
SURABAYA | duta.co – Di tengah semilir angin laut dan aroma asin khas pesisir, puluhan nelayan tradisional Surabaya berkumpul di Kantor Sekretariat Aliansi Nelayan Tradisional, Gunung Anyar, Jumat (31/10/2025). Mereka datang bukan sekadar untuk berbagi cerita tentang hasil tangkapan, melainkan untuk meneguhkan tekad, memperkuat sektor perikanan air laut dan memanfaatkan potensi kelautan secara berkelanjutan.
Dalam suasana penuh semangat kebersamaan, deklarasi dukungan terhadap program pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan itu menjadi momentum penting bagi nelayan tradisional. Bagi mereka, laut bukan sekadar bentangan air biru yang luas, melainkan sumber kehidupan, ruang perjuangan, dan harapan masa depan keluarga.
“Laut adalah ibu kami. Kalau dikelola dengan baik, ia akan terus memberi kehidupan,” ujar salah satu nelayan, Suroto, dengan mata berbinar usai membubuhkan tanda tangan di spanduk deklarasi.
Indonesia memang dikaruniai sumber daya alam yang melimpah, baik di daratan maupun di lautan. Dengan garis pantai mencapai 81 ribu kilometer dan luas perairan sekitar 3,1 juta kilometer persegi, negeri ini menyimpan potensi besar di sektor perikanan.
Namun, potensi itu belum seluruhnya tergarap optimal, terutama di bidang perikanan budidaya. Selain penangkapan ikan di laut, kini muncul peluang besar dari industri akuakultur mulai dari budidaya ikan kerapu, kakap putih, bandeng, hingga komoditas bernilai tinggi seperti tiram mutiara, lola, dan teripang.
“Kalau dulu kami hanya mengandalkan hasil tangkap, sekarang kami mulai belajar budidaya. Ini harapan baru bagi kami,” kata Ahmad, nelayan muda dari Rungkut.
Bagi masyarakat pesisir, laut adalah pusat kehidupan. Dari sinilah mereka menafkahi keluarga, menyekolahkan anak, bahkan membangun solidaritas sosial. Sebagian lainnya ikut mendukung ekonomi maritim lewat usaha wisata bahari, perdagangan hasil laut, hingga industri olahan.
Wilayah pesisir yang produktif menjadi ruang hidup dengan budaya dan ritme tersendiri. Masyarakatnya dikenal tangguh, sederhana, dan akrab dengan alam. “Hidup kami memang keras, tapi laut mengajarkan banyak hal: sabar, tekun, dan tidak menyerah,” tutur nelayan sepuh bernama Kasmuri.
Deklarasi ini sekaligus menjadi seruan agar pemerintah terus memperhatikan kesejahteraan nelayan dan menjaga kelestarian sumber daya ikan. Sesuai Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan, pengelolaan sumber daya laut harus dilakukan secara maksimal.
tanpa merusak keberlanjutan ekosistem. Bagi nelayan tradisional Surabaya, semangat menjaga laut bukan sekadar urusan ekonomimelainkan warisan untuk anak cucu. Karena bagi mereka, laut bukan hanya tempat mencari ikan, tetapi juga tempat belajar tentang kehidupan. (gal)





































