“Mendongkel Cak Imin dari Raden Saleh bukan perkara mudah. Saya melihat ada 2 strategi yang bobol di dua titik. Pertama keterlibatan penuh Pecalang Bali dan kedua Wapres Ma’ruf Amin pasang badan untuk PKB.”
Oleh M Sholeh Basyari*
ANGGAP saja Muktamar PKB tandingan sudah selesai. Walhasil ada 2 PKB. Hasil Muktamar Bali dan (konon) Jakarta besok tanggal 2 sampai 3 September 2024. Maka, medan tempur berikut adalah Surat Keputusan (SK) Kemenkum HAM RI untuk PKB. Siapa yang diakui pemerintah? Kita tunggu!
Apakah hasil Muktamar ke-6 PKB di Bali di-SK? Ada dua kemungkinan untuk mengurai problem SK ini. Pertama, jika eskalasi yang dilakukan LE (Lukman Edy) dilihat dan didengar Kemenkum HAM, bisa jadi SK Muktamar PKB Bali, tersendat. Ketidakhadiran Presiden Jokowi maupun Prabowo (presiden terpilih) jadi framing tersendiri bahwa: muktamar Bali ‘tidak direstui’.
Kedua, problem SK sejatinya simpel bagi Prabowo, tetapi menjadi bahan ‘mainan’ bagi Jokowi. Di mana hobby Jokowi ‘utak-atik ghatuk’ kayaknya hingga last minute kekuasaannya berjalan masif. Setelah Golkar, aturan main Pilkada (MK-DPR-Perpu), bisa jadi (berikutnya) menyasar PKB.
Tetapi, yang terakhir ini tidaklah mudah. Karena terkait hubungan mesra Prabowo-Cak Imin dan karakter kepemimpinan Prabowo yang tidak suka kegaduhan, adalah harapan besar tempat PKB menaruh bahwa SK Menkum HAM segera turun.
Kabarnya Prabowo tidak ingin, ‘limbah politik’ dari utak-atik dah cawe-cawe Jokowi terkait Pilkada atau pun PKB (kalau benar adanya), menjadi tugas dan tanggungjawab Prabowo untuk ‘me-rinso-nya’. Kita tunggu saja! Karena banyak kemungkinan terjadi.
Lukman Edy Mau Apa?
Tadinya saya membuat judul: Lukman Edy Mau Apa? Kesan judul tersebut sedikit arogan, tampak nantang-nantang, atau dalam idiom orang Betawi “lo jual gua beli’.
Tetapi, kita semua mafhum, bahwa, Lukman Edy atau LE adalah tokoh yang pernah dibesarkan PKB. Dia Sekjen terlama plus menteri termuda (37 tahun), pada era SBY. Seingat saya, sejak 2010, LE hingga sekarang terus mengkonsolidasi kekuatan demi menjadi Raden Saleh 1. Semoga, ingatan ini tidak benar.
Meski tampak single fighter, sejatinya LE punya ‘kader’ yang datang silih berganti. tidak itu saja, LE sebagai pemain catur politik, tidak kenal lelah membangun jaringan yang berlatarbelakang state actor maupun non-state actor.
Pada gerakan awal, era 2010-an, seingat saya, LE berhasil mengajak Alm Eman Hermawan untuk berjuang bersama. Bersama Eman, LE menemui Kiai Anwar Iskandar yang kala itu Rais Syuriah PWNU Jatim dan pertemuannya juga lumayan resmi di Kantor PWNU, kawasan masjid nasional Al Akbar Surabaya. Kiai Gus War (Kiai Anwar Iskandar) pegang kunci sebagai Ketua Pansus ‘meluruskan’ PKB oleh PBNU.
Konsolidasi demi konsolidasi terus dilakukan. Tetapi dari serangkaian langkahnya yang paling ‘berhasil’ adalah saat ini. Saat polemik Ketua Umum PBNU melawan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Saya membaca, bahwa, dia sadar betul salah satu strategi paling jitu untuk merebut PKB dari Muhaimin adalah dengan mendorong Kramat Raya secara Vis a Vis dengan Cak Imin. Strategi ini makin mengkilap ketika PBNU ‘berhasil’ mengajak Istana lama ikut cawe-cawe juga.
Tetapi, mendongkel Cak Imin dari Raden Saleh bukanlah perkara mudah. Saya melihat ada 2 strategi yang bobol di dua titik. Pertama keterlibatan penuh Pecalang Bali dan kedua Wapres Ma’ruf Amin pasang badan untuk PKB.
Apel Banser yang awalnya tiga hari berturut-turut (23-25 Agustus), berantakan oleh ‘deklarasi Puputan” para Pecalang. Ketua umum PBNU Jumat dini hari tanggal 23 Agustus, minta agar Banser dan Pagar Nusa ditarik secepatnya. Sementara secara suprastruktur politik, lobby ke Istana lama, langsung ‘di-veto’ oleh Wapres KH Ma’ruf Amin. Siapa pemenangnya? Kita tunggu, bagaimana reaksi Kemenkum HAM RI? Waallahu’alam bishshawab. (*)
*Dr M Sholeh Basyari adalah Direktur Ekskutif CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies) Jakarta.