SAUDARA ANGKAT: Ahok dipeluk kakak angkatnya, Nana Riwayatie, seusai menjalani sidang perdana dugaan penodaan agama di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Jalan Gajah Mada, Selasa (13/12/2016). (ist)

JAKARTA | duta.co – Ternyata bukan di Pilgub DKI seperti saat ini saja Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama mendapat serangan berbagai isu, termasuk agama.  Saat Pilgub Bangka Belitung 2007 lalu, Ahok juga mengalaminya. Peristiwa itu terungkap saat sidang Ahok di Auditorim Kementan Jakarta, Selasa (7/3).

Penasihat hukum terdakwa kasus dugaan penistaan agama Ahok menghadirkan tiga orang saksi yang meringankan kliennya dalam persidangan. Saksi pertama adalah Eko Cahyono yang dulunya calon wakil gubernur Bangka Belitung tahun 2007.

Usai disumpah, Eko menyakini Ahok tidak bersalah sidang kasus dugaan penodaan agama. Karena apa yang disampaikan di Pulau Pramuka pada 27 September 2016 lalu tersebut ternyata bukan soal pemimpin agama melainkan pemimpin negara

“Saya yakin, Pak Ahok ngomong begitu tidak menodai agama. Saya sudah tanya ke tokoh-tokoh agama, termasuk ke Gus Dur, bahwa konteks Surat Al-Maidah 51 bukan memilih pemimpin di pemerintahan, tetapi pilih pemimpin agama,” katanya.

Eko pun menceritakan gencarnya serangan isu agama dalam Pilgub Bangka Belitung tahun 2007 kala itu. Eko mengatakan, banyak ajakan agar masyarakat Bangka Belitung jangan pilih pemimpin nonmuslim saat musim Pilkada. Bahkan, seruan itu banyak disampaikan melalui selebaran di seluruh daerah.

“Ada banyak di Provinsi Bangka Belitung. Mereka (warga) dilarang pilih pemimpin nonmuslim. Disampaikan juga di masjid saat Solat Jumat sama ditulis di selebaran-selebaran. Itu hal biasa di sana,” katanya.

Dia mengungkapkan, kebanyakan penduduk di Bangka Belitung beragama Islam dan mereka menghormati sosok Ahok berikut keluarganya di sana. Namun, baru saat Pilgub Bangka Belitung tahun 2007 isu agama tersebut ramai menjadi bahan pembicaraan.

“Karena waktu Pak Ahok di Belitung Timur, banyak membawa perubahan. Warga senang dengan Pak Ahok. Soal jangan pilih pemimpin nonmuslim baru ada pas Pilkada itu,” katanya.

Bahkan pada masa kampanye, Eko mengaku terjadi banyak aksi penolakan sebagaimana terjadi di Jakarta dalam Pilkada DKI 2017 ini. “Ya (ada penolakan warga), cumakan tidak seheboh di Jakarta, karenakan kita di Babel tidak ada yang menyorotkan, tetapi kita juga mengadu ke Panwaslu,” katanya.

Dia mengaku, telah melakukan proses-proses pengaduan pelanggaran tersebut kepada pihak terkait. Walaupun pada akhirnya hasilnya tidak terlalu nampak. Alhasil dirinya bersama Basuki atau akrab disapa Ahok tersebut tumbang di pesta demokrasi.

Eko mengaku, Ahok tidak terlalu banyak berbuat untuk melawan isu agama yang digunakan oleh pihak lawannya. Sebab, mantan Bupati Belitung Timur itu telah pasrah dan menyerahkan hasilnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

“Kita hanya berserah diri saja kenapa kok bisa begini, mau marah sama siapa. Hanya kita bisa melaporkan ke Panwaslu, inikan masalah moral dan etika,” tutupnya.

Selain itu, dia mengungkapkan, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menyampaikan pandangan secara langsung mengenai Surat Al-Maidah Ayat 51. Di mana penjelasan tersebut, disampaikan kala Presiden Indonesia ke-empat itu berkampanye untuk dirinya.

Majelis hakim yang mengetahui latar belakang Eko pertama-tama meminta tanggapannya mengapa bersedia mendampingi Ahok. Karena dia sendiri kala itu tengah menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bangka Belitung.

Eko menuturkan, dirinya bersedia mendampingi mantan politisi Gerindra itu lantaran telah ada bukti kerja yang dihasilkan. Sebab semenjak dipimpin Ahok, Bangka Belitung Timur menjadi jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.

“Saya dapat kabar, semenjak dipegang Pak Basuki, Belitung Timur maju. Beliau juga bersih dan anti korupsi,” tuturnya.

Selain itu, dia mengklaim, banyak masyarakat sudah membicarakan kinerja bapak tiga orang anak itu sebagai Bupati Belitung Timur. Melihat rekam jejak tersebut, Eko memutuskan untuk mendampingi Ahok maju pada Pilkada Babel 2007. “Karena beliau banyak kerja dari daerah baru dimekarkan jadi maju,” ucap Eko.

Namun, Ahok-Eko kalah pada Pilkada Babel 2007. Mereka berada di posisi kedua dengan perolehan suara tipis dengan posisi pertama. “Serangan atas agama sedikit banyak mempengaruhi (terhadap kekalahan). Karena dilakukan secara Masif dan berulang-ulang,” katanya.

Selain itu, dia mengaku banyak pemilihnya yang tidak menerima surat suara. Sehingga dampaknya menyebabkan mereka tidak bisa melakukan pemilihan saat pencoblosan. “Saat itu juga banyak sekali pemilih kami yang tak menerima kartu panggilan. Di lapangan kami temukan hal itu,” terangnya. ful, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry