Dr M Sholeh Basyari. (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Belum jelas, kapan ujungnya, bagaimana akhirnya? Yang jelas, menurut Dr M Sholeh Basyari, nahdliyin sekarang sedang asyik menonton adu ‘mekanik politik’ secara gratis antara Kramat Raya (PBNU) dengan Raden Saleh (PKB).

Wartawan duta.co mencoba membedah dari sisi pengamat politik santri, apa yang terjadi? Bagaimana ujung dari masalah ini? Berikut analisa Dr M Sholeh Basyari yang juga dikenal sebagai Direktur Ekskutif CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies) diturunkan secara verbatim, tanya jawab:

Perseteruan antara politisi PKB dan NU tak kunjung selesai, apakah ini imbas dari kuatnya kepentingan politik seseorang?

Kita nikmati saja. Yang jelas nahdliyin sedang menonton pertempuran politik secara gratis.

Sejauh mana keseriusan PBNU dalam ‘meluruskan’ PKB?

Mungkin pertanyaan itu bisa ditambah atau di balik, seberapa serius gerakan MLB PBNU yang digagas teman-teman PKB? Memang, sekarang yang mencuat itu (PBNU merebut PKB). Kabarnya tim perebutan PKB itu digawangi Amin Said Husni, Kiai Miftah Faqih, Ulil Abshar Abdalla, Cholil Nafis serta Faishal Saimema (?). Lalu ada supervisi langsung Wakil Rais Aam PBNU, Kiai Anwar Iskandar. Konon langsung bekerja secara maraton.

Bisakah ini disebut puncak konflik?

Bisa jadi. Belakangan, konflik PBNU Vs PKB bisa disebut menuju puncak. Seminggu pasca Mukernas PKB yang salah satu keputusannya adalah penyelenggaraan muktamar PKB pada akhir tahun ini, tiba-tiba PBNU melalui Sekjen Saifullah Yusuf langsung membentuk pansus tim lima. Tim ini tugas utamanya adalah mengambil alih PKB dari Ketua Umum sekarang, Muhaimin Iskandar.

Itu sebabnya muncul isu MLB PBNU? 

Demi merespon dan membendung operasi tim lima, Raden Saleh gencar mensosialisasikan kembali isu MLB PBNU. Isu MLB PBNU yang pertama-tama digulirkan Kiai Imam Jazuli Cirebon, ternyata bukan fatamorgana. Dan ini bukan isu baru.

Oh, jadi saling ‘kejar’ sekarang?

Buktinya PBNU juga ‘ngebut’. Kerja maraton ini kabarnya untuk mengejar target muktamar PKB versi Kramat Raya awal September tahun ini. Rabu kemarin, Lukman Edy (LE) Sekjen PKB terlama, sudah mendapat prioritas pertama, diundang oleh tim lima. Pada kesempatan tersebut, LE setidaknya menyampaikan dua hal: tentang dewan syuro dan manajemen keuangan DPP PKB.

Intinya rebutan kepentingan politik?

Sepertinya begitu. Raden Saleh sendiri melihat bahwa posisi Ketum PBNU sangat strategis sebagai jangkar dan hulu semua kepentingan politik di NU. Kepentingan politik dalam konteks ini adalah Ketum PBNU sebagai penentu siapa ketum PKB dan juga kepada siapa dapat kursi Menteri Agama. Saya melihatnya seperti itu.

Jadi, isu MLB NU justru sudah bergulir terlebih dulu?

Saya mendengar begitu. Kubu Muhaimin awalnya ingin segera menggelar MLB NU, kira-kira satu semester setelah pelantikan kabinet Prabowo Gibran. Bagi Muhaimin, posisi Ketum  PBNU, strategis setidaknya dari dua sisi ini: sebagai hulu semua aktivitas politik nahdliyin, termasuk PKB. Serta, sebagai instrumen ‘magang’ sebagai RI 1 atau 2.

Jadi?

Rencana MLB PBNU itu, didesakkan sekarang tidak saja atas pertimbangan rebutan momentum slot kabinet antara PKB dengan PBNU, tetapi yang lebih substantif adalah sebagai “jalan pintas’ bagi Muhaimin untuk mendeklarasikan diri sebagai pewaris tunggal tahta politik NU.

Kenapa menunggu satu semester?

Penentuan satu semester pasca pelantikan kabinet, adalah waktu terukur untuk memetakan PCNU dan PWNU luar Jawa yang mayoritas adalah orang-orang Kementerian Agama. Jadi butuh waktu. Dengan posisi yang kuat seperti itu, Muhaimin tidak dipusingkan oleh sirkulasi elit di PKB. Ketum PKB selanjutnya tidak harus tokoh sentral seperti dirinya. Justru sebagai Ketum PBNU, Muhaimin diuntungkan oleh figur Ketum PKB yang biasa-biasa saja.

Lalu?

Sebagai hulu semua kepentingan politik NU, Ketum PBNU berhak menentukan Ketum PKB dan Menteri Agama. Dengan mengendalikan hulu semua kepentingan politik NU, Muhaimin, memudahkan baginya untuk melakukan konsolidasi dan mendapatkan legitimasi kaum nahdliyyin, dengan total jumlah sekitar 60% warga Indonesia. Dengan matematika politik seperti ini, Ketum PBNU sejatinya tengah magang sebagai capres atau cawapres.

Mengapa jadi karut marut seperti ini, seakan hanya area politik yang menjadi tempat hidup?

Itulah, yang saya lihat kepentingan di balik isu-isu itu. Kita lihat saja, di mana akhir perseteruan politik yang masing-masing menggunakan institusi. Hari ini, nahdliyin sedang menonton adu ‘Mekanik Politik’ secara gratis. (*)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry