surat Ketrampilan dan Kecakapan (SKK) melaut secara gratis, namun program yang diperuntukkan bagi kepentingan nelayan saat bekerja, ternyata kurang diminati dan mereka tidak tertarik dengan berbagai alasan.

Kabid Kenelayanan Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan, Alamsyah Suprijadi mengatakan, pelatihan SKK secara gratis itu, sebenarnya untuk kepentingan nelayan sendiri dan akan menguntungkan serta bisa digunakan pada saat melaut.

“Hingga akhir bulan Agustus lalu, tidak ada satupun nelayan berminat untuk mengikuti pelatihan ini,” paparnya, Kamis (6/9/2018).

Menurut Alamsyah, dengan ikuti latihan tersebut nantinya para nelayan akan menerima SIM untuk melaut termasuk bekerja di laut lepas. “Pelatihan ini bagus untuk nelayan ke depannya. Tapi sayangnya belum ada nelayan yang tertarik mengikuti pelatihan ini. Padahal program ini gratis tanpa pungutan biaya sepeserpun,” ujar Alamsyah.

Dijelaskannya, Kementrian Perhubungan untuk tahun ini telah memberikan kuota SKK untuk Kabupaten Pasuruan sebanyak 600 orang, bersama dengan nelayan dari Probolinggo, Malang dan Tulungagung. SKK tersebut yakni semacam SIM untuk melaut, karena nelayan adalah salah satu pekerjaan yang beresiko tinggi pada saat melaut.

Ia menambahkan, perbekalan SIM itu penting terkait teknik melaut dan keselamatan kerjanya. Selama ini, pekerjaan nelayan memang banyak yang dari turun-temurun. “Ilmu melaut banyak yang diturunkan dari keluarga termasuk otodidak. Rencana ke depan, nantinya nelayan yang bekerja di laut memang diharuskan memiliki SIM,” tandasnya.

Secara bertahap, lanjut Alamsyah, Kementrian Perhubungan terus memberikan kuota pelatihan secara gratis. Namun hingga akhir Agustus ini, belum ada satupun nelayan yang tertarik ikut dan ikut mendaftar. Padahal dari Dinas Perikanan sudah memberikan sosialisasi pada nelayan dan kelompok nelayan sejak ada program itu ada.

Masih kata Alamsyah, belum ada yang tertarik karena selain merasa masih belum butuh juga karena durasi pelatihan yang hingga 1 minggu lamanya.

“Karena cukup lama tidak melaut, sehingga nelayan masih mikir-mikir juga. Kalau keluarga ditinggal seminggu dan tidak melaut nanti makan apa keluarganya,” beber dia.

Lebih lanjut, Alamsyah menegaskan, dengan sisa sampai akhir tahun ini, Dinas Perikanan masih berupaya agar ada nelayan yang mau memanfaatkan kuota ini. “Kita akan melakukan sosialisasi secara rutin dan pendekatan secara persuasif lagi kepada para nelayan agar mereka tertarik mengikuti pelatihan SKK ini,” imbuhnya. (dul)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry