SURABAYA | duta.co – Harapan besar keluarga olahraga Surabaya untuk mendapatkan pemimpin baru lewat Musyawarah Olahraga Kota (Musorkot) KONI Surabaya 2025 justru berubah menjadi kegelisahan.

Bukan tanpa sebab empat hari menjelang jadwal pelaksanaan pada 22 November 2025 di Convention Hall Siola, tanda-tanda kesiapan panitia masih belum terlihat jelas.

Keresahan itu semakin terasa ketika wartawan mendatangi Kantor KONI Surabaya untuk mengonfirmasi persiapan agenda penting tersebut.

Alih-alih menemukan aktivitas atau pejabat yang bersiap menyambut Musorkot, kantor justru tampak kosong. Tak ada satu pun pengurus maupun panitia yang bisa dimintai keterangan.

Bahkan seorang perwakilan bakal calon Ketua KONI Surabaya yang datang untuk mengambil formulir pendaftaran pun pulang dengan tangan hampa.

“Tidak ada orang sama sekali. Seharusnya jelang Musorkot, kantor ini siaga,” keluhnya singkat sebelum beranjak pergi.

Seorang staf perempuan yang sempat ditemui wartawan pun memilih irit bicara. Dengan wajah canggung, ia hanya memberi arahan singkat tanpa penjelasan detail.

“Langsung ke Abah saja ya, Mas,” ujarnya, merujuk pada Ketua KONI Surabaya, Hoslih Abdullah.

Namun upaya menghubungi Hoslih juga tak membuahkan hasil. Pesan konfirmasi yang dikirim wartawan sejak dua hari sebelumnya hanya dibaca tanpa balasan. Pertanyaan dasar mengenai jadwal Musorkot, waktu penjaringan bakal calon, hingga jumlah pemilik hak suara tak kunjung dijawab.

Kondisi ini membuat publik, khususnya insan olahraga Surabaya, bertanya-tanya: apakah Musorkot benar-benar siap digelar?

Hingga berita ini ditulis, KONI Provinsi Jawa Timur juga belum merespons situasi yang terjadi di tubuh KONI Surabaya. Padahal, sebagai induk organisasi, mereka memiliki kewenangan untuk memastikan setiap proses berjalan sesuai aturan.

Kegelisahan serupa juga dirasakan para pengurus cabang olahraga (cabor). Salah satunya datang dari Ketua Pengcab Ikatan Motor Indonesia (IMI) Surabaya, R. Rinto Ari Rakhmanto. Ia menyebut ada kejanggalan dalam undangan Musorkot yang diterima pihaknya.

Menurut aturan dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) KONI, setiap cabor berhak mengirimkan tiga peserta. Namun IMI Surabaya hanya mendapatkan undangan untuk dua orang. “Ini janggal. Kok hanya dua undangan? Padahal aturannya jelas tiga,” ujarnya.

Yang lebih mengkhawatirkan, materi Musorkot dokumen penting yang seharusnya didistribusikan minimal tujuh hari sebelum pelaksanaan tak kunjung diterima cabor mana pun.

Rinto menunjukkan pasal dalam ART KONI sebagai dasar keberatannya.

“Dalam ART KONI Pasal 35 ayat 3 butir (b) poin (i), disebutkan bahwa materi Musorkab/Musorkot wajib dikirimkan sekurang-kurangnya tujuh hari kalender sebelum diselenggarakan. Tapi sampai sekarang tidak ada satu pun yang diterima,” tegasnya.

Ketidaksiapan ini membuat banyak pihak khawatir Musorkot tak hanya tertunda secara teknis, tetapi juga berpotensi menimbulkan konflik internal di tubuh KONI Surabaya.

Sementara para atlet dan pengurus cabor berharap, siapa pun yang terpilih nanti mampu membawa olahraga Surabaya semakin berprestasi.

Namun hingga kini, semua masih menunggu jawaban jawaban dari pejabat KONI Surabaya yang entah mengapa justru menghilang menjelang agenda terbesar organisasi olahraga kota ini. (gal)

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry