
“Akhirnya RKH Taufik Hasyim punya ide membentuk organisasi kelaskaran yang tidak ada ikatan struktural dengan NU, tapi berfungsi membela NU dan Kyai di Madura.”
Oleh : Firman Syah Ali*
SETELAH 9 tahun berkhidmat sebagai Ketua PCNU Pamekasan dan terakhir juga menjabat sebagai Wakil Ketua PWNU Jatim, pada tanggal 14 Juni 2025 lalu RKH Taufik Hasyim syahid dalam sebuah perjalanan dakwah dari Pamekasan ke Jember. Beliau wafat bersama isterinya tercinta dalam peristiwa kecelakaan lalu lintas.
Ulama berdarah biru Bani Itsbat tersebut merupakan alumnus Pondok Pesantren Lirboyo yang dipercaya umat menjadi Ketua PCNU Pamekasan dalam usia 34 tahun, tentu saja saja lebih muda 5 tahun dari usia Ketua PC GP Ansor Pamekasan saat itu, Fathorrahman.
RKH Taufik Hasyim menjadi nakhoda kapal besar bernama NU Cabang Pamekasan pada masa sulit di mana ombak dan badai menghantam dari segala penjuru, terutama dari kelompok radikal intoleran yang punya resistensi kuat terhadap NU.
Sebagaimana kita ketahui bersama, di Kabupaten Pamekasan banyak orang beramaliyah NU tapi politik kebangsaan dan kenegaraannya selalu berseberangan dengan NU.
Latar belakang politik NU pada saat RKH Taufik Hasyim menjabat Ketua PCNU adalah :
1). Terjadi polarisasi sosial politik yang sangat tajam dan kejam sebagai residu pilpres 2014. Kedua kubu dalam polarisasi tersebut dikenal dengan istilah cebong dan kampret. Istilah kampret kemudian berubah jadi kadrun.
2). Residu Pilpres tersebut turut berpengaruh ke dalam lingkungan Nahdliyyin, di mana muncul kelompok yang menamakan dirinya NU Garis Lurus (NU GL) vis a vis PBNU atau NU arus utama. NU GL ini berkelindan dengan kelompok-kelompok radikal intoleran melakukan gerilya medsos menyerang NU di berbagai tingkatan.
3). Perang Nasab. Pada masa kepemimpinan RKH Taufik Hasyim, terjadi perang nasab di seluruh Indonesia. Perang ini bermula dari aksi kekerasan verbal yang dilakukan oleh beberapa tokoh habaib ba’alawi terhadap kyai-kyai nusantara Bani Walisongo (baca : Kyai NU). Aktivitas caci-maki yang berkepanjangan itu membuat ulama nusantara tergerak untuk mengkaji keabsahan nasab ba’alawy secara ilmiah.
Ulama nusantara Bani Walisongo yang melalukan kajian ilmiah terhadap keabsahan nasab ba’alawy sebagai keturunan Rasulullah tersebut adalah KH Imaduddin Albantani. Buku hasil riset KH Imaduddin itu yang kemudian menjadi bahan bakar polemik nasab hingga saat ini. Polemik nasab terjadi karena pihak habaib ba’alawy dan pendukungnya menolak penemuan ilmiah KH Imaduddin Albantani tersebut.
Masyarakat Madura, baik yang NU maupun yang bukan NU adalah masyarakat yang cenderung senada seirama dengan kelompok-kelompok radikal intoleran, ini bisa dilihat dari ustad mana yang sering mereka undang ke madura, kemudian kyai mana yang sering mereka serang di medsos dan ikut komando kyai siapa kalau ada Pilpres.
Tantangan di Kabupaten Pamekasan tentu jauh lebih ekstrim daripada Kabupaten lainnya, karena sebagaimana telah disampaikan di atas, masyarakat Pamekasan mayoritas kiblat idelogi politiknya bukan ke Kyai-kyai NU.
Bagaimana kiprah kepemimpinan RKH Taufik Hasyim sebagai lora muda dalam suasana politik seperti itu?
Ternyata RKH Taufik Hasyim tampil gagah berani, tegas, militan dan patriotik, sehingga disegani oleh kawan maupun lawan. Semua yang berani menghina NU langsung digas tanpa ampun. Semua orang berkata “ya begitulah kalau kyai muda yang memimpin, kita semua jadi semangat dan tidak takut menghadapi apapun”.
Pada bulan Maret 2021, RKH Taufik Hasyim kembali terpilih sebagai Ketua PCNU Pamekasan, tentu saja dalam situasi dan kondisi Madura yang semakin memanas. Puncaknya pada bulan Oktober 2021 terjadi persekusi secara terang-terangan oleh sekelompok massa yang berafiliasi kepada FPI terhadap Katib Syuriah MWCNU Ganding Sumenep, Lora Mahrus.
Tokoh muda NU Sumenep RKH Qusyairi Zaini langsung menghubungi saya, minta bantuan agar masalah ini segera ditindaklanjuti oleh Aparat Penegak Hukum. Kenapa saya yang dihubungi? Selain karena saya merupakan keponakan Menko Polhukam, juga karena saya sudah lama bahu membahu dengan RKH Qusyairi Zaini, RKH Taufik Hasyim, RKH Abdul Hamid Roqib dan Moch Zainul (pendiri GMNU) melakukan gerakan kontra narasi terhadap kelompok radikal dan intoleran baik di level nasional, regional maupun lokal. Moch Zainul wafat tidak lama setelah wafatnya RKH Taufik Hasyim.
