SURABAYA | duta.co – Nahdlatul Ulama (NU) menjadi magnet muslim dunia. Bukan hanya pengamat dari Jepang, Australia, Rusia, Amerika Serikat saja yang datang, warga biasa — baik dalam negeri maupun luar negeri – pun banyak yang ingin tahu sejarah pertumbuhan dan perkembangan NU.
Minggu (23/10/22) kemarin Museum NU kedatangan tamu rombongan dari Malaysia. Sekitar 40 orang terdiri dari kaum muslimin dan muslimat. Mereka disambut Ketua Yayasan Museum NU, Ustad Kahfi Suharto dan fungsionaris lainnya, Imam Budi Utomo. “Mereka ingin melihat dari dekat sejarah pertumbuhan dan perkembangan NU,” demikian Ustad Kahfi Suharto, kepada duta.co, Senin (24/10/22).
Menurut Ustad Kahfi, puluhan rombongan umat Islam Malaysia itu dengan tekun menyisir lorong-lorong Museum NU. “Satu persatu mereka tanyakan. Kita jelaskan sedari awal. Pertama, betapa gigih para nahdliyin untuk membesarkan jamiyah NU yang didirikan Mbah Hasyim dan Mbah Wahab. Nahdliyin tak segan-segan urunan, memberikan iuran (I’anah Syahriyah) sebagai bentuk cintanya kepada NU. Semua itu ada faktanya di Museum,” jelasnya.
Kedua, jelasnya, rombongan dari Malaysia itu juga bisa menyaksikan, betapa gigih ulama NU mempertahankan amaliyah empat madzhab (madzahibul arba’ah), sampai ada ada jawaban resmi darii Raja Saudi, bahwa, Aab Saudi juga menjamin amaliyah empat madzhab. “Ini kita abadikan sebagai tonggak sejarah yang, sangat penting bagi generasi penerus NU,” tegasnya.
Banser Riyanto
Ketiga, NU memberikan garansi yang luar biasa terhadap kemerdekaan RI. Sampai kemudian muncul Resolusi Jihad untuk membangkitkan semangat warganya dalam bertempur melawan penjajah. “10 november yang kemudian kita peringati sebagai Hari Pahlawan adalah wujud dari Resolusi Jihad,” tandas Ustad Kahfi.
Moderasi beragama warga nahdliyin, lanjutnya, juga menjadi pertanyaan warga Malaysia. Ustad Kahfi menjelaskan, bahwa, toleransi beragama warga NU begitu besar. Bahkan tak segan-segan untuk menjadi pengaman warga non-muslim.
“Rombongan dari Malaysia juga bisa menyaksikan sejarah anggota Banser GP Ansor Mojokerto (Riyanto) yang meninggal lantaran ledakan bom di sebuah Gereja Mojokerto. Ini bukti bahwa warga NU siap berkorban demi persatuan dan kesatuan NKRI,” pungkasnya. (mky)