JAKARTA | duta.co – Muktamar NU harus menjadi titik balik upaya membangkitkan generasi emas nahdliyin. Profesionalisme santri sebagai generasi emas 2045 harus menjadi fokus dan mandat muktamar.
Demikian ditegaskan Ketua Umum NU Circle Dr. Gatot Prio Utomo di Jakarta, usai diskusi webinar “NU dan Tantangan Penyediaan Tenaga Kerja Profesional,” bersama Universitas NU Indonesia (Unusia).
Menurutnya, Muktamar memiliki peran sangat strategis dalam mereorientasi peran penting santri di masa depan. Muktamar harus memberikan mandat kepada siapa pun pemimpin PBNU agar fokus meningkatkan kompetensi dan profesionalisme santri nahdliyin.
“Siapa pun pemimpin yang terpilih, fokus dan tujuannya adalah mampu menjadikan santri lebih kompeten dan profesional sehingga dapat menjadi pemimpin di berbagai sektor, serta memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan keluarga dan ekonomi nasional,” tegasnya.
Profesionalisme santri nahdliyin memiliki peran strategis bagi bangsa Indonesia. Sejak dini para santri telah dididik menjadi insan religius dan nasionalis di pesantren. Pendidikan ini telah menjadikan santri sebagai benteng pertahanan NKRI dan benteng berbagai persoalan sosial.
Peran ini harus ditingkatkan menjadi peran-peran profesional. Perhatian Muktamar harus menitikberatkan dua momentum penting yaitu sebad NU pada 2026 dan sebad Indonesia pada 2045. “Apakah dalam masa bonus demografi mendatang generasi nahdliyin akan menjadi aset bangsa yang menopang kejayaan Indonesia emas 2045, atau hanya menjadi beban demografi karena rendahnya kualitas dan produktifitas SDM-nya. Itu adalah tantangan terbesar yang harus dijawab dalam Muktamar kali ini,” ujarnya.
Menurut Gus Pu, panggilan Gatot Prio Utomo, membangun generasi emas nahdliyin harus terintegrasi dengan serius membenahi semua elemen rantai pasok sumber daya manusia, sejak janin dalam kandungan, pendidikan, sampai penyiapan talenta yang siap berkompetisi di pasar.
“Generasi emas harus dibangun by intention dan by design, tidak bisa kita tidak melakukan apa-apa kemudian berharap akan lahir generasi luar biasa. Harus ada cetak biru upaya melahirkan generasi emas dengan melakukan orkestrasi kolaborasi seluruh elemen dan fokus berjalan bersama mengawal kelahiran generasi emas nahdliyin 2045,” ujarnya.
Perbaikan kualitas Pendidikan Dasar harus menjadi fokus antara lain karena rendahnya kualitas literasi anak Indonesia. Tanpa pondasi pendidikan dasar yang kokoh, upaya keras membangun banyak pendidikan tinggi akan menuai hasil yang tidak optimal karena bahan baku mahasiswanya yang kurang berkualitas.
Pendidikan lifeskill dan vokasi tetap diperlukan sebagai solusi pragmatis bagi santri untuk menjadi entrepreneur. Pendidikan lifeskill ini dapat secara cepat mengatasi pengangguran terbuka nasional.
Seperti diketahui, Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2021 sebesar 6,49 persen atau 9,1 juta dan terdapat 21,32 juta orang (10,32 persen penduduk usia kerja) yang terdampak COVID-19. Sebanyak 77,91 juta orang (59,45 persen) bekerja pada kegiatan informal. BPS juga mencatat jumlah angkatan kerja pada Agustus 2021 sebanyak 140,15 juta orang, naik 1,93 juta orang dibanding Agustus 2020.
“Harus dicegah santri yang menjadi pengangguran akibat berbagai dampak ekonomi terutama Covid-19. Kita berharap seabad NU dan seabad RI akan lahir santri-santri profesional di masa depan yang menguasai berbagai disiplin ilmu sehingga memiliki kompetensi untuk berkompetisi sebagai pemimpin nasional di berbagai bidang kehidupan,” ujarnya. rls