Saya coba komunikasi dengan Kemenko Polhukam, tapi isu tersebut dianggap isu lokal yang bisa ditangani di tingkat lokal. Sementara di tingkat lokal madura, Aparat Penegak Hukum (APH) selalu tidak berkutik menghadapi kelompok-kelompok garis keras tersebut. Bahkan beberapa aksi mereka malah dikawal oleh APH.
Sementara NU dan GP Ansor secara kelembagaan tidak bisa digunakan untuk benturan langsung dengan kelompok tersebut, karena alasan nasab, kepentingan strategis dan lain-lain.
Akhirnya RKH Taufik Hasyim punya ide untuk membentuk organisasi kelaskaran yang tidak ada ikatan struktural dengan NU tapi berfungsi membela NU dan Kyai di Madura. Gagasan Kyai Taufik tersebut saya sampaikan kepada RKH Qusyairi Zaini Ganding Sumenep. Beliau langsung sepakat. Kemudian saya bersama RKH Qusyairi Zaini menemui para Ketua PCNU se-Madura dalam rangka menyampaikan gagasan RKH Taufik Hasyim tersebut.
Para Ketua PCNU se-Madura merestui pembentukan laskar nahdliyin yang tidak punya ikatan struktural dengan NU tersebut, antara lain RKH Makki Nasir Bangkalan, RKH Itqon Bushiri Sampang dan KH Pandji Taufiq Sumenep.
Berikutnya kami menyepakati untuk segera diadakan pertemuan para advokat NU dan tokoh moderat NU se-Madura di mana KH Itqon Bushiri bersedia jadi tuan rumah. Kenapa ditulis “tokoh moderat NU?”, karena tidak semua tokoh NU berorientasi kepada gerakan moderat dan toleran.
Pada tanggal 9 November 2021, tokoh-tokoh NU Madura terutama para advokat berkumpul di Pondok Pesantren Assirojiyyah Kajuk Sampang asuhan RKH Itqon Bushiri. Mereka selama ini memendam keprihatinan yang sama. Kini mereka lantang meneriakkan perlawanan terhadap segala bentuk serangan terhadap NU, baik verbal maupun non verbal.
Pertemuan Kajuk tersebut juga menyepakati pembentukan Laskar yang bernama Nahdliyin Madura Bergerak disingkat NABRAK. Saya dipilih sebagai Koordinator Pusat (Korpus), Ra Kholid Kwanyar sebagai Koordinator Daerah (Korda) Bangkalan, Faisal Ramdhani sebagai Korda Sampang, Ra Taufiqurrahman Khafi sebagai Korda Pamekasan dan RKH Qusyairi Zaini sebagai Korda Sumenep.
Begitu terbentuk, NABRAK terus menerus melakukan aksi dan konsolidasi, diantaranya laporan resmi ke Polda Jatim oleh tim advokat NABRAK, Apel kesiapsiagaan di Ponpes Hidayatul Ulum Gadu Barat Ganding Sumenep, Ikrar Laskar di Ponpes Sumberanom Angsanah Pamekasan dan lain-lainnya.
Konsolidasi terbesar NABRAK dilaksanakan di Ponpes Miftahul Ulum Sumberanom Angsanah Pamekasan. Dalam konsolidasi tersebut nama Nahdliyin Madura Bergerak diubah jadi Nahdliyin Bergerak namun tetap disingkat NABRAK. Selain itu jabatan Korpus diubah jadi Panglima dan jabatan Korda diubah jadi Komandan. RKH Abdul Hamid Roqib sebagai Ketua Generasi Muda NU (GMNU) Jatim ditunjuk sebagai Wakil Panglima NABRAK, sedangkan Komandan Bangkalan KH Kholid digantikan oleh KH Subhan Efendi karena faktor kesibukan.
NABRAK terus eksis bergerak ke seluruh Indonesia, cabang-cabang baru banyak berdiri. Pada waktu terjadi erupsi gunung semeru, Mako NABRAK Lumajang melalukan aksi sosial pemberian bantuan, Mabes NABRAK menggelar Istighotsah untuk korban bencana alam letusan gunung semeru.
NABRAK juga bergerak mengadvokasi santriwati dalam kasus predator sex yang dilakukan oleh KH Fahim Mawardi Jember, pemilik akun youtube Benteng Aqidah yang selama ini selalu menyerang NU. Advokasi NABRAK waktu itu dibantu penuh oleh tokoh islam moderat, Islah Bahrawi.
Pada bulan April 2023, NABRAK juga menyuarakan kesadaran kolektif warga NU untuk mendukung kader-kader NU sendiri sebagai Capres atau Cawapres, alih-alih dukungan PBNU kepada figur non kader NU.
Seiring dengan semakin masif dan populernya gerakan NABRAK, beberapa bulan dari deklarasi, banyak tokoh di luar Madura minta bergabung, terutama di kawasan tapal kuda. Setelah dibentuk satuan-satuan Komando di tapal kuda, tokoh-tokoh di kawasan lain juga minta bergabung, sehingga dibentuklah Satuan Komando Surabaya, Jakarta, Malaysia, Arab Saudi dan lain-lain.
Perkembangan NABRAK dari organisasi lokal Madura menjadi organisasi kelaskaran internasional tersebut tidak lepas dari jasa pendirinya, yaitu RKH Taufik Hasyim beserta para Ketua Cabang NU se-Madura. Jasa KH Taufik Hasyim sebagai inisiator awal berdirinya NABRAK akan terus beresonansi dari masa ke masa seiring doa dan hadiah fatihah yang tentu akan terus mengalir untuk beliau.
*) Penulis adalah Panglima NABRAK