JAKARTA | duta.co – Maraknya organisasi Islam garis keras yang masuk ke wilayah Indonesia menjadi ancaman dan bahaya bagi keberlangsungan nasionalisme Indonesia. Banyak generasi muda terpengaruh oleh ajaran dan ideologi transnasional tersebut. Lalu apa solusinya?

Untuk menjawab persoalan besar itu, tentu membutuhkan kajian dan penelitian yang mendalam dari pakar dan ahli yang mumpuni. “Saat ini, Indonesia butuh yang namanya strategi jitu dan penguatan nasionalisme, agar NKRI tidak hancur,” ujar Choirul Fuad Yusuf Kepala Puslitbang dan Lektur Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI kepada duta.co di Kantor Kementerian Agama RI, Jakarta, Jumat (14/7).

Rencana simposium Internasional kedua kalinya yang diinisiasi Balitbang Kemenag RI akan digelar pada 18 – 21 Juli di Hotel LOR Internasional, Sentul, Bogor menghadirkan pakar dan ahli di bidang pendidikan di antaranya, Prof Abdurrahman Masud, Prof Gautam Kumar (New Delhy India), Prof Machasin, Prof Mack R Woodward (Arizona University), Prof Nico Kaptein (Leiden University) dan 48 pemakalah lainnya serta diikuti 150 peserta.

Menurut Choirul Fuad Yusuf, fenomena pertumbuhan ideologi universal global, terutama ideologi berbasis keagamaan yang mengusung penegakan khilafah islamiyah dan berbagai paham gerakan radikal lainnya mewujud dalam bentuk demo-demo politik dan gerakan radikal lainnya yang disebut “nasionalism decline” yakni proses penurunan rasa kebangsaan pada masyarakat. “Makanya penguatan dan pematangan karakter bangsa sangat penting sekali,” ungkapnya.

Ia berharap, simposium internasional bisa memberi gambaran seperti apa realitas kondisi nasionalisme Indonesia dewasa ini yang sebenarnya. Sebagai analisis faktor-faktor dominan penyebab kondisi nasional tersebut. “Yang penting lagi sebagai rumusan strategi efektif untuk pengembangan nasionalisme dengan segenap implikasinya dalam upaya penguatan NKRI,” pungkasnya. (hud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry