MOJOKERTO | duta.co – Sejumlah narapidana di Lapas Klas IIB Mojokerto punya cara mengisi waktu dalam masa hukuman mereka. Meskipun terkurung dalam jeruji besi, mereka tetap mampu Menyalurkan kreativitas mereka. Sebagian napi memilih menghabiskan masa hukuman dengan membuat produk kerajinan yang bernilai ekonomi tinggi. Salah satunya sandal dan sepatu kulit.

Sebagian napi nampak sibuk di bengkel sederhana, mereka menjelma layaknya ruang kerja milik pengusaha. Berbagai peralatan untuk membuat sepatu dan sandal tersedia di tempat ini.

Di salah satu ruangan bengkel, terlihat beberapa napi yang tengah sibuk mengerjakan tugas masing-masing. Ada yang bagian memotong lembaran bahan kulit sapi olahan sesuai pola kap sepatu, melakukan pengeleman alas sepatu dengan sol, pembentukan kap sepatu, hingga merangkai kap dengan sol hingga menjadi sepatu jenis pantofel.

“Saya bikin sandal dan sepatu kulit. Saya di sini sudah 4 tahun 2 bulan karena kasus asusila. Saya sangat senang di sini dari tak bisa apa-apa diajari membuat sepatu dan sandal,” kata Wisnu Dodi, salah seorang napi yang terlibat dalam pembuatan sepatu kulit, Selasa (28/2/2017).

Melibatkan 6 orang napi, rata-rata dalam sehari mampu menghasilkan satu kodi atau 20 pasang sepatu atau sandal kulit. Sepatu dan sandal karya para napi itu diberi merk Pasena yang artinya pas dan enak ketika dipakai konsumen.

Harga yang dibanderol pun cukup ramah di kantong. Setiap pasang sepatu kulit dihargai Rp150-300 ribu, sedangkan sandal kulit dijual seharga Rp 100-200ribu per pasang. Tak hanya meningkatkan keterampilan para napi, pemberdayaan napi ini juga memberikan keuntungan ekonomis bagi warga binaan yang dilibatkan.

“Fee yang saya dapatkan di sini untuk setiap kodi sandal atau sepatu Rp 45-50 ribu, sama dengan upah di luar,” ungkap Wisnu.

Wisnu berharap, setelah bebas nanti dirinya bisa menerapkan keterampilan yang didapatkan di dalam Lapas untuk membuka usaha sendiri. “Saya berharap bisa diterima lagi di masyarakat, saya akan buktikan kepada masyarakat kalau di sini saya bisa lebih baik dan berkembang, akan saya terapkan di luar nanti untuk menghasilkan uang,” ujarnya.

Kalapas Mojokerto, Muhammad Hanafi mengatakan, kualitas produk sepatu dan sandal buah karya para napi tak akan kalah bersaing dengan produk pengrajin di luar maupun produk pabrikan. Untuk pemasaran, dia mempunyai cara sendiri. Mulai dari memajang produk di galeri yang terletak di halapan lapas, hingga pemasaran secara online.

“Kami berharap para napi setelah bebas nanti bisa mandiri untuk mencari uang sehingga mereka tak mengulangi perbuatannya,” tandasnya. ari

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry