SURABAYA | duta.co – Seorang pria memperlihatkan buku alumni UGM (Universitas Gadjah Mada) yang ada foto Joko Widodo. Ternyata, kata pria itu, bukan hanya Joko Widodo yang berkacamata, tetapi, ada juga alumni UMG tahun 1980/1985 yang berkacamata.

“Jadi, ijazah Pak Jokowi itu asli. Dibilang begini, kalau dasarnya benci, tidak percaya. Langit di atas, juga tidak akan percaya,” demikian tulis seorang warganet dengan menyertakan gambar sebagai pembanding, terlihat duta.co, Selasa (22/4/25).

Di sisi lain, ada warganet yang geregetan karena Joko Widodo (Jokowi) sendiri tak kunjung mengakhiri polemik tersebut. Padahal, menurutnya, cukup ditunjukkan semua akan diam. “Lha ini yang boleh melihat cuma wartawan. Itu pun tidak boleh difoto. Repot, Pak Jokowi seperti ‘menikmati’ polemik ini,” tegasnya.

Ya! Polemik mengenai tuduhan ijazah palsu Presiden Indonesia ke-7 Joko Widodo tak kunjung tuntas meskipun telah disanggah oleh sejumlah pihak, mulai dari Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta Pusat, Universitas Gadjah Mada (UGM), bahkan oleh Jokowi sendiri.

Terbaru, massa dari Tim Pembela Umat dan Aktivis (TPUA) menggeruduk rumah Jokowi di Solo, Jawa Tengah, untuk meminta penjelasan soal keaslian ijazahnya. Perwakilan TPUA diterima langsung oleh Jokowi, mantan gubernur DKI Jakarta itu tetap tak mau menunjukkan ijazahnya. Tim kuasa hukum Jokowi bilang hanya akan memperlihatkan jika diminta secara hukum.

Padahal, menurut pengamat politik Devi Darmawan, sebagaimana diunggah bbc.com, ijazah Jokowi sebetulnya tidak lagi relevan untuk dipersoalkan, apalagi saat ini Jokowi sudah tak menjabat sebagai presiden. Bahkan, menurut dia, kalaupun ijazah Jokowi palsu tak akan mendelegitimasi keterpilihannya sebagai presiden selama dua periode.

Paling anyar ada gugatan dari pengacara asal Solo, Muhammad Taufiq. Ia menggugat ijazah Jokowi ke Pengadilan Negeri Solo. Dalam gugatannya, Taufiq menggugat empat pihak, yakni Jokowi sebagai tergugat 1, KPU Kota Solo sebagai tergugat 2, SMA Negeri 6 Solo sebagai tergugat 3, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai tergugat 4.

Dari temuannya, ia sanksi Jokowi bersekolah di SMA Negeri 6. Sebab, menurut klaimnya, ijazah Jokowi bukan dari sekolah tersebut melainkan Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP). Bahkan Wakil Ketua Tim Pembela Umat dan Aktivis (TPUA), Rizal Fadillah, mengklaim langkah yang dilakukannya untuk mempertanyakan keabsahan ijazah UGM milik Jokowi lantaran telah menjadi pertanyaan publik. Pihaknya ingin mengejar terus apakah mantan Wali Kota Solo itu memang memiiki ijazah atau malah tidak memiliki ijazah UGM.

“Kita ingin ada kepastian. Satu, apakah memang punya ijazah. Yang kedua, apakah ijazah asli atau tidak karena selama ini tidak pernah ditunjukkan oleh Pak Jokowi,” kata dia melalui sambungan telepon bbc.com, Sabtu (19/04).

Bumbunya Terlalu Pedas

Apa saja tuduhan kejanggalan skripsi dan ijazah Jokowi. Buktinya kontroversi tak pernah betul-betul berhenti. Mantan dosen universitas Mataram, Rismon Hasiholan Sianipar, mencoba mengulik kejanggalan lembar pengesahan skripsi Jokowi beserta ijazahnya yang diterbitkan tahun 1985.

Pada lembar pengesahan dan sampul skripsi, misalnya, dia mempertanyakan penggunaan font Times New Roman yang dianggap belum ada pada era 1980-an. Ia juga mempersoalkan tak adanya lembar pengesahan dari dosen penguji Jokowi, serta nama dosen yang menguji. Klaim sepihak itu membuat beberapa pihak menyanksikan kelulusan Presiden Jokowi di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Bumbu Rismon dinilai terlalu pedas, bahkan oleh UGM disebut menyesatkan. Demi menjernihkan masalah ini, Universitas Gadjah Mada memberikan klarifikasinya. Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta, bilang penggunaan font Times New Roman atau huruf yang hampir mirip pada sampul skripsi dan ijazah di tahun itu sudah jamak dipakai mahasiswa, terutama untuk mencetak sampul dan lembar pengesahan di tempat percetakan.

Bahkan, di sekitaran kampus UGM, sambungnya, sudah ada percetakan seperti Prima dan Sanur (sudah tutup) yang menyediakan jasa cetak sampul skripsi. Ada pun soal seri ijazah Jokowi yang disebut tidak menggunakan klaster namun hanya angka saja, Sigit menjelaskan bahwa penomoran ijazah di masa itu Fakultas Kehutanan memiliki kebijakan sendiri dan belum ada penyeragaman dari tingkat universitas.

Penomoran tersebut, tak hanya berlaku pada ijazah Jokowi, namun berlaku pada semua ijazah lulusan Fakultas Kehutanan. “Nomor berdasarkan urutan nomor induk mahasiswa yang diluluskan dan ditambahkan FKT, singkatan dari nama fakultas,” ujar Sigit seperti dilansir dari situs ugm.ac.id.

Namun penjelasan UGM, rupanya tak menghentikan polemik ijazah Jokowi. Belakangan, politikus Roy Suryo menyinggung soal ketidaksesuaian foto dalam ijazah Jokowi yang beredar di media sosial. Dia bahkan mengklaim sosok dalam foto itu adalah kerabat dekat Jokowi, yakni Dumanto Budi Utomo, dengan merujuk pada kacamata yang dikenakan orang dalam foto dan bentuk telinga serta bibir.

Kata Roy, ciri-ciri itu sangat berbeda dengan Jokowi masa muda maupun sekarang yang tak memakai kacamata. Analisisnya juga menyoroti watermark logo UGM berwarna emas yang tertera pada ijazah Jokowi. Menurutnya, tinta emas itu semestinya mulai pudar seiring berjalannya waktu.

Hadah…! Penjelasan UGM sendiri tidak mempan meredam kecurigaan. “Padahal, jawaban UGM itu, andai hadits bisa tergolong mutawatir. Kalau (penjelasan) UGM saja, yang menerbitkan ijazah diragukan, lalu kita percaya kepada siapa? Ini memang aneh,” demikian disampaikan Doktor M Sholeh Basyari, Direktur Ekskutif CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies) kepada duta.co. Waallahualam. (mky,bbc.com)